"Jangan nangis lagi, ya?" Tanya Faiz.
"Loh? Waktu itu aku nangis 'kan gara-gara kamu." Jawab Aubrey.
"Aku minta maaf soal kejadian itu, Bey." Faiz mengulurkan tangannya.
"Gak apa-apa, kok. Kejadiannya 'kan udah lama." Aubrey menyalami tangan Faiz, itu tandanya Aubrey memaafkan Faiz.
"Makasih, Bey. Ikut aku." Faiz menarik tangan Aubrey sampai ke taman belakang sekolah. "Ini buat kamu." Lanjut Faiz saat sudah sampai.
"Ini 'kan jaket kesayangan kamu?" Tanya Aubrey.
"Iya, kamu mau 'kan?" Faiz ingin sekali memberikan salahsatu benda kesayangannya, dan Ia memutuskan untuk memberikan jaket ini.
"Kamu serius?" Aubrey masih heran kenapa Faiz memberikan jaketnya.
"Serius, kamu seneng?" Faiz bertanya.
"Jelas aku seneng dong." Aubrey memeluk Faiz saking senangnya.
"Aduh, Bey? Lepasin, ya? Sakit nih." Faiz mengaduh karena Aubrey memeluk terlalu erat.
"Eh? Maaf." Aubrey menunduk karena malu. "Aku udah dijemput." Lanjut Aubrey dan membawa jaket pemberian Faiz pulang.
*
*
*
"Selamat pagi, murid-murid!" Sapa seorang guru pada murid-muridnya.
"Pagi juga, pak." Murid-murid menjawab. Tapi tidak dengan Aubrey. Aubrey bingung, Ia tidak melihat Faiz tadi. Biasanya Faiz sudah sampai di sekolah sebelum bel berbunyi.
"Untuk tugas yang bapak berikan, bisa kamu jelaskan kembali di depan kelas, Aubrey?" Tanya Pak Dien, gurunya Aubrey. Aubrey mengangguk.
"Saya bisa, pak." Jawab Aubrey lesu. Aubrey maju ke depan kelas dan menjelaskan. Tidak lama, Aubrey sudah kembali ke bangku miliknya.
"Pak, Faiz kemana? Kok gak ada?" Tanya salahsatu perempuan dengan lancangnya.
"Faiz hari ini pindah sekolah, Din." Jawab Pak Dien.
"Apa? Pindah kemana?" Suara Aubrey. Aubrey tidak menyadarinya, Ia mengatakannya karena tidak percaya dengan yang dikatakan Pak Dien.
Jelas saja Aubrey tidak percaya. Baru saja kemarin Faiz bersikap baik padanya, tapi hari ini? Ditinggalkan begitu saja. Mungkin jika orang melihat Aubrey memakai jaket pemberian Faiz, orang-orang akan mengira bahwa mereka adalah sepasang kekasih. Tapi apa? Mereka tidak memiliki hubungan apa-apa. Bahkan untuk bercakapan saja jarang, Faiz datang jika butuh Aubrey. Kerena itu Aubrey tidak percaya Faiz memberikan jaket kesayangannya.
"Bapak tidak tahu, Aubrey. Coba saja kamu tanyakan pada temannya." Jawab Pak Dien dan langsung pergi keluar kelas karena kedatangan tamu.
*
*
*
Hari ini Faiz senang, ini yang Ia inginkan sejak lama. Sekolah di SMP Taruna Jaya. Orangtua nya tidak mengizinkan karena alasan sekolah ini jauh dari rumahnya. Faiz berangkat menggunakan motor yang biasa Ia gunakan. Di awal semester ini, Ia berharap akan mendapatkan teman yang baik.
"Nama saya Faiz Adhitama pindahan dari SMP Sulaiman." Faiz memperkenalkan diri. Suara bisik-bisik terdengas oleh Faiz. Banyak perempuan yang memujinya secara langsung, Faiz hanya membalas dengan senyuman. Faiz memang tampan, tegas, dan murah senyum. Saat di SMP Sulaiman, banyak murid yang tertarik padanya. Apalagi dulu Ia pernah menjadi ketua OSIS.
"Terima kasih, Faiz. Kamu boleh duduk di bangku yang masih kosong. Setelahnya Faiz berjalan, dan duduk di samping seorang laki-laki.
"Gue Aji, gue harap lo bisa jadi temen yang baik buat gue." Kata Aji, teman pertama Faiz di sekolah baru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Him
Teen Fiction"Jika dia terlambat, aku akan pergi darinya." -A "Aku benci dengan seseorang yang merebut perhatiannya." -R "Tidak ada yang boleh membantah, dia tetap milikku." -F "Susah mendapat perhatiannya, tapi aku akan diam." -O