Where?

514 69 4
                                    

"Mana bandulku?" Tiba-tiba Hinata menyodorkan tangannya meminta bandul miliknya.

Sasuke bingung menjawabnya, ia mengalihkan pandangannya agar tidak menatap Hinata. Ya Tuhan jika tahu begini lebih baik Sasuke mati bosan di kamarnya tadi.

.

.

.

Hinata tetap menatap Sasuke dengan tangan yang masih disodorkan, karena tidak cepat diberikan Hinata menggerak-gerakkan tangannya agar cepat diberikan.

Sasuke sedikit berdehem untuk menghilangkan kegugupannya. Sial, mengapa ia jadi gugup begini. "Aku tidak membawanya. Awal perjanjiannya aku akan mengembalikkannya saat sekolah bukan."

Hinata menjatuhkan tangannya sambil manggut-manggut menerima alasan yang diberikan Sasuke.

"Bandul yang dari ibu itu?" Tanya Neji lalu Hinata mengangguk.

"Kenapa bisa ada di Sasuke?" Tanya Neji lagi. "Ceritanya panjang." Jawab Hinata.

"Bandul?" Tiba-tiba Itachi membuka suara. Sasuke melirik Itachi.

"Bandul yang tadi ter-" Belum sempat meneruskan kalimatnya mulut Itachi sudah dibekap oleh Sasuke. Hinata dan Neji menatap dua Uchiha bersaudara itu dengan dua alis yang mengangkat karena heran.

"Tersimpan rapi di meja belajarku." Hinata mengangkat satu alisnya karena tidak paham dengan ucapan Sasuke.

"Itu maksud Itachi." Sambung Sasuke agar lebih jelas.

"Oh.. yang terpenting tidak hilang." Setetes keringat meluncur dari pelipis Sasuke setelah Hinata mengtakan itu.

"Tidak, aku simpan dengan rapi. Tenang saja." Sasuke melihat arlojinya

"Sepertinya aku dan aniki harus segera pulang karena sudah ditunggu kaa-chan, dia menitipkan sesuatu. Benarkan aniki?" Sasuke menekankan kalimat terakhirnya dengan menoleh ke Itachi dengan mata yang melebar.

Itachi yang tidak tahu apa-apa hanya manggut-manggut mengikuti perintah adiknya. "Eh,, i-iya benar. Kami pulang dulu ya Neji."

Akhirnya Sasuke dan Itachi meninggalkan dua Hyuuga bersaudara itu. Mereka melihat kepergian Sasuke dan Itachi sebenter setelah itu kembali memilih buku lagi yang akan mereka beli.

.

.

.

'Blam'

Setelah menutup pintu mobil Sasuke menyenderkan kepalanya di sandaran kursi mobil. Dia menghembuskan nafasnya kasar.

Celakalah dia, kakak Hinata tahu bahwa bandul itu ada padanya dan juga Sasuke merutuki dunia ini yang begitu sempit. Bagaimana bisa kakaknya berteman dengan kakak Hinata.

"Kenapa kau berbohong?" Itachi bertanya pada Sasuke. Ia masih belum mengerti situasinya.

"Tentang apa?" Jawab Sasuke melirik Itachi malas sambil menopang kepalanya dengan satu tangan dan tangan yang menyender pada pintu mobil.

"Bandul itu dan juga ibu. Ibu tidak titip apa-apa saat kita berangkat tadi."

"Itu hanya alasan agar kita bisa lekas pergi dari situ." Sasuke mengalihkan pandangannya pada jalanan kota Konoh di malam hari.

"Lalu ada urusan apa kau dengan adiknya Neji sampai kau berbohong bahwa bandul itu masih ada padahal bandul itu sudah hilang bukan?" Sasuke menghela nafasnya lagi, kakaknya ini benar-benar selalu ingin tahu dan akan bertanya sampai dia puas.

Jadilah Sasuke menceritakan semuanya. Dari awal ia bertemu Hinata, lalu ponsel mereka yang tertukar, mengantar Hinata pulang dan bandul yang hilang. Tanpa bercerita tentang taruhan itu tentunya.

40 DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang