Malam kembali datang. Bintang-bintang pun tak mau ketinggalan untuk menemani malamku. Tak terasa sebentar lagi hari ulang tahunku yang ke delapan. Aku sangat senang karena saat ulang tahunku nanti ayah dan ibu berjanji akan mengajakku pergi ke kota.
"Bintang, inginkah kau mendengar ceritaku malam ini?" Ujarku tersenyum bahagia
"Besok adalah hari ulang tahunku, ayah dan ibu berjanji akan membawaku pergi mengelilingi kota" lanjutku dengan nada bahagia.
Malam ini bintang-bintang bersinar terang seakan ikut merasakan kebahagiaanku.
"Putriku, ayah dan ibu akan pergi. Jika malam makin larut maka masuk dan tutuplah pintu" ujar ayah padaku
"Baik ayah" jawabku pada ayah
"Ingatlah semua pesan ayah dan ibumu" lanjut ayah padaku
"Baik ayah akan selalu kuingat semua nasehat kalian" ujarku dengan sedikit senyuman di wajahku.
"Baik la kalau begitu ibu dan ayah pamit, jaga dirimu baik-baik putriku kami sangat menyayangimu" ucap ibu sambil memelukku
"Aku juga sangat menyayangi kalian ayah ibu" ucapku lagi.
Aku tak sadar atas apa yang mereka ucapkan. Suara langkah kaki itu semakin jauh dan menghilang. Malam semakin larut. Tak ada kudengar suara langkah kaki yang mendekatiku. Tak pula tampak sebuah cahaya diantara kegelapan itu. Semua nya tampak sunyi dan tidak ada tanda-tanda kepulangan ayah dan ibuku. Kuputuskan untuk masuk dan seperti biasa kupeluk boneka kecilku untuk menemani malamku.
Sepucuk cahaya pagi membangunkanku. Kupanggil ayah dan ibuku, tapi tak satu pun yang menjawab. Kulihat dapur tak ada bekas kayu yang terbakar yang menandakan ibuku tak bergelut dengan dapurnya pagi ini.
"Kemana ayah dan ibuku? Apakah mereka belum pulang dari semalam?" Tanyaku dalam hati.
"Apakah mereka sudah pergi ke ladang dan lupa bahwa hari ini adalah hari ulang tahunku?" Lanjutku keheranan.
"Tapi tidak mungkin mereka lupa hari ulang tahunku" cobaku menenangkan diri.
Tak lama terdengar suara kaki yang berjalan ke arah rumahku. Aku pun berlari menghampirinya dan berharap itu ayah dan ibuku. Sesampainya di depan pintu ternyata yang datang bukanlah ayah dan ibuku.
"Eh paman dan bibik, silahkan masuk dan duduk dulu" ujarku pada pada mereka yang datang dengan nafas yang tersengal-sengal.
"Jika kalian mencari ayah dan ibuku, mereka belum pulang paman. Mungkin sebentar lagi mereka akan pulang" lanjutku dengan senyum manisku.
Mereka terus diam membisu sambil menatapku.
"Tunggu sebentar ya paman bibik biarku ambilkan minum" lanjutku lagi pada mereka.
"Sudah beritahu saja apa yang sebenarnya terjadi" ucap bibik pada paman.
"Bagaimana mungkin aku tega memberitahu putri bahwa ayah dan ibunya sudah meninggal" jawab paman dengan rasa putus asa.
Aku yang sedang berdiri di depan pintu seraya membawakan minuman untuk mereka tak sengaja mendengar apa yang mereka bicarakan. Seketika minuman itu jatuh, hatiku rasanya hancur.
Tubuhku tak berdaya. Aku seperti tersambar petir di siang hari. Tanpa hujan tanpa badai tiba-tiba kabar buruk itu datang. Sungguh aku tak percaya. Bibirku kaku, mataku menjelaskan semuanya. Paman dan bibik mencoba menenangkanku. Mereka membawaku ke pinggir sungai tempat jasad ayah dan ibuku ditemukan.
Setibanya di sana aku langsung terdiam saat melihat kedua orang tuaku terbujur kaku. Hidupku terasa benar-benar hancur. Air mataku pun tak mampu kubendung lagi. Awan hitam pun datang menghampiriku. Dunia kembali menangis seakan tahu apa yang sedang aku rasakan. Tepat di hari ulang tahunku, aku harus kehilangan orang-orang yang sangat bearti dalam hidupku.
"Tuhan, bukankah selama ini aku selalu bersyukur agar aku bisa terus merasakan kebahagian? Tapi mengapa hari ini tepat di hari ulang tahunku, kau hancurkan hidupku Tuhan?" Teriakku sambil memeluk jasad kedua orang tuaku.
"Aku tak pernah meminta banyak padamu Tuhan, aku hanya ingin terus bersama orang tuaku" lanjutku yang tak tahan menahan air mata.
"Ayah, bangun la ayah. Bukankah kau berjanji akan selalu menemani putri kecilmu ini ayah?" Ucapku seraya memeluk ayahku.
"Ibu, bukan kau juga berjanji akan selalu mengajariku arti dari bersyukur dan bersabar?" Lanjutku memeluk ibuku. Keperhatikan sekelilingku. Semuanya diam membisu. Angin pun enggan menyapaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Surat dari Mentari
General FictionAssalamu'alaikum ini cerita pertama yg aku publikasikan, jangan lupa dibaca ya😉 semoga suka dengan ceritanya. Cerita ini mengisahkan kehidupan seorang gadis kecil yang kehidupannya berubah dalam satu malam. penasaran sama ceritanya? jangan lupa dib...