2. Tiga permintaan

15 3 4
                                    

-Percuma sekolah kalo omongan lo gak bisa dijaga.

           ***

"Key lo mau ikut nonton Dev maen basket gak?" Tanya Kinara.

Keyla mengernyit bingung "Dev?"

"Ihhh, cogan yang gue ceritain tadi looo" Kinara mencebikkan bibirnya. Kesal.

"Oh iya" Keyla menepuk jidatnya pelan "Kalian bertiga duluan aja ntar gue nyusul"

"Lo mau ngapain?" tanya Citra.

"Adadeh" Kata Keyla. Sok rahasia.

"Emang lo tau lapangannya dimana?" Tanya Mita. Tak yakin.

"Yaelah, gue bisa cari lagi, lagian gak mungkin juga gue nyasar" Keyla terkekeh.

Kinara ikut terkekeh "Yaudah kita duluan ya, gue mau liat pujaan hati gue dulu takut direbut cewek lain" Kinara cengengesan.

"Alah Ra, kek Dev mau sama lo aja" Mita tertawa.

"Udah udah, gosah banyak bacot! Cusss kita kelapangan" Kinara menarik tangan Mita dan Citra. Menyeretnya keluar kelas.

"Jangan lupa nyusul!" Triak Citra, melambaikan sebelah tangannya. Sebulum akhirnya hilang ditelan pintu.

Keyla berjalan keluar kelas, menggendong tas disebelah bahunya. Keadaan koridor sangat sepi mungkin hanya dirinya yang tidak ada dilapangan. Keyla melihat seorang laki-laki paruhbaya yang sangat familiar berjalan kearahnya.

"Keyla" Suara berat dan tegas itu seakan meng-intrupsi Keyla untuk berhenti.

"Ada apa?" Tanya Keyla sopan. Nada bicaranya sangat formal.

"Papa mau undang kamu makan nanti malem, bisa kan?" Tidak ada senyuman diwajah paruhbaya tersebut. Hanya ada raut wajah keseriusan disana.

"Maaf saya sibuk" Keyla menatap laki-laki yang tak lain adalah Ayahnya itu dengan raut wajah kecewa.

"Kamu tau kan?! Papa gak suka dibantah!" Nada bicaranya naik satu oktaf "Jadi Papa harap kamu bisa datang dimakan malam keluarga"

"Itu keluarga anda bukan keluarga saya"

Untung keadaan sedang sepi, jadi tidak ada yang akan mendengar perdebatan kecil tersebut.

Damar menatap Keyla marah "Stop Keyla! Rina itu Mama kamu! dan Mozaiko itu adik kamu!"

"Bukan!" sentak Keyla "Mama saya itu cuma Mama Diana dan saya gak pernah punya adik!"

"Jaga ucapan kamu!" Kedua mata Damar berkilat merah.

"Memang benar kan? Rina bukan Mama saya, Rina hanyalah pelacur dimata saya" Keyla tertawa sinis "Dan Mozaiko, dia adalah anak yang lahir atas kesalahan kalian berdua"

Damar menampar Keyla dikoridor membuat Keyla tertawa miris sambil memegang pipi kanannya yang terasa nyeri.

Keyla menoleh. Agak sedikit mendonga untuk bisa melihat wajah ayahnya "Kenapa ada yang salah tuan Damar Erlangga yang terhormat?" Keyla tertawa hambar.

Damar menatap Keyla nyalang. Emosinya masih belum stabil. "Apa bisa kamu mencontoh Moza ha?! Dia itu pintar! Sopan! Tau etika! tidak seperti kamu! Anak kecil berani melawan orang tua!" Nafas damar memburu.

"Saya buka Mozaiko! Dan saya tidak akan pernah menjadi Mozaiko! Stop banding-bandingkan saya dengan Mozaiko! Saya tidak pernah meminta anda untuk menyukai saya! Stop ikut campur dalam kehidupan saya!" Keyla meninggalkan Damar yang masih berdiri mematung. Kakinya melangkah tak menentu, entah menuntun Keyla berjalan kemana.

DEVINOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang