#3

5 1 0
                                    

Asma berhenti sejenak, memperhatikan Afra yang sedang melamun di kursi taman itu. Tangannya menyentuh pundak Afra dari belakang.

"Lagi lihatin apa sih?"Tanyanya. Afra hanya diam, ia mengarahkan bola matanya kearah pandangan Afra . Disana ada seorang anak kecil sedang bersenda gurau diatas pundak pria berbadan kekar. Sepertinya itu ayahnya. Asma menghela nafas.

"Ayo pulang!" Ajaknya, Afra menggeleng.

"Kak.."

"Ada apa?"

"Apa ayah sayang sama aku?" Pertanyaan Afra sontak membuat Asma terkejut. Tapi ia buru-buru tersenyum.

"Tentu saja."

"Tapi kenapa ayah jarang ada buatku?" Afra berkata datar. "Sejak aku umur 5 tahun ayah belajar kedokteran diluar kota, jarang pulang. Sekarangpun saat sudah jadi dokter, ayah selalu sibuk."

Asma menggemgam tangan Afra, ia mensejajarkan tingginya dengan Afra. "Ra, ayah bekerja juga buat kamu."

"Aku nggak butuh uang, aku cuman butuh ayah." Air mata Afra menetes. Asma menggeleng.

"Meskipun kamu berkata demikian faktanya kamu juga butuh makan, butuh sekolah biar pintar. Juga butuh terapi." Asma menghapus air mata adiknya itu. Afra yang dulunya periang sekarang kerap kali menangis, bahkan jarang sekali membaur dengan teman- temannya.

"Afra kan sudah besar, besok sudah sembilan tahun. Malu tuh sama temen- temen kalau masih menangis."

Afra menarik nafas panjang, ia tersenyum, senyuman yang dipaksakan. Asma menuntun Afra menuju motornya. "Adik kakak kan kuat, smapai rumah nanti jangan menangis lagi ya! Nanti di usilin lho sama kak Fathimah."

Afra terkekeh, "Kakak jangan bilang kalau Afra habis menangis! Cubitannya kak Fathimah sakit."

Asma mengangguk, ia tersenyum lega, adiknya itu memang mudah melupakan emosinya. Itulah yang membuat Afra tetap kuat walaupun tidak sempurna.

                                                                                               ###

"Kamu kapan baliknya Fat?" Asma meletakkan kamus pesanan adiknya. Fathimah yang sedang mengemasi barangnya berhenti sejenak.

"Besok lusa." Fathimah bangkit mengambil kamusnya.

"Sendiri?" Fathimah mengangguk kecil.

"Kak Asma, pinjam laptop ya!" Teriak Ruqoyya dari bawah.

"Iya, diruang tamu." Asma beralih pada barang didekat Fathimah.

"Ini obat?" Tanyanya memastikan.

"Oh,itu tadi titipan ibu, kalau asar ibu belum pulang kakak suruh ingatin Albu buat minum itu." Jelas Fathimah.

"Albu sakit?"

"Mungkin, tadi dia agak pucat. Udah kelewat asar nih, kakak ke kamar Albu gih!" Kata Fathimah tanpa menoleh. Tanpa disuruh Asma sudah melesat kekamar albu. Fathimah yang sadar Asma sudah meninggalkannya menggeleng pelan.

                                                                                   ###

Dikamar itu terlihat Afra menarik selimut Albu, menggoyangkan tubuh kakak laki- lakinya itu. Memaksanya bermain.

"Afra, kak Albu lagi sakit, kamu main sama kak Ruqoy ya! Kak Ruqoy lagi main laptop lho." Bujuk Asma. Afra menggerutu pelan.

"Padahal aku mau ngajak kak Albu nyusun balok." Sambil mengomel Afra tetap menuruti kata kakaknya. Ia menutup pintu kamar.

"Bu, udah makan?"Albu mengangguk pelan sambil menunjuk piring diatas meja belajarnya. Asma membuka tutup botol, membantu Albu duduk.

"Cepet sembuh ya!" Ia memberikan obat itu pada Albu.

"Udah mendingan kok kak."

"Ya udah tidur lagi sana!" Albu menggeleng,

"Kak, bantu aku wudhu, aku mau sholat." Asma memapah tubuh ringkih  Albu, menuntunnya ke kamar mandi.

                                                                                        ###

"Sebaik baik manusia adalah mereka yang bermanfaat bagi orang lain."

#HR. Ahmad

DIFFERENT (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang