. for you - 3

24 3 4
                                    

SEKARANG mereka bertiga berada dimobil dan menuju ke sebuah kafe, yang biasanya menjadi tempat tongkrongan Devi bersama teman-temannya. Devi itu seorang cewek yang satu angkatan dengan Jiwani, tetapi Jiwani tidak kenal dengan cewek tersebut.

Dewani tidak membayangkan, sebrutal apa adek kelasnya ini sampai berani merampas uang milik senior, yang dimana seharusnya Devi hormati. Memang untuk angkatan kelas sepuluh sekarang benar-benar hancur menurut Dewani.

Maka wajar saja jika ia setiap pagi mendengarkan temannya yang selalu saja ghibahin adik kelasnya, bahkan ia tak tanggung-tanggung untuk ikut nimbrung.

Sampai didepan kafe, mereka bertiga langsung memasuki kafe tanpa sepengetahuan Devi dan teman-temannya. Dewani memesan dua potong chocolate cake, satu porong tiramisu, satu gelas americano, satu gelas brown sugar bubble tea, dan satu gelas blueberry yogurt.

Ia memilih tempat duduk didekat jendela, sementara Devi berada ditengah-tengah area tempat duduk kafe. Hanya menunggu delapan menit saja, pesanan mereka sudah diantar ke meja.

Sesekali Dewani melirik sinis ke arah mereka, dan salah satu teman Devi melihatnya. Andai hari ini Devi sedang ber-ulang tahun, ia akan melemparkan kue itu ke wajah Devi, tidak peduli jika kue itu mahal.

Mereka bertiga sudah menghabiskan kue nya, lalu menuju kasir untuk membayarnya, tidak.

"Pesanan nya ditanggung sama meja nomer tujuh belas ya mas" ucap Dewani.

Farah yang melihat itu sudah gelagapan sendiri, ia takut jika ini semakin membuat masalah menjadi panjang. Untungnya Jiwani membisikkan sesuatu yang membuat Farah menjadi sedikit lebih tenang.

"Gak bisa mbak, memang itu teman anda? Kalau mereka gak setuju gimana?" Tanya kasir itu.

"Yak! Lo gak liat seragam kita sama? Kita satu sekolah!" Sentak Dewani. "Lo mau rahasia lo yang sering makanin menu kafe ini tanpa bayar, terus bocor ke telinga atasan lo? Wah daebak ckckck..." ucap Dewani dengan nada mengancam.

Kasir tersebut terkejut. "I-iya mbak, mbak nya bisa pergi. Biar teman mbak yang bayar" Jiwani dan Farah terlebih dahulu keluar kafe, sedangkan Dewani ingin mampir sebentar ke meja Devi.

Dewani menepuk pundak Devi cukup keras, yang membuat Devi tersentak kaget. "Eh makasih loh udah bayarin gue, gue gak pesen banyak kok. Cuma dua potong chocolate cake, satu potong tiramisu, satu gelas americano, satu gelas brown sugar bubble tea, dan satu gelas blueberry yogurt, makasih Dev..." Dewani mengatakan itu dengan senyum yang mengembang.

Kemudian Dewani mengarahkan pandangannya ke meja kasir. "...mas dibayar sama temen gue ini ya!" Lanjutnya, yang dibalas acungan jempol dari mas kasir tersebut.

Dewani meninggalkan Devi dan teman-temannya yang masih tercengang melihat kelakuan seorang cewek yang belum ia kenal sebelumnya, meminta untuk dibayarin? Benar-benar ingin marah. Tetapi Dewani lebih dahulu keluar dari kafe, sebelum membuat keributan.

Dimobil Dewani tertawa keras mengingat wajah Devi yang terkejut itu, sebenarnya ia ingin sekali memotretnya lalu ia jadikan memes, dan disebarkan di grup sekolah. Jahat sekali memang, tapi ini lah seorang Dewani.

"Mampus, pasti langsung abis uangnya!" Kata Dewani yang disusul gelak tawa.

"Apa ini gak makin memperpanjang masalah Dew?" Tanya Farah.

Dewani menepuk pundak Pak Tri. "Jalan Pak..."

Dewani menyenderkan punggungnya dikursi mobil. "...lo tenang aja, ikuti semua alur gue. Gue jamin lo gak bakal diperlakuin yang gak seharusnya lo dapetin. Tapi lo juga gitu, kalau lo direndahin sama junior lo, jangan mau! Lo harusnya berontak dong, jangan diem aja dan malah bikin mereka beringas" lanjutnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 30, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bloomin'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang