Hajimemashou (Mari Kita Mulai)

112 12 6
                                    

Rumah Sakit Taito, Tokyo ....

Suara tangis bayi memecah keheningan pengujung malam, ibarat bunyi berfrekuensi tinggi yang meretakkan dinding kaca. Seorang makhluk mungil yang suci hadir di dunia ini. Namun, satu nyawa lain tengah meregang dari raganya, meninggalkan dunia yang fana.

Fajar pun merekah di langit timur ....

Hatake Shinichi, lelaki muda yang baru saja mendapatkan serta kehilangan wanita dalam hidupnya, hanya mampu berdiri terpaku. Istrinya baru saja meninggal setelah melahirkan bayi perempuan.

Tak lama kemudian, perawat datang membawa bayi yang masih merah, tetapi sudah bersih, ke arahnya. Dia pun menggendong bayi yang terlelap itu dan menatapnya. Lama. Dia cantik, seperti ibunya.

Laki-laki itu mengerti, rasa sedih tidak boleh menutupi anugerah terindah yang telah hadir di sisinya. Wanita yang dikasihinya memang telah pergi, tetapi sebuah kehidupan baru sudah menanti. Ada seseorang lainnya yang kini membutuhkan lengan kokohnya. Seseorang yang harus dilindunginya.

Kembali laki-laki itu menatap bayi dalam gendongannya. Dia harus memberi nama bayi ini. Pandangannya pun beralih ke jendela. Tatapannya menembus langit timur yang masih gelap, tapi mulai menyemburat merah.

Fajar ....

Laki-laki itu menunduk, mengecup pipi yang masih kemerahan serta menggemaskan itu. Bayinya tampak sehat, juga kuat. Dia akan menjadi wanita yang tegar.

Selamat datang di dunia ....

***

Hari masih gelap ....

Anak laki-laki itu duduk di teras belakang rumahnya. Sendirian. Udara dingin menyelimuti hingga terasa menusuk tulang, tapi anak itu seolah tidak merasakannya. Dia hanya diam. Wajahnya tenang tak berekspresi. Entah apa yang dipikirkannya.

Tiba-tiba seorang gadis membuka pintu belakang. Melihat anak laki-laki itu, dia segera menghambur memeluknya. Air matanya menitik. Namun, anak laki-laki itu tetap diam.

Apa yang bisa dilakukan oleh dua anak manusia lemah yang kini telah kehilangan penopangnya?

Sepasang suami istri menghampiri kedua anak itu, mengulurkan tangan, dan merengkuh mereka. Mencoba untuk mengusir lara serta mengalirkan kekuatan.

Di langit timur, matahari mulai beranjak perlahan. Menebarkan kehangatan ke bumi dan seluruh isinya, serta menerangi dunia.

Namun, duka belum juga hilang. Hati tertoreh luka yang dalam. Hati yang beku, akankah suatu saat nanti mencair oleh hangatnya sang mentari?

***

AkatsukiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang