Kehidupan normal macam apa yang sebenarnya Jimin cari? Kehidupan normal macam apa yang Jungkook harapkan?
Minum teh dipagi hari dengan ditemani terbitnya matahari?
Tidur nyenyak saat malam tiba setelah menghabiskan makan malam yang romantis bersama?
Yoongi mewujudkannya, perlahan dengan dibumbui beberapa adegan picisan.
Bersetubuh di balkon dengan pemandangan kota Seoul yang sibuk misalnya, matahari terbenam menjadi saksi atas kisah cinta mereka.
Namun, Taehyung tak dibesarkan untuk itu.
Taehyung tak dibesarkan untuk hidup normal layaknya manusia, seperti Jungkook."Membunuh juga dilakukan manusia."
Yoongi terkikik, kembali menuangkan cairan alkohol ke dalam gelas tinggi milik sang 'peliharaan'. Tidak boleh sampai menetes kemudian mengotori taplak meja putih kesayangan Jimin itu.
Bertahun-tahun dia menjadi teman minum Taehyung, baru kali ini ia memasukkan kesopanan ke dalamnya, tanpa umpatan dan tanpa meja yang penuh dengan kakinya."Siapa yang ingin kau bunuh?"
Pada dasarnya, Yoongi juga sama.
Hanya saja, dia lebih waras dari Taehyung. Pengendalian yang ia miliki jelas lebih kuat dari Taehyung.
Bahkan setelah pensiun dini dari dunia surgawi mereka, Yoongi masihlah majikan yang Taehyung taati."Banyak, banyak sekali."
Gumaman itu terdengar berat, keluar dari celah bibir Taehyung yang termenung sembari mengulurkan tangannya pada gelas berisi alkohol itu.
"Tapi, Jungkook tidak suka."
Yoongi menghela napas, terlihat dibuat-buat dengan wajah sedihnya.
Botol alkohol diatas meja telah hilang, Taehyung merubah pikirannya untuk minum lewat gelas.
Dia tak biasa, bahkan setelah 2 tahun kematian Holand dan kehidupan normal impian Jungkook memaksanya untuk berubah."Kau hanya perlu terbiasa."
Yoongi juga, dia harus terbiasa.
.
.
."Dengan koneksimu yang masih tersisa, aku bisa kembali ke panggung, kan?"
Yoongi mengepulkan asap rokoknya, menatap Jimin yang terlihat bersemangat setelah mendapatkan telepon dari teman lamanya, Kim Namjoon.
RM, sosok masa lalu yang Jimin katakan sebagai kakak terbaik dalam grup boybandnya.
Tidak, Yoongi sama sekali tidak pernah setuju akan hal itu.
Berulang kalipun Jimin membahasnya, Yoongi akan tetap pada jawabannya.
Bahwa Jimin, tidak akan kembali menampakkan wajahnya didepan kamera."Apa melakukan kecurangan adalah salah satu dari kehidupan normal?"
Yoongi menarik Jimin, mendudukkan sang kekasih ke atas pahanya.
Bibir tebal yang maju itu tak Yoongi hiraukan, Jimin merajuk."Tidak, tapi bisa dilakukan jika memang perlu dilakukan."
"Tidak bisa dilakukan karena kau tak perlu kembali kesana."
Yoongi kemudian menyesap kembali rokoknya, satu kebiasaan yang tak akan bisa Jimin paksa hilang dari Yoongi.
"Kenapa kau terus menolak memberiku izin?" tanya Jimin, sedikit susah karena Yoongi dengan sengaja membuang asap rokok tepat ke wajah Jimin.
"Hanya ... ," gumam Yoongi, mendekatkan kepalanya pada ceruk leher Jimin yang berbau manis.
"Malas memberimu izin."
Selalu, Jimin akan habis Yoongi setubuhi setelah meminta izin dan kembali mendapatkan penolakan atas keinginannya kembali ke dunia hiburan.
Televisi dihadapan mereka kini mati, suasana hening itu tak lama kemudian tergantikan oleh desahan dan rintihan Jimin atas penis Yoongi yang memasukinya tanpa sopan santun.
Bokongnya mengacung tinggi, dengan kepala terbenam di atas lantai.