Cek part bagian CAST BElieVE sebelum membaca cerita ini! :)
Happy Reading❤
Bel istirahat berbunyi 15 menit yang lalu. Bisa ditebak bagaimana suasana kantin siang ini, ratusan murid berdesakan mengantri makanan. Semua bangku penuh dengan siswa siswi yang sibuk memakan jajanan mereka, begitu juga dengan Zera. Ia tengah memakan bakso yang telah dipesannya dengan tergesa-gesa, dirinya tidak ingin bertemu dengan kakak kelas yang ia hindari sejak kemarin.
"Kok sendirian?" seseorang menarik kursi dan duduk di samping nya, membuat Zera terkejut dan menoleh cepat.
"K-kirain siapa.." ucap Zera lirih.
"Maaf ya baru dateng. Temenku ngajak ngerjain tugas, ini aja aku ijin ke dia buat ketemu kamu. Jadi nggak bisa lama-lama."
"Yahh.. Yaudah deh gapapa"
Cowok itu terkekeh, "Aku janji nanti anterin kamu pulang," ucap nya lalu mengacak rambut Zera gemas.
Dia Devano Farendra Putra. Berperawakan tinggi, putih, jago olahraga dan merupakan kapten futsal SMA Angkasa. Ia bukanlah cowok populer dengan prestasi tinggi, namun ia memikili sifat yang sangat ramah pada semua orang, sama seperti Zera. Wajar jika banyak siswa siswi SMA Angkasa yang mendukung hubungan mereka berdua, meskipun tak sedikit juga yang membenci karena iri.
"Btw, kok sendirian?" tanya Vano kembali.
"Lenni nggak berangkat, sakit." jawab Zera seraya mengaduk segelas lemon tea yang ada dihadapan nya.
Kemudian suasana menjadi hening sesaat.
Ah, tidak. Kantin ini sangat ramai, hanya saja mereka berdua saling diam hingga salah satu membuka mulut.
"Emm.. Kamu nggak pesen makan?" tanya cewek itu disela makannya.
Vano menoleh, "Aku dah makan bekal kok tadi."
Zera mengernyitkan dahinya. Setau Zera, Vano bukanlah tipe orang yang suka membawa makanan dari rumah.
"Tumben bawa bekal.." ucap Zera, tangannya menarik selembar tissue dan mengusapkan ke mulut.
"Emm.. Dah selesai kan? Aku anter ke kelas yuk, temenku dah nunggu." ajak Vano yang menatap Zera menunggu jawaban.
Tanpa berpikir panjang, cewek itu hanya mengangguk tanda setuju. Mereka pun meninggalkan tempat itu lalu berjalan menuju kelas Zera yang tidak jauh dari kantin.
***
Cklekk"Ehh dah pulang, pas banget kue coklat nya mateng di dapur," sambut Rania- Mama Zera pada putri nya yang sedang melepas tali sepatu di ambang pintu.
Senyuman manis tercetak pada wajah Zera. Selesai melepas kaos kaki, ia melangkah kan kaki nya menuju dapur sambil bernyanyi-nyanyi lagu pop yang disukainya akhir-akhir ini. Entah mengapa terlalu bahagia membuat dirinya terlihat seperti tidak waras.
Setelah mengambil dua potong kue coklat dari dapur, ia membuat segelas susu vanilla hangat dan membawa nya ke dalam kamar. Terlihat suasana deras nya hujan dari dalam jendela. Setelah melahap habis kue coklat nya, ia berjalan kembali menuju dapur untuk mencuci piring dan gelas.
"Zera!" panggil Rania dari arah ruang tamu.
Selesai mencuci, Zera berjalan menuju ibunya yang sedang membaca majalah di ruang tamu.
"Apa, Ma?" tanya Zera membuat Rania menoleh ke arah putri nya.
"Jadi gini, mama sama papa besok pagi mau ke Rumah Sakit. Kasian Tante Citra kalo suruh jagain Nenek tiap hari."
"Zera ikut kan?"
Rania mengusap kepala bagian belakang putrinya, "Kamu nggak ikut, kata Nenek kamu harus tetep sekolah."
"Terus Zera kapan ketemu nenek?"
"Kalau nenek udah sembuh, pasti mama pesenin tiket kereta buat ke sana ya. Kamu berani kan di rumah sendiri?"
"Nggak masalah sih kalo Zera di rumah sendiri, tapi kan Pak Anwar libur. Yang anter Zera ke sekolah siapa? Vano?"
Rania menggeleng, "Kamu besok pagi pindah ke rumah temen mama"
Zera mengernyitkan dahi nya dengan wajah penuh tanda tanya, "P-pindah? maksud mama?"
"Jadi temen mama punya dua rumah, rumah yang satu nya nggak di tempatin karena Tante Maya sama suaminya baru pergi ke Swiss buat urusan bisnis. Katanya rumah mereka mau disewain, tapi mama minta tolong ke Tante Maya biar sementara rumah nya kamu tempatin dulu."
"Kenapa harus rumah Tante Maya?" tanya Zera kembali.
"Rumah nya kan deket sama sekolahan kamu, jadi kamu nggak perlu pesen ojek online atau taksi. Paling jalan kaki 5 menit dah sampai, kalo dari rumah kan bisa setengah jam-an" jelas Rania.
Zera berpikir sejenak lalu menghela napas panjang, "Yaudah deh nggak papa"
"Sekarang kamu ke kamar, terus siapin barang-barang yang mau kamu bawa. Besok pagi kita berangkat"
Zera hanya mengangguk pelan lalu berjalan menuju kamar nya yang berada di lantai atas, ia mengambil koper dan memilih beberapa baju dari lemari besar nya. Malam ini dia tidak begadang seperti yang diharapkan, jadwal menonton drama korea nya pun tertunda lagi.
***
Mentari mulai menampakkan sinar nya. Cewek itu telah berpakaian rapi, ia menarik koper yang sudah penuh dengan barang-barang nya lalu menyandang ransel abu-abu kecil.
"Zeraa! Udah siap belum?" teriak Rania dari bawah, membuat Zera segera meraih knop pintu dan bergegas menuruni tangga.
David -Ayah Zera mendekati putrinya yang baru saja turun. "Nih uang buat jajan, terus ini kartu ATM Papa. Jangan boros lho!"
Zera tersenyum lebar, "Makasih Pa! Zera nggak akan boros kok! Tapi nggak janji lho ya, hehe" jawab nya lalu menerima benda itu dari David.
"Dah siap kan? Yuk berangkat!"
Tbc.
Alo readers! Cerita ini murni hasil pemikiran saya. Jika ada kesamaan baik nama tokoh, alur, dan lain-lain nya itu merupakan unsur ketidaksengajaan. Tinggalkan jejak vote and comment mu jika suka, Terimakasih! ❤
ig: @yourteacup_
KAMU SEDANG MEMBACA
BElieVE (Hiatus)
Teen FictionTentang Zera, seorang gadis cantik pengagum hujan dan senja. Tidak rapuh, namun terus terjatuh. "Apakah kamu sadar jika semua rasa yang tersusun tinggi ini menjadi runtuh karena kehadiran nya?" Story by Rei Moca Start: 16/06/2020 ⚠DILARANG PLAGIAT...