[Rizki Pramudya]
Aku tersenyum samar ke arah Pak Yugo. Dia menatap dalam ke arahku. Seketika jantungku berpacu lebih cepat, keringat dingin mulai membasahi tubuhku yang masih dibatut gaun malam yang kukenakan.
"Ya Tuhan, kenapa dia menatapku seperti itu? Itu bukan tatapan yang biasa dia lemparkan kepadaku. Ya Tuhan, aku benar-benar takut, tolong lindungilah aku. Aku tahu aku manusia laknat yang penuh dengan dosa. Tapi, untuk kali ini, tolonglah hambamu ini." Aku bergumam dalam hati sembari berjaga, takut-takut nanti Pak Yugo menerkamku.
Aku memang bekerja paruh waktu menjadi seorang waria. Tapi, itu semua karena terpaksa! Aku melakukan pekerjaan hina ini untuk melunasi utang-utangku kepada Mami Gabriel, juga supaya adikku tetap selamat dari incaran anak buahnya mami.
Aku menjadi waria, bukan berarti aku suka menjalaninya. Bahkan, jika di hidupku hanya ada dua pilihan antara hidup menjadi waria atau mati karena tertabrak kereta, aku pasti lebih memilih mati tertabrak kereta! Tapi jika aku mati, bagaimana dengan nasib adikku? Dia tak memiliki siapa-siapa lagi di dunia ini, selain aku.
"Bapak kenapa menatap saya seperti itu?" tanyaku dengan rasa was-wasan.
"Tidak, kok. Cuma, kamu kan sudah tahu tentang kebenaran saya, jadi ...," Pak Yugo tak melanjutkan perkataannya.
"Jadi apa?" Aku bangkit dari posisi dudukku.
"Jadi, malam ini aku pengen yang lebih!" Gadun itu menyeringai ke arahku. Kedua bola matanya membulat, menatap lapar ke arah tubuhku.
"Jangan macam-macam, ya, Pak! Saya gak akan segan-segan menyakiti anda, jika anda bertingkah lebih jauh," ancamku sembari mengepalkan tangan kananku ke arahnya.
"Eh, jangan galak-galak dong ..., tapi, gak apa-apa deh, saya jadi merasa tertantang hehehe ...." Pak Gugo malah menggodaku.
Aku benar-benar muak dengan semua rayuan yang dia lontarkan padaku. Mungkin jika itu ditujukan kepada seorang wanita, mereka akan tersipu malu dan langsung terpesona olehnya. Tapi masalahnya aku adalah seorang laki-laki! Tidak peduli seperti apa penampilanku sekarang, sejatinya aku adalah seorang laki-laki yang menyukai wanita. Orientasi seksualku masih normal, tidak menyimpang seperti dia!
Pak Yugo berjalan mendekat ke arahku, aku refleks mundur seirama dengan derap langkahnya.
"Jangan mendekat!"
"..." Dia tak menggubris kata-kataku.
"Saya bilang anda jangan mendekat! Anda tuli?" makiku padanya sembari mengacungkan jari telunjukku ke arahnya
Pak Yugo tetap tidak menggubris perkataanku. Langkahnya semakin cepat, begitupun denganku. Kini, aku tersudut di tembok. Gadun itu mengurungku dengan kedua tangannya yang ia tempelkan di tembok, sehingga aku tak bisa ke mana-mana lagi.
"Ayo kita senang-senang, sayang," bisiknya tepat di telinga kananku.
Aku hanya mematung, menyaksikan dengan jelas raut wajahnya yang sangat mengerikan. Wajah seorang homo yang berhasil menangkap mangsanya.
"Pak, s ... saya peringatkan Bapak sekali lagi! Bapak jangan macam-macam, ya!" gertakku dengan suara lirih. Tubuhku gemetar, aku tak sanggup membayangkan apa yang akan terjadi.
"Hehehe. Kamu gak usah takut, sayang. Gak akan sakit, kok, paling cuma perih dikit aja. Lagian, hari ini saya bawa pelumas, jadi bakalan mudah masuknya," ujarnya sembari menempelkan tubuhnya ke tubuhku. Kini dia benar-benar menjebakku, aku tidak bisa bergerak sama sekali.
"Saya sudah memperingatkan anda! Tapi, kalo anda tetap memaksa, mohon maaf, anda akan menyesal!" marahku dengan nada yang gemetar. Aku sangat kesal! Benar-benar kesal hingga kesabaranku habis.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Not a Ladyboy
FantasyIni adalah perjalanan hidupku, tentang semua hal yang tidak seharusnya aku mulai. https://my.w.tt/iJ7pPdpul8 Sorry, ceritanya update pas lagi mood aja ya :v Start on May 22, 2020 #Rank 14 Ladyboy 15 juni 2020 #Rank 4 Yugo 15 juni 2020 #3 Yugo 16 ju...