Pukul 11 malam, Al mengetuk pintu pelan. Tadi ia sudah menghubungi Zia, bahwa ia akan pulang malam ini. Suara Zia pun mulai terdengar.
Pintu terbuka, Al melangkah lemas. Pasti sebentar lagi istrinya mengomel.
"Kak, besok Afra ulang tahun." Zia menerima jas putih Al.
"Iya aku tahu." Jawabnya malas.
"Ku mohon, untuk kali ini aja, buatlah mereka bahagia!" Zia berkata lemas. Al menarik nafas, tangannya mendarat dipundak Zia.
"Kamu tenang saja, lambat laun mereka akan mengerti kok. Aku akan mencoba berbicara pada mereka." Al meangkah pergi, meninggalkan Zia yang masih mematung.
###
Pintu kamar itu terbuka, ia masuk tanpa menyalakan lampu, keempat putrinya terlelap di kasur masing-masing. Ia membenarkan selimut mereka dan mengelus rambut mereka satu persatu. Lantas beranjak kembali ke kamarnya sendiri.
"Ayah..." Suara mungil itu memanggil, menghentikan langkahnya. Ia berbalik, putri bungsunya menatap penuh makna, menyiratkan kerinduan yang teramat dalam.
"Kau belum tidur, Ra?" Al mengelus rambut malaikat kecilnya itu. "Kau tahu Ra, seorang putri seharusnya tidur tepat waktu."
"Dan aku akan melewatkan satu-satunya waktu untuk bertemu dengan ayah?" gadis kecil itu menggenggam tangan Alqosim. "Ayah, aku tahu ayah setiap malam melakukan ini, pergi kekamar kami, berbincang dengan kami, meski tak mendapat respon sekalipun. Yah, aku ingin diperhatikan seperti kak Albu, bersama ayah setiap hari, bertemu bukan hanya waktu lebaran saja."
"Maafkan ayah Ra!"
"Ayah selalu minta maaf, tapi tak memberiku waktu untuk itu." Afra beranjak dari kasurnya.
"Ra! Afra!!" Al bangkit melihat putrinya terjatuh dari dipan. Ia meraih tangan Afra, tapi langsung ditepis oleh putrinya itu.
"Yah, kenapa teman- temanku bisa memiliki waktu dengan ayah mereka, sementara aku tidak? Mereka pernah dijemput ayah mereka, makan malam bersama, hadir diacara sekolah dengan kedua orang tua mereka. Kenapa aku tidak merasakan hal yang sama?" Afra menatap tajam ayahnya, Al menunduk.
"Karena ayah belum mampu, Ra."
"Ayah belum mampu? Hanya untukku? Tapi ayah mampu memberikan itu untuk keempat kakakku. Ini tidak adil!" Al memegang bahu Afra. Afra diam, nafasnya tak teratur.
"Ra, kamu teerlalu kecil untuk tahu.."
"Aku tahu Yah. Keempat kakakku, mereka punya makna dalam nama mereka, itu menandakan harapan ayah, tapi kenapa namaku tidak?"
"Itu karena kamu berbeda, Ra."
"Berbeda? Apa karena aku tidak bisa berjalan seperti orang normal lainnya? Itukah yang ayah maksud berbeda?" Mata Al terpejam,ia menggeleng.
"Lalu kenapa aku diciptakan jika aku harus mendapat perbedaan ini?" Mata Afra berkaca-kaca, Al memeluknya.
"Ra, Allah tak mungkin menciptakanmu tanpa tujuan." Al melepas pelukannya. "Baiklah, apa yang kamu inginkan? Anggap saja ini hadiah untuk ultahmu besok."
"Ayah serius?" Afra menghapus air matanya. Al tersenyum,ia mengangguk.
"Aku ingin makan malam bersama diluar, ayah harus ikut!" Afra memamerkan deretan giginya. Al mengangguk.
"Jangan berisik! Nanti kakakmu bangun."Al membantu putri kecilnya berbaring diatas kasur. Afra memberikan senyuman manisnya sebelum ayahnya pergi dari kamarnya.
"Besok akan menjadi hari terindah." Bisiknya pada diri sendiri.
'Ra, kuharap kamu mengerti besarnya pengorbanan yang ayah lakukan untukmu.' Dari ranjangnya Asma bergumam,ia menyaksikan semua kelakuan adiknya itu, tapi ia tak sanggup menghentikannya. Biarlah Afra belajar dengan sendirinya, karena kelak ia akan mengerti.
###
Bruakk..
"Ups maaf..aku sengaja." Gadis itu tertawa kecil. Lantas berlalu begitu saja. Asma menghampiri Afra, membantunya berdiri.
"Leluconmu itu tidak lucu, Fat." Asma menatap tajam adiknya. Fathimah tak peduli, justru ia disambut dengan acungan jempol Ruqoyya.
"Ada apa ini? Pagi-pagi udah ribut." Al keluar dari kamar. Wajah kedua putrinya langsung pucat. Asma menunjuk Fathimah.
"Fathimah mendorong Afra, Yah."
"Eeh.. ayah nggak kerja?" Ruqoyya mengalihkan arah pembicaraan. Tapi ayahnya tak merespon. Ia semakin bergetar tatkala Al menghampiri Fathimah.
"Lain kali jangan diulangi!" Alqosim melempar senyum. Dahi Fathimah terlipat. Ruqoyya hanya mengangkat bahu menanggapi tatapan Fathimah.
"Nanti ayah akan pulang awal. Sesuai permintaan seseorang, malam ini kita makan bersama diluar." Alqosim duduk dikursinya. Keempat anak itu menatapnya tak percaya, hanya Afra yang tersenyum. "Kenapa? Ayah serius."
"Yee....." Fathimah dan Ruqoyya saling melempar pandang. Albu kembali mengutak-atik robotnya, ia masih terlihat lesu pagi ini. Asma hanya tersenyum kecut. Al menatap istrinya yang hanya dijawab dengan anggukan.
"Ayah aku boleh beli laptop,kan?" Roqoyya menarik tangan ayahnya.
"Tidak. Kamu belum butuh sayang, kamu kan masih bisa pinjam punya kak Asma. Jangan membebani ayahmu." Zia mengusap rambut putrinya itu. Ruqoyya cemberut. "Jangan cemberut! Nanti cantiknya hilang."
Zia mencubit pipi Ruqoyya. Fathimah tertawa. Albu hanya melirik sebentar. Afra menjulurkan lidah,sengaja mengejek kakaknya itu. Al tersenyum, pemandangan yang jarang sekali ia nikmati.
###
"Perhatianmu pada orang yang kau sayangi itu sangat berharga bagi mereka, walaupun hanya sedikit. Kenangan itulah yang akan terukir di hati mereka. Maka, jangan kau abaikan! Berikan yang terbaik untuk mereka."
#DIFFERENT_04

KAMU SEDANG MEMBACA
DIFFERENT (Completed)
Cerita Pendek"Kata orang, mereka yang berbeda belum tentu istimewa, tapi mereka yang istimewa pasti berbeda." Kalimat itulah yang ia yakini dalam hatinya. Afra, bocah berumur hampir sembilan tahun, yang dulunya ceria kini menjadi serba pendiam. Ia hanya ingin se...