- pertama -

223 27 4
                                    

"Bangun, dasar pemalas!"

Bantal menimpuk wajah cantikmu membuatmu itu tersentak bangun. Menatap kesal pada kakakmu yang berdiri di ambang pintu.

"Apa maumu hah?! Ini kan libur, dasar kakak maniak idealis!" serumu tak terima dan melempar kembali bantalnya yang bau iler.

"Sejak kapan kau mengikuti maniak bundir itu?" tanya Doppo sembari memijat pelipisnya. "sudahlah, bangun cepat! Gadis sepertimu tidak pantas bangun siang." suruh Doppo lalu beranjak pergi dari kamar. "Males." rutukmu. Tapi kautetap melakukan apa yang disuruh Doppo. Kau bangun dan membersihkan diri.

Baru saja melangkahkan kaki ke dapur, bel pintu berbunyi. "[Y/n] buka pintunya." suruh sang ayah yang sedang bermain dengan kucing. Kau menghela nafas. Sabar ya cacing-cacingku batinmu karena sedaritadi mereka sudah keroncongan. Membuka pintu, dan kau dapatkan sahabat masa kecilmu, Dazai. "Yo, Ohayou, [Y/n]-chan! Sudah sarapan?" Kau menggeleng. "Mau sarapan denganku, tuan putri?" Pipimu kembali merona. Ahk, mungkin setiap perlakuan Dazai padamu kau akan merona. Segera kau mengangguk. "Aku akan ganti baju dulu. Masuklah, Dazai-san." pintamu sembari membuka lebar pintu.

Kau naik ke lantai dua, lebih tepatnya ke kamarmu. Mengganti baju rumahanmu dengan hoodie berwarna hijau muda dengan rok sepaha bermotif kotak-kotak berwarna putih. Mengucir rambutmu yang tadi berantakan. Selesai, kau kembali turun kebawah. Hal yang pertama kali kau lihat adalah kakakmu yang sedang berkelahi dengan Dazai. Kau sedikit kesal pada ayahmu yang tampak tak perduli dan lebih memilih menciumi kucing kesayangannya.

"Jangan macam-macam kau, Dazai!"

"Aku tak macam-macam, Doppo-kun~. Kan aku hanya meminta izin memulangkan dia terlambat."

"Kau bilang hanya sarapan!"

"Eehh~? Aku tidak mengatakan itu kok~!"

"Grrrrr. Kucekik kau kucekik!"

Kau segera berlari kecil menengahi mereka berdua. "Sudah ya sudah.." lirihmu merasakan pusing di kepala karena pagi indahmu diawali dengan tontonan tidak berfaedah. "Tou-chan, Nii-chan, aku pergi dulu ya. Ittekimasu!"  "itterashai. Jaga adikku baik-baik Dazai!"

Kau dan Dazai berjalan berdua menikmati pagi ini. Sungguh pagi yang sangat sempurna. Udaranya sejuk, tapi mataharinya cerah sekali. Kau menghirup wangi bunga-bunga yang bertengger dihalaman rumah warga. "Mau makan dimana?" tanya Dazai yang mengaitkan tangannya padamu. "Eum, sejujurnya aku ingin cake tapi jika kau mau yang lain juga terserah." jawabmu. Dazai mengangguk. "Bagus. Aku juga menginginkan itu." katanya lalu menarikmu pergi ke kafe kesukaannya. Ah, kau jadi nostalgia. Pasalnya, kau bersama orangtuamu dan Dazai sering sekali bertemu di kafe ini untuk obrolan santai. "Rooftop?" "kau memang mengerti aku, Dazai-san."

Kau dan Dazai duduk di rooftop sembari berbincang kecil. Kau tertawa setiap dia melontarkan jokes recehnya. Pagimu menjadi lebih sempurna sekarang. "Dazai-san, kenapa kau suka rooftop?" tanyamu kepada Dazai yang sedang menyeruput kopinya. "Kenapa ya~? Mungkin karena di rooftop bisa kujadikan tempat percobaan bundir! Fufu~." Kau hanya bisa facepalm melihatnya. "Soukka." jawabmu dingin karena jawabannya yang tak enak. "Kalau [Y/n]-chan? Kenapa suka rooftop?" Dazai menatapmu dengan manik indahnya. Wajahnya ia tumpukan di sebelah tangan. Kau berfikir. Benar, kenapa aku suka rooftop?

"Menurutku disini lebih sejuk. Dan aku tidak terlalu suka berdempetan."

Jawabmu. Dazai mengangguk-angguk. "Soukka~! Neh, [Y/n]-chan, karena aku sudah menemanimu sarapan, berikan aku hadiah." Kau mengalihkan atensimu dari minuman kesukaan yang kau pesan. Memiringkan kepalamu sembari menatapnya heran. "Apa itu?" Dazai tersenyum. "Temani aku date ya~." katanya membuatmu kembali tersipu merona. "U-uh iya, terserahmu saja."

Kau mengelilingi kota Yokohama dengan Dazai sekaligus melakukan wisata kuliner untuk konten youtube senpai sinting nan tampan mu itu. Sampai di sore hari, kalian berdiri di depan amusement park. Dazai menarikmu memasuki taman itu, dan kembali berhenti di gedung dengan poster sadako.

"A-apa harus kesini, Dazai-san?"

Tanyamu sedikit takut. Dazai terkekeh. "Kukira anggota atletik sepertimu tidak takut dengan beginian." sontak kau memerah karena malu. "A-aku t-tidak takut ya, maniak bundir! M-mana mungkin aku takut dengan ini!" serumu tak mau dicap penakut. Dazai melirikmu jahil. "Kalau begitu, ayo masuk, kan kau tidak takut." ujar Dazai lalu membawamu masuk ke rumah hantu itu.

Kalian masuk kedalam rumah hantu itu. Dan kau mulai menjerit saat melihat sadako ataupun hantu jepang lainnya yang menurutmu menyeramkan. Sudah kau katakan pada dirimu sendiri kalau hantu itu adalah manusia yang memakai make up tapi dirimu tak kunjung berhenti menjerit.

Orang disebelahmu, Dazai Osamu, hanya terkekeh pelan setiap kau menjerit. Dasar tsundere, rasain. Batinnya mengejekmu.

Terbesit di otaknya untuk menjahilimu. Dazai mempercepat langkahnya saat melihat ruangan gelap tanpa pencahayaan sedikit pun. Kau terkejut saat merasa tanganmu tidak dapat meraih baju Dazai karena sudah sampai di ruangan gelap ini.

"Aku akan membunuhmu jika kau menjahiliku Dazai-san!" serumu berpura-pura marah dengan tubuh gemetar.

"Dazai-san!"

Tidak ada jawaban.

"Maniak bundir sialan!"

Masih tidak ada jawaban.

"Da—aaaaa!"

Yang kau dapati adalah sosok hantu yang memegang pundakmu, sontak kau langsung berlari sekencang-kencangnya. Sampai akhirnya kau melihat secercah cahaya menandakan pintu keluar. "Hah.. Hah.. Dazai bodoh sialan." umpatmu sembari mengatur nafas.

Netra [eye colour]-mu menangkap pemuda bersurai coklat yang sangat kau kenal, pemuda yang ingin kau bunuh, Dazai Osamu.

"Dazai sialan! Kau—."

Kau berhenti. Terpaku melihat pemuda di depanmu, memeluk seorang gadis. Saat kau memanggil Dazai, gadis itu melepas pelukannya. Kau dapat melihat gadis itu menangis, dan kau dapat melihat kalau itu hanya akting belaka karena tidak ada bercak merah di pipi atau hidungnya.

"Sore, Mori-senpai."

Sapamu hormat. Mengembalikan sifatmu yang sedikit dingin kalau di sekolah. Gadis bersurai hitam gradiasi biru itu menatapmu. "Oh.. Hiks.. Hai [Surname]-chan." katanya sembari menghapus airmata. Jujur, kau tidak mau melihat wajah Dazai karena kesal.

"O-Osamu-kun, a-aku sangat takut, s-sungguh. Bisakah kau menemaniku malam ini untuk pulang."

Kau sedikit terkejut.

Dasar gadis sialan. Kalau kau takut tidak usah main di rumah hantu. Dan apa-apaan itu, kusso. Gerutumu dalam hati.

"Temanmu kan ada Yuki-san." ucap Dazai mendingin saat gadis itu kembali memeluk Dazai. "Teman-temanku berbeda arah denganku, kau kan satu arah. Tolong antarkan aku pulang." mohon Yuki.

Dazai melirik ke arahmu yang masih enggan menatapnya. Menghela nafas berat lalu mengangguk. "Ya, tapi tolong minta temanmu untuk mengantarkan [na-]—."

"Tidak perlu, aku bisa pulang sendiri. Terimakasih."

Kau berjalan santai menjauhi mereka. Setelah cukup jauh, kau mulai berlari dan mendapati bus yang kebetulan sedang berhenti. "S-sialan!" gerutumu pelan dengan air mata yang mulai menetes.

Tbc

[1] My Lovely Kaichou | Dazai x ReadersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang