10

1.8K 341 19
                                    

Aku baru saja keluar dari ruang dosen pembimbing akademik untuk mengambil brosur lokasi penelitian yang akan kami jalani semester depan. Rencananya aku penelitian laboratorium di universitas tetangga. Berarti, aku harus berhenti kerja tahun depan.

"Menjauh semeter dariku," tegasku. Jihoon langsung berhenti. Aku sudah menduga Jihoon akan seperti ini lagi, mengejutkan dan menempeliku.

"Bau keringat," lanjutku.

"Keringatku wangi, loh."

Tidak kuhiraukan, bagaimanapun Jihoon terus mengikutiku sampai ke taman tempat biasa aku duduk termenung. Bedanya tidak ada Junkyu, apa dia selesai bereksperimen?

"Kau sudah menentukan tempat penelitian?"

"Sudah, di laboratorium Hanyang."

"Dekat denganku kalau begitu."

"Kau dimana?"

"SMA Hanyang, sebenarnya aku harus mengulang satu pelajaran semester depan tapi beruntung masih bisa ikut penelitian."

"Ha.. Kalau Junkyu di mana ya?" gumamku.

"Rumah sakit mungkin," sahut Jihoon.

Drrt ..

Ponsel Jihoon berbunyi, "kenapa?"

"Iya, aku ke sana. Lima menit, iya! Aku lari ini, jangan kemana-mana!" teriaknya.

"Johyun, aku duluan ya! Malam nanti jangan lupa, kali ini aku yang telat."

Berarti aku ke rumah Junkyu harus lebih cepat dari jam biasanya. Akhir-akhir ini perasaanku mulai tidak enak, Junkyu tidak terlihat lagi bahkan saat aku sengaja melewati fakultasnya.

Jam empat sore aku langsung pergi ke rumah Junkyu tentunya membawa bekal, aku berniat makan bersamanya. Sesampainya, aku mengetuk pintu berkali-kali tetapi tidak ada yang membukakan pintu. Aku menelepon Junkyu, juga tidak diangkat. Baiklah, aku masih punya banyak waktu sebelum bekerja.

Satu jam setengah, Junkyu juga belum terlihat. Segala usahaku untuk mengetuk pintu dan meneleponnya sama sekali tidak berhasil. Kemana anak itu? Kampus pasti sangat sepi, tidak mungkin Junkyu belum pulang. Lebih baik aku langsung pergi kerja saja, mungkin Junkyu ada kesibukan lain di luar kampus.

Keesokan hari, tepat jam 12 siang aku keluar dari kelas menuju kantin utama kampus yang letaknya cukup jauh dengan berjalan kaki. Kami memang sudah membagi tim untuk penelitian dan hari ini diskusi pertama, tim ku berniat berkumpul setelah pelajaran selesai. Tentunya aku harus melewati beberapa fakultas, di sebelah kiri ada fakultas teknik hanya ada asap mengepul dari salah satu ruangan di sana, di sebelah kanan ada fakultas hukum yang banyak berjejer mobil-mobil mahal entah milik dosen atau mahasiswa, dan di sebrang ada fakultas Psikologi ranah soshum. Langkah terakhir yang ditempuh agar cepat sampai adalah melewati fakultas Psikologi.

Saat aku melewati fakultas tersebut, beberapa mahasiswa dan mahasiswi mengepung mading. Di papan besar itu, banyak tulisan dan foto seseorang yang tampak familiar di mataku.

"Dia kakak tingkat, kan?"

"Bukannya dia sekelas dengan kita di kelas tambahan?"

"Aku ingat! Kim Junkyu yang melakukan eksperimen di taman, ternyata aslinya begini?"

Tunggu, Kim Junkyu? Mereka membicarakan Kim Junkyu yang ku kenal?

Aku mencoba menerobos kerumunan orang, kini aku dapat melihat dengan jelas dua foto dan screenshoot chat yang diprint. Foto Junkyu memeluk seorang laki-laki dan foto satunya Junkyu mengusap kepala laki-laki itu. Screenshoot berisikan chat Junkyu dan seseorang bernama Mashiho, tidak ada yang aneh tapi cara mereka berkirim pesan itu terasa istimewa layaknya orang yang sedang melalui masa pendekatan.

Seseorang tidak sengaja menyengol bahuku, meraup semua benda yang aku lihat tadi. Meski mengenakan masker, aku sangat mengenalinya. Dia adalah Kim Junkyu, laki-laki yang sedang dibicarakan.

"Di sini dia rupanya.. Hei, kau habis kencan dengan pacar laki-lakimu?"

"Mashiho seperti nama orang Jepang, kan?"

"DIAM SEMUANYA!" teriak Junkyu. Aku tersentak tepat di sebelahnya, tubuh laki-laki itu bergetar. Tanganku menarik ujung jaket denimnya, ia menoleh dan sedikit terkejut dengan kehadiranku. Matanya menyiratkan aku untuk pergi dari sini, racauan massa makin menjadi, menanyakan hal yang tidak pantas hingga menyangkut aktivitas seksual.

Kalau Junkyu lari, berarti ia membenarkan rumor tersebut. Kalau diam saja, Junkyu akan didesak sampai menjawab pertanyaan konyol mereka. Bagaimana aku harus menolongnya?

"Ini semua hoax."

"Hoax darimana? Aku melihat sosmedmu mengikuti seseorang bernama Mashiho."

"Aku temannya tapi kami tidak pacaran."

Pernyataan tersebut malah mengundang banyak pertanyaan lain, hingga salah satu mahasiswi menyadari keberadaanku.

"Kau siapa?"

Aku malah melirik Junkyu yang juga menatapku, "aku pacar Junkyu."

Di otakku, hanya ada kata-kata itu. Raut wajah Junkyu tidak terbaca sama sekali, entah dia tidak suka atau membiarkan jawabanku.

"Tidak percaya?" tantangku. Aduh, aku harus bagaimana kalau mereka tidak percaya.

"Dengar semuanya, Mashiho adalah temanku dan di sampingku adalah pacarku. Jadi, jangan menyebar rumor lagi kumohon."

Junkyu menyebutku pacarnya, ada sesuatu yang membuncah dalam diri ini. Perlahan tangan Junkyu merambat naik menggenggam tanganku, bisa kurasakan tangannya bergetar dan basah.

"Kau anak teather ya? Pantas jago akting," cela salah satu dari mereka.

"Aku Park Johyun, jurusan Arkeologi. Tidak mengikuti organisasi manapun dan tentu saja aku tidak bisa berakting. Sudahlah kalau kalian tidak percaya."

Aku ingin pergi tapi tangan Junkyu menahanku, ia terus menundukkan kepalanya dan genggaman itu semakin kuat.

"Ayo kita pergi," ajakku.

"Tidak akan ada habisnya kalau tidak dibuktikan langsung," gumam Junkyu.

"Ayo pergi! Kita ada kencan hari ini!" Ya, aku sengaja mengeraskan suara. Tapi Junkyu malah menarikku mendekat dan- tunggu, kenapa ada kupu-kupu dalam perutku?

Semua menatap ke arah kami, aku berusaha memukul dada laki-laki itu agar melepas ciumannya di bibirku. Dia bertindak terlalu jauh, perlahan kerumunan membubarkan diri. Setelah itu aku bisa merasakan tubuh Junkyu lemas dan terjatuh.

🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒

HUG | Kim Junkyu [TREASURE] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang