#1

13 3 0
                                    

Wanita itu membuka pintu,memasang muka garang. Namun laki-laki dihadapannya tak peduli,ia masuk begitu saja.

"Lima hari lagi Afra ulang tahun yang kesembilan." Wanita itu memulai percakapan.

"Aku tahu, aku tidak akan merayakan." Laki-laki itu acuh sambil melepas jasnya.

"Aku tidak menyuruhmu untuk merayakan, setidaknya kau mengambil cuti satu hari,mereka pasti rindu dengan ayahnya."

"Tapi..."

"Tapi apa?" Wanita itu mengambil nafas sejenak. "Asma lulus dengan nilai terbaik di SMAnya.Fathimah diterima di pesantren tahfidz, dia berangkat lagi minggu depan. Ruqoyya mendapat full beasiswa, kau tak perlu membiayai sekolahnya lagi. Tidakkah kamu ingin mengucapkan selamat kepada mereka dan meluangkan sedikit waktu untuk mereka?"

"Sudah aku lakukan." Laki-laki itu berkata dingin.

"Lantas bagaimana dengan Albu? Ini yang ke empat kalinya dia dikeluarkan dari sekolah. Apa itu tidak cukup?"

"Albu dikeluarkan?" Wanita itu mengangguk.

" Afra kabur hari ini, ia bolos sekolah. Butuh beberapa waktu untuk membujuknya pulang, dia hanya ingin dijemput ayahnya. Apa ini juga tidak cukup?" wanita itu merebahkan dirinya diatas kasur.

"dimana mereka?"

"Tidur diatas." Laki-laki itu melangkah pergi. " mereka berdua masih terlalu kecil untuk mengerti arti pengorbanan, mohon mengertilah!"

Laki-laki itu tak peduli, kakinya melangkah menelusuri anak tangga.

                                                                             ###

Laki-laki itu membuka pintu kamar anaknya, dilihatnya anak laki satu-satunya sedang bermain dengan robot pemberiannya.Bocah sebelas tahun itu langsung berhenti melihatnya berdiri diambang pintu.

"Teruskan saja! Ayah tak akan marah, Bu." Ia mendekati ranjang Albu. Albu menyimpan robot mainannya. Ia tersenyum, tangannya mengelus kepala Albu.

" Katanya Albu dikeluarkan? Apa ada masalah? Cerita aja sama ayah."

"Aku berantem." Jawab Albu singkat.

"Masalah apa? Masak pangeran ayah berantem."

"Mereka selalu ngejek namaku, lagian kenapa ayah menamaiku Albu? Kan masih banyak nama lain yang lebih keren." Albu membuang muka.

"Albu sayang, dengerin ayah!" Ia mengangkat wajah Albu, matanya menatap bola mata coklat milik putranya itu.

"Albucasis adalah nama barat seorang ilmuwan muslim,Abu al Qosim al Zahrawi, salah satu pakar dibidang kedokteran pada abad pertengahan. Beliau menulis kitab terkenal berjudul Al Tasrif, kitab ini berisi tentang kumpulan praktik kedokteran, salah satunya mengulas tentang ilmu bedah,orthopedi, farmakologi,dan ilmu kedokteran secara umum." Mulut bocah itu menganga mendengar penjelasan ayahnya.

"Berarti Albucasis itu nama dokter ya?" dari pertanyaannya sepertinya bocah itu belum mengerti.

"Bukan hanya dokter, tapi ilmuwan."

"Waah... Ini unik." Ia menatap heran wajah Albu.

"Unik apanya?"

"Namaku Albucasis dan nama ayah Alqosim, bukankah Albucasis nama barat Abu al Qosim? Berarti aku dan ayah memiliki makna yang sama." Mata Albu berpancar cahaya. Bangga akan namanya. Ia hanya mengangguk ragu, tak pernah terbesit dalam pikirannya hal seperti itu, yang ia tahu ia sangat berharap anaknya menjadi seperti Albucasis,menjadi dokter yang akan menolong umat.

DIFFERENT (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang