Part 15 | Sehun VS Jungkook

45 3 0
                                    

International Playboy



Happy Reading!

Perihal Bitna yang tak bisa marah lebih dari satu jam memang benar adanya. Terbukti, setengah jam semenjak cewek itu keluar dari kamar Aera, ia kembali bersama sekotak pizza yang ditenteng di tangan kanannya.

Arin yang kala tadi sudah menghentikan tangisnya hanya bisa menatap Bitna bingung. Ia sungguh tak mengerti akan pola pikir cewek bermarga Yoo tersebut. Saat ditanyai pun, Bitna hanya menjawab bahwa ia sudah memaafkan Arin.

Arin yang tak menyangka Bitna akan memaafkannya semudah itu langsung memeluk cewek itu dan mengucapkan banyak-banyak terima kasih. Tentu, disertai dengan janji bahwa ia akan selalu berusaha untuk berbagi masalah pada kedua sahabatnya.

"Gue emang nggak ngeraguin pesona Jungkook, sih. Tapi ya ... gue masih nggak percaya kalau lo bisa suka ke dia," tukas Bitna lantas membuka kaleng sodanya. Cewek itu meneguknya beberapa kali.

"Harus percaya dong, Na. Gini-gini gue normal, kok. Wajar dong gue suka ke dia," bela Arin sambil mencomot pizza.

Aera mengangguk setuju. "Kalau aja gue nggak sahabat sama Jungkook, mungkin gue juga oleng ke dia, sih."

Refleks, Arin dan Bitna mendelik tajam pada Aera. "Taehyung mau lo ke manain, hah!" seru mereka berbarengan.

Aera terkikik geli, lalu menepuk dadanya pelan seolah-olah memberitahukan bahwa Taehyung akan tetap berada dalam hatinya. Arin merotasikan bola mata, dan Bitna berdecih jijik menanggapi.

"Terus, terus, gimana sama Lalisa? Lo masih belum mendapat kejelasan tentang hubungan cewek itu dan Jungkook?" tanya Aera kembali pada topik pembicaraan. Bukannya menjawab, Arin malah menghela napas dan menggelengkan kepalanya pelan.

Bitna dan Aera mendesah frustrasi. Jika begini, sulit juga penyelesaiannya. Diperlukan kehati-hatian dalam bertindak. Karena kalau tidak, bisa salah kaprah dan berimbas pada orang yang salah.

"Gimana kalau kita nyari tahu tanpa melibatkan Jungkook?" tawar Bitna setelah mereka terdiam cukup lama.

"Caranya?" tanya Arin bingung.

"Deketin Lisa, tanya sama dia buat mastiin semuanya. Si adek kelas anggota OSIS juga, 'kan?"

Arin langsung mengiyakan, dan Bitna menjentikkan jarinya semangat.

"Lo tanya sama dia kalau kumpulan OSIS."

Arin meletakkan telunjuknya di dagu, tampak menimang-nimang. Benar juga. Ia bisa bertanya pada Lalisa jika rapat OSIS. Hanya saja ....

"Gue rasa nggak bakal mudah, deh." Aera angkat suara.

Bitna dan Arin langsung menatapnya dengan dahi berkerut seolah-olah bertanya kenapa cewek itu berkata demikian.

"Karena Arin nggak dekat sama Lalisa. Masa iya langsung nanya hal yang bersifat privasi, sih?"

Ah, Arin melupakan hal tersebut. Memang benar apa yang Aera katakan. Walau posisinya sebagai ketua OSIS, tapi ia tidak terlalu akrab dengan anggotanya yang masih kelas X.

"Jadi gimana, dong?" Suara Arin terdengar putus asa.

"Lupain Jungkook, balikan sama kak Sehun," sahut Aera santai. Bitna sontak tertawa keras sampai menjatuhkan badannya di kasur, dan Arin yang mencebik sebal.

Balikan sama Sehun? Kayak nggak ada cowok lain di dunia ini aja.

"Tapi bener juga yang dibilang Arin. Mendingan lo lupain itu International Playboy dan balikan sama kak Sehun. Dia baik loh, Rin."

"Baik sih baik. Tapi kalau dinginnya ngalahin es batu ..." Arin mengembuskan napas gusar. "Lebih baik gue tetap ngejomblo aja. Lo pada nggak tahu sih gimana rasanya punya cowok sebeku kak Sehun. Hubungan tuh datar aja kayak papan triplek. Terus ya, nggak ada ucapan selamat pagi, siang, sore, malam atau apalah gitu. Minimalnya, kalau malam dia ngucap selamat tidur, mimpi indah atau apa kek gitu. Nggak ada! Semuanya datar, dan dingin," cerocos Arin dengan raut wajah tertekuk. Tampaknya, ia masih merasa dongkol mengingat pengalaman mempunyai pacar seorang cowok dingin.

"Tapi ya, kata orang manisnya cowok dingin itu beda loh, Rin. Masa selama enam bulan lo pacaran sama kak Sehun dia nggak pernah manis-manisin lo, sih?" tanya Bitna ragu.

"Seingat gue sih ... kak Sehun pernah berlaku manis sekali."

"Kapan?" Aera dan Bitna bertanya antusias. Terlihat jelas dari binar di mata kedua cewek tersebut.

"Waktu dia nembak gue. Dia ngasih emotikon bunga mawar merah di chat."

Pepatah mengatakan, jangan terlalu berharap, nanti kecewa.

Aera dan Bitna yang tadinya sudah sangat berharap tentang perilaku manis Sehun terhadap sahabatnya, langsung merasa kecewa mendengar hal tersebut.

"Kak Sehun kayak yang nggak tulus. Enam bulan lo sia-sia dong, ya?" tanya Bitna lagi.

Arin langsung mengangguk setuju. "Sia-sia pakai banget, sih. Gue aja agak heran kenapa gue bisa bertahan sampai selama itu bareng kak Sehun. Engh, ada sih satu alasannya."

Aera langsung bertanya, "Apa?"

"Mungkin karena ... status."

Bitna dan Arin sama-sama menggaruk kepalanya tanda tidak mengerti.

"Gini, ya. Lo berdua tahu 'kan kalau gue gila status? Maksudnya ... gue cuma pengin dipandang wah aja gitu sama satu sekolah karena pacaran sama kak Sehun. Dia 'kan prince charming di sekolah. Ganteng, jago olahraga, pinter banget, terus waktu itu dia ketos juga. Ya ... semacam itu."

"Waw!" Aera dan Bitna langsung menggelengkan kepalanya tak percaya. Ia sungguh tidak pernah mengira bahwa sahabatnya bisa berpikir sejauh itu. Benar-benar penggila status.

"Bukan gue doang yang kayak gitu, ya. Kak Sehun juga pernah ngomong waktu kita mau putus kalau dia dulu nembak gue karena dare dari teman-temannya. Dan ya, di belakang gue dia punya cewek lain."

"Hanjir!" Aera langsung memekik kencang. Ia memukul Arin dengan bantal yang sedari tadi dipeluknya. "Gila, Rin! Gila!"

Arin hanya mengangkat bahunya acuh menanggapi histeria Aera.

"Lo nggak benci sama kak Sehun?" tanya Bitna.

"Nggak. Kenapa gue harus benci ke dia? Kak Sehun itu walau dingin, tapi dia baik. Buktinya dia nggak pernah macem-macem ke gue."

"Ya jelas nggak pernah macem-macem. Orang dia nggak ada rasa sama lo!" seru Aera blak-blakan.

"Sekarang gue nyadar, deh. Sebenarnya, nggak ada yang tulus dalam hubungan lo dan kak Sehun," timpal Bitna memungkas percakapan mereka. Arin hanya tersenyum tipis, karena memang begitu kenyataannya.

Tapi sungguh, walau berhubungan dengan Sehun selama enam bulan, Arin tak pernah merasa kecewa atau sakit hati saat melihat mantannya itu berdekatan dengan cewek selain dirinya. Berbeda halnya dengan Jungkook. Baru sekitar satu bulan semenjak Arin mengenalnya, tapi melihat cowok itu bersama cewek lain, mampu membuat dada Arin sesak, dan terasa panas terbakar. Sungguh perbedaan yang sangat kentara, bukan?

¤•¤•¤•¤•¤

To Be Continue

Terima kasih sudah membaca. Jangan lupa vote dan komentarnya. Sampai bertemu di part selanjutnya.

International Playboy (The End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang