Chapter 2

18 6 1
                                    


Mereka tiba diruang kelas A. Ruangan yang cukup luas untuk diisi 15 siswa. Fasilitasnya sangat lengkap. Semua serba modern dan praktis. Jendela-jendela besar berjajar di sepanjang dinding. Memberi penerangan yang cukup untuk kelas itu. Ruangan yang dibuat senyaman mungkin untuk belajar.

Pak Abraham membagi tempat duduk bagi para siswa dan menentukan siapa yang menjadi ketua kelas, wakil dan sederet penanggungjawab kelas yang lain. Dan tentu saja Zachery yang terpilih menjadi ketua kelas.

"Baiklah. Mulai besok kalian akan langsung mulai pembelajaran. Kegiatan orientasi dan kegiatan yang lain akan dilakukan setelah tes penetuan bulan depan. Jadi untuk sekarang fokuslah dulu dalam belajar agar kalian terpilih menjadi penghuni Asrama Red Orchid. Mengerti?"

"Mengerti pak." Seluruh kelas menjawab secara bersamaan. "Untuk sekarang, ketua dan wakil ketua ikut saya ke kantor. Ambil jadwal dan buku pelajaran lalu bagikan pada teman sekelas."

Zachery nampak malas. "Kenapa harus aku yang jadi ketua kelas?" Dia bergumam pelan.

"Pfftt." Rachel tersenyum senang mendengar gumaman Zach. Rasain deh! Orang sok akrab.

Zachery mendengar Rachel tertawa. Meski itu menertawakan dirinya. Dia tersenyum lega. Well, setidaknya dia sudah bisa tersenyum. Sejak tadi pertama melihatnya... Dia terlihat menyedihkan.

"Hei Dylan. Ayo kita ke kantor." Zach menunggu wakil ketua kelas itu di ambang pintu.

Dylan beranjak dari duduknya. Tanpa senyum, tanpa berkata apapun. Diam. Benar-benar anak yang misterius. Rachel yang duduk tak jauh darinya bahkan bisa merasakan hawa dingin yang meremangkan bulu kuduk.

"Wow, mereka keren banget nggak sih?!" Gadis-gadis di kelas langsung berisik begitu Zach dan Dylan sudah keluar kelas. "Bener banget! Pasangan ketua dan wakil di kelas kita bener-bener kece. Yang satu tampan dan baik hati, satunya lagi dingin dan misterius. Uwuuu, kita bakal dapat vitamin gratis tiap hari kan..."

Dan obrolan seperti itu terus berlanjut. Anak-anak perempuan memang tak bisa lepas dari gosip. Apalagi kalau tentang cowok keren? Meskipun mereka murid-murid terpintar di sekolah itu. Tapi perempuan tetaplah perempuan kan?

Rachel sama sekali tidak tertarik dengan pembicaraan anak-anak itu. Apa sih yang mereka ributin? Yang satu sok akrab. Yang satu lagi kayak hantu. Serem banget. Misterius apanya?

Tak berapa lama, Zach dan Dylan kembali dengan membawa setumpuk buku paket, denah sekolah dan jadwal pelajaran untuk anak satu kelas. Semua di distribusikan satu per satu pada semua anak.

"Setelah ini tidak ada kegiatan apapun kata pak Abraham. Jadi kita bebas melakukan apapun. Tapi baru boleh pulang setelah jam 1 siang ya. Kalian bebas mau ke perpus atau ke kantin. Yang penting jangan pulang dulu." Zach memberi instruksi dengan lancar. Dia memang berbakat menjadi pemimpin.

Sebagian anak menghambur keluar kelas setelah Zach selesai bicara. Sebagian lagi memilih tetap didalam kelas. Belajar!! Tipikal anak teladan. Well, ini memang kelas unggulan kan?

"Rachel, mau ke kantin? Lapar nih." Lagi-lagi Zach dengan aksi sok akrabnya. Zach duduk di kursi di depan Rachel yang kosong ditinggalkan pemiliknya. "Gimana?"

"Zach! Apa kamu tidak bisa berhenti mengajakku bicara? Aku benar-benar merasa terganggu!" Rachel sudah mulai kehabisan kesabaran menghadapi Zachery.

Zach tersenyum dengan sangat memikat. "Ahh, akhirnya kamu memanggil namaku Rachel." Dan hasilnya, Rachel mendengus sebal.

"Apa kamu tidak penasaran dengan apa yang kukatakan tadi?" Zach memandangnya dengan intens. Rachel sedikit tersentak. "Bagaimana kalau aku bilang aku punya tujuan yang sama denganmu?" Kata-kata Zach kembali terngiang diingatannya.

Red Orchid DormitoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang