Hari ini Jihoon absen dari pekerjaannya, ya baguslah. Seperti biasa aku istirahat setelah menyebar semua brosur kepada para pejalan kaki di sana. Bocah berseragam itu masih melakukan acara peluk-memeluknya. Tapi hari ini cukup sepi dan sekarang Junkyu tengah memeluk angin.
Aku melirik kiri kanan, aku dapat mengenal beberapa orang yang sering melewati taman ini mengabaikan Junkyu, mungkin bosan dan bertanya-tanya apa tujuan laki-laki itu. Dari jauh aku dapat mendengar samar suara dering ponselnya atau dering alarm yang mengingatkan bahwa waktunya sudah habis. Benar saja, Junkyu membawa almamater dan papan yang menjadi propertinya pergi dari taman.
Langkah kakiku tersihir seolah mengikutinya. Kami melewati jalan kecil yang minim penerangan sampai akhirnya Junkyu berhenti di sebuah toko tua dan masuk ke dalam. Lalu aku tersadar sudah berdiri di depan toko tua tersebut selama puluhan menit hingga orang yang ku ikuti keluar dengan plastik sampah di tangannya.
"Siapa ya?" tanyanya. Aku tersenyum canggung, mencoba mencari alasan karena aku sudah kepergok berdiri di depan rumahnya. Mataku menangkap papan kayu usang dengan tulisan 'toko buku ibu Kim'.
"Aku ingin membeli buku."
Junkyu tersenyum tipis, "kau orang baru ya?"
"Hah, maksudnya?"
"Tempat ini dulunya memang toko buku tapi sudah tutup dua tahun yang lalu."
"Ah.. Begitu ya."
"Ada yang perlu ku bantu? Atau kau mau buku gratis? Di belakang banyak buku yang tidak terjual."
Hm, tawaran yang menarik.
"Boleh?"
"Tentu saja, tunggu sebentar aku buang sampah dulu."
Tubuh tinggi itu berjalan cepat menuju tempat pembuangan yang tersedia depan lorong. Ia kembali dengan senyuman dan mempersilahkanku masuk. Dari luar toko atau rumah ini tampak kecil namun setelah masuk ke dalam akan disuguhi ribuan buku yang sampulnya sudah menguning dan tentu saja aroma khas buku tua tanpa debu. Rupanya Junkyu tipe orang yang sangat merawat rumah.
"Bawa berapapun buku yang kau mau. Kalau kau bingung, aku bisa merekomendasikan buku mana yang enak dibaca."
"Sebenarnya aku baru hobi membaca akhir-akhir ini."
"Benarkah? Kau suka buku tentang apa?"
"Dibanding buku pengetahuan aku lebih tertarik dengan novel dan komik."
Junkyu mengangguk, telunjuknya memilah buku di bagian rak paling ujung. Ia meraih buku bersampul biru dongker dengan gambar teropong dan bintang.
"Ini komik pertama yang aku baca dan tidak pernah bosan meskipun dibaca beberapa kali. Ambil saja."
"Kau serius?"
"Apa yang kau khawatirkan? Komik ini banyak sekali cetakannya. Ambil saja."
"Baiklah, terimakasih."
Aku membuka asal komik tersebut, bibirku terangkat sempurna memandangi gambaran sang komikus yang terlihat sangat nyata itu. Sepertinya memang komik yang bagus.
"Kita belum kenalan, kan? Namaku Kim Junkyu."
"Ah iya, namaku Park Johyun."
"Berapa usiamu?"
"Usiaku 21 tahun dan kau masih sekolah, kan?"
Junkyu tersenyum kecil, "kita seumuran."
Alisku mengerut. Apa dia pernah tidak naik kelas?
Laki-laki itu memegang seragam sekolah yang belum ia ganti. Kemudian mengangguk paham arah pembicaraan ini.
"Kau pilih-pilihlah dulu, aku mau ganti baju."
Junkyu tidak menjawab pertanyaanku. Tapi buat apa aku mencoba mendesaknya, mungkin dia memang pernah tidak naik kelas.
🌌🌌🌌🌌🌌🌌🌌🌌🌌🌌🌌🌌🌌🌌
KAMU SEDANG MEMBACA
HUG | Kim Junkyu [TREASURE] ✓
Cerita PendekApa arti pelukan bagi Junkyu? start : 12 Juni 2020 end : 16 Juni 2020 ©joaapark