Chapter 8

106 91 69
                                    

Dallas merebahkan tubuhnya diatas kasur menatap langit-langit kamar barunya yang bernuansa putih bersih, lebih tepatnya putih seperti dirumah sakit. Ia merasa tak keberatan dengan warna itu, semenjak hubungannya dengan Isabell rusak hidupnya selalu dihabiskan didalam rumah sakit jadi ia tak merasa keberatan melihat kamar barunya bernuansa seperti ini.

"Huh!" lenguhannya.

Suara deringan ponsel yang berada di nakas berbunyi, Dallas mengambil ponselnya dengan malas tanpa melihat siapa yang menelepon ia langsung menggeser tombol hijau.

"Bonjour?"

• (Bonjour: Hallo?")

"Dallas! Kenapa kau tak memberi tahuku kalau kau, dipindah tugaskan. Aku sangat mencemaskanmu karena sejak pagi aku tak melihatmu dirumah sakit. Tega sekali kau!"

Suara yang sangat dikenali Dallas menyapa Indra pendengarannya dengan pertanyaan beruntun.

Dallas berdecak begitu panggilan terhubung, "Bisakah  kau menanyakannya besok? Aku sangat malas menjawab semua ocehanmu."

"Dallas! Apa-apaan kau ini!  Seharusnya kau jawab semua pertanyaanku."

"Tobbias, aku sangat lelah hari ini. Jadi tolong, simpan semua pertanyaanmu dulu aku akan menjawabnya besok pagi. Okay."

"Apa? Kau menyuruhku untuk menutup telfonnya? Tidak akan seb-"

Tut...

Dallas mematikan telfonnya secara sepihak, hari ini ia benar-benar butuh istirahat bukan dengan semua ocehannya Tobbias. Sungguh mengganggu, pikirnya.

Ia memejamkan matanya mengingat kejadian tadi sore. Gadis yang hampir saja ditabrak Marchel, supirnya. Dia sangat cantik walau postur tubuhnya mungil tapi sangat imut dimata Dallas. Tunggu? Untuk apa memikirkannya?

"Baiklah, aku rasa mandi akan menyegarkan pikiran." gumamnya beranjak ke kamar mandi.

🇫🇷❤️🇫🇷❤️🇫🇷

Kriinggg....

Jam beker yang berada dinakas telah berbunyi sejak lima menit yang lalu, namun sang empunya masih saja bergelung nyaman dengan selimut. Merasa terganggu dengan suara jam beker sang empu meraba-raba nakas untuk mematikannya. Satu matanya telah terbuka lalu mengambil jam beker yang sempat dimatikannya tadi.

"APA?!!" teriaknya lalu menyibak selimut yang masih membelit tubuhnya dan bergegas menuju kamar mandi.

Jam yang menunjukkan tepat pukul delapan pagi membuatnya harus terburu-buru untuk berangkat pemotretan. Siapa lagi kalau bukan gadis cantik nan imut itu adalah Auliya.

Auliya tengah menuruni anak tangga, sesekali mengecek barang bawaannya didalam tas takut nanti ada yang tertinggal sampai tak memperhatikan jalannya membuat ia tersandung kakinya sendiri diundakan terakhir anak tangga. Spontan matanya terpejam, siap untuk menghadapi sakit yang akan didapat. Namun, bukan rasa sakit yang Auliya dapat tapi sebuah dekapan hangat yang justru didapatnya.

Auliya mendongakkan kepalanya, "Loh, kenapa kau disini?" tanya Auliya menyelidik melepas dekapannya.

"Saya menjemput anda nona." jawab supir Korea sopan.

"Tapi kau kan sedang sakit. Terus kesini naik apa? Mobilnya kan aku bawa. Kau naik taksi?"

"Nona, sebaiknya anda berangkat sekarang." ujar sang supir mengalihkan pembicaraan.

I Love You Paris ❤️🇲🇫 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang