Chapter 7

141 101 51
                                    

Dallas terburu-buru memasuki rumah sakit, ia berjalan kearah ruangan yang bertuliskan chef de l'hôpital baru saja hendak memegang kenop pintu, seorang perawat keluar dari ruangan tersebut.

• (chef de l'hôpital: Kepala rumah sakit)

Sang perawat tersenyum menggoda, "Anda sudah di tunggu Pak Keiko di ruangannya."

Dallas hanya mengangguk singkat dengan wajah datar yang masih terpatri diwajahnya.

"Silahkan."

Dallas memasuki ruangan, pintu tersebut langsung tertutup kembali.

"Selamat datang di rumah sakit Saint Louis Ap-Hp Dr.Dallas Camelo." sambut pria setengah baya, saat menyadari Dallas sudah berada di ruangan-nya.

Dallas hanya tersenyum tipis dan mengangguk. Ia meyakini bahwa pria baruh baya yang duduk dikursi kebesarannya adalah Dr. Keiko, kepala rumah sakit.

"Silahkan duduk Dr. Dallas."

Dallas pun duduk berhadapan dengan pak Keiko, sebuah meja yang membatasi jarak diantara mereka.

"Ekhem." pak Keiko berdehem sebagai awalan membuka pembicaraan.

"Bagaimana perjalananmu?" tanya pak Keiko basa-basi.

"Tidak buruk." jawabnya singkat.

"Ternyata kau orang-nya dingin, seperti kata Mr. Jengki."

Dallas diam.

"Baiklah, aku rasa kau tak suka basa-basi. Aku menyuruhmu untuk menemuiku karena kau harus tanda tangan perjanjian kontrak kerja ini." jelas pak Keiko menyodorkan surat perjanjian. "Kau tak sempat menandatangani kontrak kerja yang ada di Mr. Jengki kan?" tebak nya.

Dallas masih saja diam.

"Ah! Aku sudah tau jawabannya, walau kau tak menjawab. Jadi bisakah kau tanda tangan surat kontrak kerja ini?"

"Tentu." balas Dallas tanpa ekspresi.

Matanya membaca isi surat perjanjian itu sekilas sebelum tangannya menandatangi surat kontrak kerja. Setelah selesai menandatangani Dallas menyodorkan kembali surat kontrak itu.

"Baiklah, terima kasih."

"Apa masih ada yang dibicarakan?" tanya Dallas malas, namun ia masih berusaha bersikap sopan.

"Nampaknya kau tak sabar untuk segera ke apartement mu. Oh, satu hal lagi yang perlu di ingat Dr. Dallas. Besok pagi kau bisa mulai bekerja dirumah sakit ini, supir barumu tadi bernama Marchel akan menjemput mu besok."

"Maaf Mr. Keiko, bolehkah saya menyetir sendiri? Saya lebih nyaman tanpa diantar."

"Baiklah, itu tak jadi masalah tapi dia akan tetap menjadi supirmu walau kau tak memakai-nya kali ini. Namun sewaktu-waktu kau pasti butuh."

"Terima kasih, kalau begitu saya permisi." sebelum meninggalkan ruangan, Dallas membungkuk kan badannya sekilas dan berlalu pergi.

❤️🇫🇷❤️🇫🇷

Suasana didalam mobil yang ditumpangi Auliya dan supir-nya sangat tenang. Auliya nampak fokus mengemudi sedangkan sang supir hanya melamun.

"Besok kau tak usah mengantarku." Auliya berkata tiba-tiba, memecah keheningan yang melingkupi mereka berdua.

Sang supir tersadar dari lamunannya, ia mengerjapkan matanya sesaat lalu menoleh kearah nona-nya, "Tapi nona itu sudah kewajiban saya untuk mengantar dan menjem-"

"Aku tak suka dibantah, ini perintah dari majikan!" potong Auliya cepat melirik sekilas supir yang duduk disampingnya, sebenarnya ia tak nyaman ketika mengatakan kata 'majikan' itu terkesan tak sopan baginya. Yah walau gadis keturunan Indonesia itu tau kalau mereka majikan dan supir.

Sang supir hanya pasrah, "Baiklah nona." putus supir muda itu.

"Aku akan mengantar kau ke apartemenmu, dimana alamatnya?"

Sang supir muda itu hanya menatap Auliya tanpa ekspresi.

Mobil Jeep yang dikemudikan gadis itu berhenti disebuah bangunan apartemen yang nampak sederhana, "Jadi kau tinggal disini?" tanya Auliya menatap bangunan itu lewat jendela mobil.

"Iya nona."

"Baiklah, tapi aku hanya bisa mengantar mu sampai sini."

"Tak apa nona, tapi—"

"Sudahlah jangan banyak bicara! Hari sudah mulai malam, aku harus segera pulang." lagi-lagi Auliya memotong pembicaraan supir mudanya.

Supir itu langsung keluar dari mobil. Auliya segera menancap gas meninggalkan kawasan apartemen supirnya itu.

"Selamat malam nona Auliya." lirih supir muda itu melihat kepergian mobil yang ditumpangi nona-nya.

Auliya sudah sampai di apartemennya lima belas menit lalu, kini ia tengah bermain ponselnya ternyata ada lima notifikasi pesan dari Rein.

Rein💕🐌🇰🇷

Sorry, baru bisa balas pesanmu. Aku baik-baik saja...

Gimana kabarnya?

Disana kamu baik-baik aja kan?

Balas pesan aku... Kamu marah ya?

Liya imutttt.

Auliya tersenyum melihat pesan yang dikirimkan Rein.

Aku baik-baik aja😊 makasih kamu udah khawatir sama aku🥰 Liya imut ini tak akan marah sama kamu. Udah ya ini sudah malam, jadi selamat istirahat. Night ❤️😴

Send.

Gadis keturunan Indonesia itu tersenyum-senyum sendiri membalas pesan Rein, walau jarak jadi penghalang mereka tapi komunikasi itu yang paling utama.

"Hmm. Udah malem, besok aku kan harus berangkat kerja sendiri, jadi harus bangun pagi. Selamat malam Daddy dan Mommy." gumam Auliya mematikan lampu tidur yang berada diatas nakas.

Hey hey...

Mimpi indah ya Auliya, jangan lupa mimpiin aku 😅😂

Follow akun wattpath ku ya...😉

Jangan lupa vote and coment sebanyak-banyaknya 🤗

Biar aku nulisnya tambah semangat 😄

I Love You Paris ❤️🇲🇫 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang