"Ra, Bokap gue oke katanya kalau buat bantu anak Palestina. Malah gue yang disuruh rapat sama tim lo buat bahas mekanisme kerjanya. Soalnya Bokap lagi sibuk ngurusin yang lain." Kami berjalan ke dari parkir motor ke gedung C kampus kami. Zizi memang sosok yang sangat tawadhu menurutku. Sopirnya setiap hari hanya mengantarnya kekosku setelah itu dia berangkat naik motor bersamaku. Maka dari itu hampir tidak ada yang tau kalau dia anak seorang konglomerat pemilik perusahaan ternama di Jakarta.
"Serius ? Tapi ini mendadak sih Zi, kalau nanti sore sekalian ikut rapat mau ngga ? Sekalian ada 1 perusahaan lagi kemarin yang udah ACC mau kerjasama. Tapi kalau kamu ngga bisa aku atur jadwal lain pokoknya gampang lah." Jawabku bersemangat. Aku ngga nyangka dengan diriku sendiri yang bisa membawa 2 perusahaan bekerja sama dalam proyek ini. Alhamdulillah Ya Allah. Batinku.
"Bisa elah, apasih yang engga buat lo, lagian ngga ada rapat juga gue, tadi Yahya WA katanya rapat diundur besok karena dia mau ada urusan meeting perusahaannya."
"Yahya punya perusahaan ?" Tanyaku memastikan semuanya ke Zizi. Memastikan kalau perusahaan Insan Mulia yang membalas pesan instagramku tempo hari adalah perusahaan Yahya.
"Aslinya gue keceplosan nih. Wkwkwk. Jangan bilang siapapun ya, soalnya dia ngga mau kalau orang lain tau."
MasyaAllah Zizi dan Yahya memang luar biasa. Mereka orang-orang kaya yang tidak pernah menampakkan kekayaannya. Aku sangat salut dengan mereka. Nanti sore, kali pertama mereka akan sama-sama tau kalau mereka berdua akan bekerjasama denganku dalam proyek ini.
Sore ini harusnya aku merasa bahagia karena mendapatkan dua perusahaan untuk bekerjasama dengan project sosialku, tapi yang kurasakan justru gugup tak menentu. Entah apa yang aku pikirkan sampai-sampai hampir keringat dingin rasanya.
Aku dan Zizi telah tiba ti ruang meeting, dan Zizi membawa tim dari perusahaaannya. Termasuk dia sendiri juga akan ikut aktif dalam proyek ini, selain disuruh Ayahnya untuk menggantikan, dia juga sangat suka dunia sosial sepertiku.
"Assalamu'alaikum, maaf saya terlambat 5 menit, tadi ada sedikit kendala dalam perjalanan kesini." Ucap Yahya ketika memasuki ruang meeting dengan langkah tergesa-gesa.
Berbeda denganku yang sudah tau kalau Yahya akan datang, begitu dia masuk aku langsung menundukkan kepalaku, namun Zizi justru kaget dan langsung berdiri.
"Jadi perusahaan lo yang mau kerjasama sama proyek Zahra ? Yaelah gue kira pejabat mana, tau gitu kita meeting di café deket kampus aja tadi" Ucap Zizi ke Yahya sebelum dia duduk di ruang meeting.
"Jawab salam dulu kali Zi, ya gue juga ngga tau kalau ada lo juga, gue pikir rapat sama tim nya Zahra doang, makanya usul di kantor aja biar ngga berduaan." Jawab Yahya.
"Lagian lo juga ngga bilang ke gue Ra kalau Yahya yang mau kerjasama sama kita." Tanya Zizi kepadaku dengan nada penasaran.
"Ya aku ngga yakin Zi kalau Perusahaan Insan Mulia itu punya Yahya temen kita." Jawabku singkat.
Dalam diskusi kali ini, aku menemukan sisi lain dari Yahya yang aku ngga tau. Dia adalah sosok yang sangat terbuka dalam diskusi, selalu mendengarkan orang-orang sekelilingnya, dan ternyata dia lumayan humoris. Diskusi kali ini sangat hidup. Aku sangat optimis proyek sosial kali ini akan sukses dengan ide-ide cemerlang dari Yahya dan Zizi. Mereka memang organisatoris sejati bagiku, aktivis luar biasa. Ide-ide yang mereka sampaikan sangat real tidak hanya konsep saja namun juga dijabarkan secara rinci sampai tahap pelaksanaan nanti, dan aku sangat belajar banyak dari mereka.
"Gue izin ke belakang bentar ya." Zizi izin sebentar menuju kamar kecil. Tinggallah aku dan Yahya di meja rapat. Aku berusaha membuka pembicaraan dengan Yahya agar tidak canggung.
"Skripsi kamu gimana, Ya ? Lancar ?" Tanyaku basa basi karena ngga tau harus bertanya apalagi.
"Lumayan, Ra. Alhamdulillah Prof. Abdullah sangat memudahkan skripsiku, aku bilang sama beliau target lulusku 3,5 tahun. Kamu sendiri gimana ? Denger-denger Pak Agus lagi nyelesein S3nya di luar negeri ya ?"
"Iya qoddarullah, bimbinganku kebanyakan online sementara ini." Jawabku singkat.
"Ra.." Panggil Yahya.
"Iya, kenapa ?" Jawabku penasaran.
"Umiku sudah bicara sejauh mana ke kamu ?"
Aku pun tertegun mendengar pertanyaannya. Gugup dan bingung tak tau harus menjawab apa. Teringat beberapa pekan lalu Umi Yahya berbicara kepadaku tentang bagaimana tanggapanku tentang menikah dengan Yahya.
"Oy, Raaaa, bengong mulu kebiasaan." Zizi datang memecahkan pembicaraan kami.
Kami bertiga pulang satu mobil akhirnya karena searah ke area kampus. Yahya ngga masalah mengantarkan kami layaknya sopir karena hari sudah mulai gelap dan sopir Zizi sedang berhalangan. Seperti biasa di dalam mobil Yahya dan Zizi membicarakan masalah organisasi dengan sedikit humor mereka, dan aku masih dalam kondisi yang canggung kepada Yahya.
bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
ZAHRA
RomanceZahra adalah seorang mahasiswi yang bisa dibilang sangat ansos. 180 derajat berbanding terbalik dengan Zizi yang yang sangat mudah bergaul, organisatoris, dan banyak mengikuti kegiatan di kampus. Sedangkan Yahya berada di antara mereka. Yahya dan Zi...