Melepuh

64 2 0
                                    

Tiga tahun lalu seingatku, pertama kalinya kulihat langsung asalnya garam. Ternyata tidak beda jauh dengan tempatku berasal. Sama-sama biru, tapi birunya air garam ini lebih istimewa. Ia bisa diraih oleh tangan, dinginnya bisa kusentuh dengan jari-jari atau seluruh tubuhku. Tak seperti langit yang sedikit aneh. Melintang luas tapi hanya bisa dilihat. Udaranya tak bisa kusentuh, hanya dinginnya yang memenuhi paru-paruku ketika malam. Keberadaannya bisa diketahui tapi tak nampak. Setinggi-tingginya dataran pun tak pernah sampai menyentuh langit. Disanalah tempatku berasal.

Ada satu hal yang tak dimiliki tempat tinggi dari pesisir. Tak ada garis pembagi bumi yang bisa kau lihat lurus. Sungguh aneh, tempat seperti itu hanya dimiliki pesisir panas seperti ini. Orang-orang yang memanen garam itu disebut petani garam dan ladangnya disebut tambak. Kutemui kulit mereka hitam-hitam, kontras dengan milik kami yang terbiasa dengan udara dingin. Orang-orang seperti itu sangat menyukai minuman yang warnanya gelap seperti kulit mereka. Berapa pun kopi dan teh yang kami bawa turun dari atas selalu menemukan pemiliknya di tempat ini.

Ada satu titik di tengah hutan lebat pegunungan tempatku bisa melihat bumi dan langit seluruhnya berwarna biru. Butuh waktu lama untuk Ayah membawaku turun memuaskan rasa penasaranku akan hal itu. Kurasa Ia tak sepenuhnya percaya aku akan bertahan hidup di dataran rendah. Ia lalu selalu mengingatkan agar sesampainya, aku cukup memerhatikan orang-orang tua bekerja. Tak perlu banyak membantu, hanya perhatikan saja.

Kain yang menyelubungi tubuhku ini bahannya terbuat dari kapas dan bulu. Sangat cukup untuk melindungi kulitku dari terik matahari yang menyengat. Bukan berarti di tempatku tak pernah diterangi cahaya matahari, hanya saja pepohonan di sana lebih banyak untuk menangkal sinar, berbeda dari pohon kelapa yang hanya berbatang lurus dan tidak bercabang. Pikiranku tentang pohon kelapa seketika buyar saat salah satu pohon kelapa di sana berteriak.

"Hei, minggir!"

Aku pun melompat terperanjat saking kagetnya. Buah kelapa jatuh tepat di depanku saat kuambil lompatan kaget itu. Oh, apakah ini salam perkenalan dari penghuni tempat ini?

Kuambil buah kelapa di hadapanku itu, terpana melihat hadiah yang kudapat berupa buah kelapa muda yang tampak sangat segar, mampu melegakan dahaga di panas terik siang bolong begini. Penunggu di sini sangat ramah, batinku bergumam, Ia bahkan tahu aku sedang kehausan. Sesaat kemudian kudengar lagi suara itu.

"Kau boleh ambil yang itu kalau kau mau."

Segera kupakai akal sehatku. Saat menoleh, seorang laki-laki tengah melompat turun dari pohon kelapa barusan. Matanya terang sekali, begitu cokelat dan menyala. Apakah terlalu lama melihat matahari bisa membuat bola matamu begitu?

"Apa kau penghuni tampat ini? Maksudku apa kau tinggal di sini?"

"Kau mau yang ini juga?"

Tangannya menimbang-nimbang buah kelapa. Ternyata di belakang pohon berbatang tipis itu ada tumpukan buah yang keberadaannya luput dari mataku. Orang yang melihat akan langsung tahu barusan aku sedang melamun. Aku menggeleng-geleng, rasanya malu sekali.

"Kalau sedang jalan-jalan di tempat ini sebaiknya sering-seringlah menengok ke atas, barangkali ada satu dua penunggu iseng yang melempar buah kelapa ini ke kepalamu," ucapnya nyengir, "dan jangan coba-coba duduk di bawah pohon kelapa yang berbuah, dengan senang hati mereka akan menjatuhkan buahnya untukmu."

Tak pernah kulupakan pertemuan di bawah pohon kelapa itu. Laki-laki berkulit gelap dengan mata yang terang. Seolah ketika orang melihatnya pertama kali, Ia ingin memamerkan bola matanya itu dibanding kulit miliknya. Laki-laki ini sedikit aneh. Sama seperti langit yang aneh. Namanya Madhu, tetapi nama itu tidak berasal dari tempat dibuatnya garam. Tentu aku familiar dengan madu, cairan manis yang kami jual untuk orang-orang asin di dataran rendah. Bagaimana laki-laki berkulit gelap bisa memiliki nama yang kami berkulit putih buat?

Angan dalam Mimpi (Kumpulan Cerpen)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang