Fakta

25 1 0
                                    

Sasa menemukan Aska di taman belakang sekolah. Dia duduk di samping Aska.

"Aska." Tidak ada jawaban dari Aska. Entah keberanian dari mana Sasa memegang tangan Aska yang ada di atas paha cowok itu. Aska kaget dan langsung menolehkan kepalanya ke arah Sasa dan menaikkan sebelah alisnya.

"Lo gue cariin dari tadi eh malah di sini. Gue nyesel nyamperin lo ke kelas."

"Emang kenapa?"

"Noh ketemu si nenek lampir. Bikin mood gue jelek tuh emang."

"Nenek lampir siapa?"

"Siapa lagi kalo bukan Dinda."

"Dia itu sahabat gue kalo lo nggak inget." Dan tunangan lo Ka. Batin Sasa

"Emm lo kenapa sih akhir-akhir ini?"

"Gapapa."

"Cerita aja sama gue kalo lo butuh temen cerita."

"Kenapa?"

"Hah? Kenapa gimana maksud lo?"

"Kenapa lo tiba-tiba baik sama gue?"

"Dih gue baik dari dulu kali lo nya aja yang ga tau."

"Masa?"

"Iyalah gue tuh ya cewek yang paling baik di sekolah ini. Gue tuh sering bantu bantu anak osis kalo lagi ada acara. Terus gue bantu guru-guru bawa bukunya yang kesusahan terus- eh kok gue malah jadi cerita sih. Bodo ah. Kalo lo ga butuh temen cerita gue pergi aja buang-buang waktu." Sasa berdiri dan sudah melangkahkan kakinya tapi tiba-tiba berhenti mendengar suara Aska.

"Gue anak angkat dan orang tua kandung gue udah meninggal." Sasa menolehkan kepalanya ke arah Aska. Dia diam di tempatnya menunggu Aska melanjutkan ceritanya

"Sini lo duduk di sini. Ga etis gue cerita lo nya berdiri." Sasa menurut dia duduk di samping Aska.

"Sekarang orang tua angkat gue pisah. Gue ikut bokap, sedangkan kakak gue ikut nyokap." Setelah itu Aska diam cukup lama.

"Terus?" Sasa rasnya sudah mati penasaran karena Aska tidak melanjutkan ceritanya

"Nggak ada terusannya." Sasa diam. Dia ingin bertanya tentang yang tadi diomongkan oleh Dinda kepada Aska tapi dia gengsi.

"Yaudah kalo nggak ada terusannya gue mau ke kelas. Pasti temen gue nyariin. Lagian udah mau bel juga." Sasa berdiri dan dia berhenti lagi setelah Aska berbicara.

"Pasti lo udah tau tentang pertunangan itu dari Dinda. Itu semua bener kalo lo penasaran."

"Kenapa? Kenapa lo nerima Ka?"

"Untuk apa gue nolak di saat keluarga gue butuh gue."

"Maksud lo ini semua karena dijodohin?"

"Hm. Usaha bokap gue rugi besar dan dia butuh dana. Dan bokapnya Dinda bakal ngasih dana itu tapi gue harus nikah sama dia." Bagai di sambar petir di pagi hari. Jantung Sasa bedegub kencang. Dia tidak tahu mengapa jantungnya bisa begini. Apa benar dia mencintai Aska?

"Selamat kalo gitu. Yaudah gue ke kelas dulu." Sasa sebisa mungkin menahan air matanya keluar. Hari ini Sasa sedang datang bulan jadi hormonnya berubah ubah. Iya dia menangis karena itu. Bukan karena Aska bertunangan dengan Dinda. Iya pasti karena itu. Tidak mungkin dia suka Aska.

Aska berdiri dan mencekal tangan Sasa.

"Gue minta maaf. Gue harus turutin kemauan bokap gue. Kita putus."

"Hah putus? Emangnya kita pernah pacaran? Gue nggak pernah bilang iya waktu di kantin."

"Gue nggak peduli." Setelah itu Sasa langsung berlari ke kelasnya

AlesyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang