1🍁Lepasin jilbab Lo!🍁

69.6K 3.1K 151
                                    

Selamat datang ....

Semoga kalian suka membaca ceritaku🤗

.

.

.

"Adakah seorang manusia yang selalu bersabar dalam menghadapi semuanya, Meksi ia harus mengorbankan kebahagiaannya sendiri, hanya untuk kebahagiaan orang lain?"

.

.

.


Seharusnya saat ini Mia mengucap janji dan bersumpah sehidup semati dengan sandingannya. Akan tetapi itu semua gagal, percikan api yang dikeluarkan oleh sang adik kandungnya sendiri sukses menerkam kebahagiaan Mia.

Mia tak tahu harus merespons seperti apa. Sepertinya, merenung adalah jalan terbaik untuk saat ini. Mia tak sendiri, ada sang kakak yang menemani dirinya, tapi pandangan sang kakak fokus pada ponsel bukan fokus meringankan kesedihan Mia.

"Mau lihat gak ini Arsiy nikah sama calon suami kamu," ucap Ila tersenyum ke arah Mia sambil menunjuk ponselnya sendiri.

Mia tersenyum singkat. Bagaimana pun juga ia tak bisa lari dalam hal mengikhlaskan. Apakah Mia pantas memberi restu dan melakoni keikhlasan untuk sang adik yang saat ini menikah dengan calon suaminya sendiri?

"Semoga aja, A' Eza menerima Arsiy, apalagi bayi itu adalah anaknya," gumam Mia dengan pandangan yang kosong menatap lurus ke depan.

"Jadikan pelajaran aja, kalau nanti punya pacar jangan dikenalin ke orang lain, 'kan di rebut jadinya," cibir Ila menatap sekilas Mia yang masih merenung memikirkan Reza sang calon suami.

Mia menghela napasnya panjang. Mia mendekatkan diri ke Ila. Jarak mereka saat ini cukup dekat.

"Dengarin, Kak. Aku sama A' Eza itu kan mau nikah, yang berarti harus diperkenalkan ke keluarga juga, 'kan? masa gak dikenalin, sih," jelas Mia.

"Tapi jangan dikasih tahu Arsiy, dia, 'kan masih kecil, umurnya 18 tahun, 'kan jadinya direbut apalagi sikap dia mah kalau udah suka, udah cinta, jalan mana pun ia bisa melakukannya, asalkan cintanya itu menjadi miliknya seutuhnya. Ngerti, 'kan?"

"Ini mah Arsiynya aja yang gak tahu diri. Tahu dia calon suami kakaknya kenapa malah direbut. Ih ...." Mia berteriak. Ia begitu geram dengan tindakan adiknya. Kalau seperti ini, bagaimana cara berteman dengan takdir?

"Katanya ikhlas, kok malah kesel gitu?" sindir Ila.

Mia menatap Ila dengan raut wajah sedih. " Awas aja kalau nangis lagi, " ancam Ila sambil menunjuk wajah Mia.

"Gimana gak sakit hati, ini seharusnya jadi pernikahan aku sama A' Eza tapi karena Arsiy dan takdir Allah, mereka malah menikah dan di sini aku hanya bisa mengikhlaskan meskipun belum bisa melupakan," lirih Mia.

Tanpa sadar air mata itu mengalir begitu saja di kedua pipinya. Mau tak mau Ila harus menghibur adik kecilnya ini.

"Sudahlah. Nanti aku minta Poto Reza sama Arsiy pas pakai baju pengantin, siapa tahu mereka cocok, 'kan?" celetuk Ila sambil membuka ponselnya mencari sesuatu di sana.

Mia semakin kesal. "Bukannya menghibur kok malah manasin sih ...." Mia berteriak histeris ia menangis mengeluarkan rasa pedih di hatinya.

🍁🍁🍁

Mungkin di tempat ini, Mia bisa merelakan yang sebelumnya telah terjadi. Ia berjalan santai sambil memanjakan pandangannya ke gedung-gedung kampus yang berdiri kokoh, ditambah dengan banyaknya tanaman hijau dan pepohonan yang rindang membuat lingkungan menjadi asri.

LEPASIN JILBAB LO! (OPEN PO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang