Bitterlove #01

257 33 121
                                    

Maudy: 10.00am
Na, tiket pameran ntar sore udah jadi gue beli ya

Arkana: 10.34am
Oke Dy, gue otw ke rumah lo jam 4 ya

Maudy: 10.34am
Ok Bos!

Pasca confess yang dilakukan oleh Maudy, kedekatan antara dirinya dengan Arkana pun semakin terjalin lebih erat. Namun Maudy nampaknya harus lebih berbesar hati karena laki-laki yang ia idam-idamkan belum juga memberikan jawaban yang pasti perihal bagaimana mereka ke depannya.

Arkana pun masih menganggap Maudy seperti sebelumnya, sebelum Maudy mengutarakan isi hatinya. Namun tidak dengan Maudy, perilakunya yang lebih intense memberi Arkana perhatian tak jarang membuat Arkana bisa sedikit melupakan kealphaan Amelia–sahabatnya yang kini sudah melupakan dunia mereka berdua.

Sore itu Maudy mengajak Arkana untuk datang ke pameran fotografi. Seperti Maudy yang hobi dengan dunia fotografi, Arkana pun juga tertarik pada bidang itu. Namun ia belum berani menerjunkan dirinya secara profesional seperti Maudy. Ia masih nyaman dengan dunianya, dunia basket dan musiknya. Walau penikmat setia petikan gitarnya hanya satu orang yaitu Amelia, hal itu lebih dari cukup bagi Arkana.

Maudy pernah mendapati Arkana saat sedang memainkan dawai-dawai gitarnya di basecamp basket. Namun itu tidak berlangsung lama, setelah Arkana menyadari kehadiran Maudy ia lantas berhenti begitu saja. Saat itu lah kali pertama dan terakhir Maudy mendengarkan Arkana memainkan dawai-dawainya. Bahkan saat ia meminta Arkana untuk memainkannya pun ditolak, berbeda jika Amelia yang meminta apapun akan Arkana lakukan.

Sesuai janjinya dengan Maudy, pukul empat sore Arkana bergegas menuju rumah Maudy untuk menjemput gadis itu. Dengan mengenakan setelan hoodie warna hitam serta celana jeans dengan warna senada membuat penampilan Arkana sore itu sedap dipandang mata–terutama bagi Maudy. Lokasi pameran yang letaknya lumayan jauh dari rumah mereka membuat Arkana memutuskan untuk membawa mobil kesayangannya.
Bukan karena apa, karena ia takut jika Maudy terserang flu seperti saat Maudy menemaninya berlatih basket.

Kala itu hujan datang dengan tiba-tiba, mau tidak mau mereka harus menerobos hujan yang turun dengan derasnya. Maudy yang sudah mengenakan jas hujan milik Arkana pun akhirnya terserang flu hingga ia absen masuk sekolah. Beruntunglah Arkana yang pada saat itu tidak mengenakan jas hujan selamat dari serangan penyakit.

Jika ia sampai turut jatuh sakit, omelan ibunya pun tak bisa ia hindari. Kali ini Maudy berbeda dengan Amelia, Maudy tidak bisa asyik menikmati indahnya suasana saat mengendarai motor, tubuhnya menolak jika terkena hembusan angin untuk waktu yang cukup lama.

Setelah menerjang kemacetan ibu kota disore hari, Arkana pun tiba di rumah Maudy. Gadis itu tengah duduk menunggu di depan rumahnya, terlihat jelas jika ia telah siap untuk pergi bersama Arkana. Mengenakan setelan casual–jaket jeans dan celana bermodel skiny–turut menambah kesan menawan pada dirinya. Tak butuh waktu lama, Maudy pun berlari ke luar rumahnya untuk segera menemui Arkana dan bergegas menuju pameran.

“Hai Na, macet banget ya tadi?” ucap Maudy yang sedang sibuk mengenakan seat belt di samping Arkana.

“Ya macet kaya biasanya lah, Dy. But it’s okay kok. Udah? Berangkat sekarang ya?” ucap Arkana yang disambut dengan anggukan oleh Maudy.

Suasana ibu kota terlihat cerah, langit biru dengan hiasan awan putih yang menggantung di sekitarnya menambah kesan sejuk udara sore itu. Meski sebenarnya udara ibu kota tidak pernah sejuk, hanya ada asap polusi–yang diakibatkan oleh gas residu kendaraan bermotor–yang menggantikan kesejukan udara ibu kota.

Selain itu kendaraan bermotor yang terlihat menumpuk di jalanan pun menjadi pemandangan yang biasa bagi warganya, sangat jauh dari kesan nyaman. Setiap harinya saja mereka harus berangkat beberapa jam lebih awal agar tidak terlambat, entah itu sekolah, bekerja, atau sekadar menghadiri sebuah acara penting. Seperti yang Arkana dan Maudy jalani saat ini, menembus kemacetan ibu kota demi sebuah pameran fotografi yang sudah mereka janjikan.

Bait Pertama (A Novel)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang