-karena semua itu ada awalnya-

14 5 1
                                    

Pada part pertama ini kunamai dengan kata "Awal".Karena segala sesuatu itu pasti ada awal nya bukan?
---
Seperti tiap hari rabu biasanya SMA Bangsa setiap paginya pasti mengadakan acara literasi.Literasi di lapangan maksudnya, semacam membaca buku bersama kemudian nanti akan ada satu orang yang mereview buku yang telah dibacanya selama tiga puluh menit itu. Buku yang diwajibkan disini bukan buku mata pelajaran melainkan buku fiksi atau buku apapun diluar buku pelajaran.

Aturan nya jika terlambat mengikuti acara ini maka hukuman akan diberikan tak aneh memang karena semua sekolah pun pasti menerapkan aturan yang demikian.Kira kira pukul 06.45 kami semua para murid sudah harus berkumpul di lapangan. Oh ya tentu saja kami harus tepat waktu kedisiplinan di sekolah ini sangat begitu di perhatikan. Ah tidak karena sejatinya seluruh sekolah seperti itu, ya...mungkin.

Kalian tau lonceng yang dibunyikan dengan cara menggoyang kan tali yang menggantung di dalam nya? Nah jika sudah terdengar bunyi seperti itu kami harus bahkan wajib untuk segera berkumpul di lapangan terkecuali jika sedang ada uzur.

Anak anak sudah berkumpul arahan pun diberikan beberapa menit sebelum kegiatan membaca dimulai, saat aba aba untuk membaca terdengar barulah kami semua membuka buku kami dan membaca nya. Suasana tampak hening sesekali ada burung terbang yang melintasi sekolah kami dan terdengar bunyi kicau an nya menghiasi acara khidmat ini.

Tak boleh ada yang berisik, kalau kalian berani berisik resiko di panggil kedepan untuk mereview buku menjadi semakin besar,secara anak anak disini sangat malas untuk tampil kedepan dan menjelaskan isi buku nya padahal tak ada satu pun murid yang tertarik akan hal itu. Mungkin pikirnya "Untuk apa gue cape cape ngomong depan banyak orang tapi ga ada yang tertarik sama topik gue?".

Namun,acara khidmat kali ini spontan berubah menjadi acara seru seru an seperti sedang ada acara graduation terbayangkan bagaimana meriah nya acara tersebut? Ya kira kira begitu kebisingan yang terjadi di lapangan.

"Aduh!" seseorang mengaduh, tubuhnya terpental beberapa centi dari tempat pertamanya tadi.Sifat ceroboh manusia memang selalu merugikan. Akibat dari tubuhnya yang terpental itu adalah menimbulkan bunyi dentuman yang cukup keras dan refleks menjadi perhatian anak anak di lapangan.

Perempuan berambut panjang sebahu itu sontak menjadi sorotan. Tawa pun terdengar dimana mana, di tiap sudut lapangan.Karena perempuan itu terjatuh tepat di tengah tengah jalan masuk menuju lapangan.

"Kalian! Jangan berisik! Yang berisik maju ke depan, " sentak seorang pria paruh baya berkumis tebal dengan raut wajah marah.Setelah membuat hening anak anak, pria itu menghampiri gadis yang terjatuh tadi.

"Berdiri kamu," titahnya nada bicara nya terdengar seperti harimau yang sedang menggeram.Gadis itu mengerjap lalu berdiri dan membersihkan seragamnya.

"Kenapa kamu telat?" tanya Pak Bomo tegas, ya nama pria tadi itu Subowomo warga sekolah kerap memanggilnya dengan sebutan Bomo, biar akrab katanya.

"Maaf Pak, saya tidak tahu kalau aturan di sekolah ini ternyata mengharuskan anak murid nya masuk pukul tujuh kurang lima belas pagi,"jelas gadis tersebut, tak merasa gentar.

"Kamu udah berapa lama sekolah disini hah?! Alasan macam apa itu?!" sentak Pak Bomo, membuat perempuan itu terkejut wajahnya menekuk sedikit dan lipatan kecil di bawah wajah nya sedikit terlihat.

"Pak maaf lancang, sebelum bapak meninggikan nada bicara bapak, apa bapak tidak bisa bertanya baik baik pada seseorang? Yang bahkan bapak kenal pun tidak, saya murid baru disini Pak"

Bisa terlihat dengan jelas, wajah Pak Bomo terlihat memerah seperti menahan antara marah dan malu, karena jelas jelas tadi secara langsung gadis ini menegurnya tepat di depan murid murid yang memang segan terhadap dirinya.

"Banyak bicara kamu! Sana pergi ke ruang tata usaha!" perintahnya, sambil menunjuk salah satu ruangan di sudut belakang lapangan, perhatian pun masih ditunjukkan kepada Pak Bomo dan gadis itu, tawa masih mengiringi bibir mereka. Tatapan kagum dan terkejut pun menghiasi mata mereka. Tertawa karena melihat Pak Bomo di permalukan, dan kagum karena ada seseorang yang berani menegur Pak Bomo.

Setelah pamit kepada Pak Bomo gadis itu pun pergi meninggalkannya dan segera pergi menuju ruang tata usaha melewati beberapa orang yang masih menatapnya dengan tatapan terheran heran. Karena dirasa sedikit aneh dan canggung sebagai respon gadis tersebut hanya tersenyum.

"Mukanya familiar gitu ga si?" bisik salah seorang murid yang menatap heran kepada gadis tersebut pada temannya. Jelas suaranya masih bisa ditangkap oleh gadis itu.

'ngapain bisik bisik kalau suara nya masih bisa didenger sama orang yang lagi di ghibahin?' batin gadis tersebut memutar bola matanya malas.

Terlalu fokus mendengar perbincangan orang orang yang sedang duduk di lapangan itu membuatnya hilang fokus pada jalan yang sedang di lalui nya membuat tubuhnya tak sengaja menubruk sesuatu.

Dugh!

Jangan berharap seoarang pemuda tampan bertubuh jangkung dengan hidung mancung dan kulit putih dihiasi iris mata berwarna abu abu cerah dan alis tebal juga rambut berjambul anti badai yang perempuan itu tabrak. Tidak bukan sosok seperti itu yang dia tabrak. Melainkan tiang tinggi bercat putih dengan tebal kisaran empat puluh sampai tiga puluh senti yang ia tabrak.

Dan yang jadi korban adalah jidat dan harga dirinya yang merasa dipermalukan, dipermalukan oleh tingkah laku nya sendiri.

Tawa pun terdengar dimana mana, membuat gadis itu secara spontan menutupi wajahnya yang mungkin sudah memerah layak kepiting rebus yang baru diangkat dari panci.

'sial! baru masuk udah malu maluin diri sendiri aja,' gerutunya dalam hati.

"Lo kalau punya mata di pake, ngapain Tuhan nyiptain lo mata tapi malah lo tutupin, " suara sinis itu terdengar dingin merambat masuk kedalam telinga gadis itu.Membuat nya bertambah kesal karena kalimat yang diucapkan orang tak berpendidikan seperti dia.

"Orang mana lagi yang kalau nyambut orang lain itu kayak yang ga berpendidikan?"terdengar sarkas, namun kalau tidak begitu mana mungkin orang ini akan jera.

"Gak berpendidikan? Daripada ga punya adab kayak lo. Kalau ada orang lagi ngomong itu tatap matanya!"

Dengan segala tekad dan semangat ah bukan tepatnya dengan segala kemarahan dan kekesalan yang tertampung di dalam benak nya,gadis tersebut langsung mendongkak menatap laki laki di depan nya dengan tajam untuk beberapa detik, ya hanya sekitar lima detik dia memasang tatapan tajam seperti itu. Karena setelahnya ia malah terkejut melihat wajah laki laki di hadapannya.

"Gisel?" suara laki laki itu memelan dan terdengar sedikit bergetar seperti menahan tangis.

"Lo... Lo.. Reihan?" suara gadis itu pun terdengar bergetar terkejut karena laki laki di depan nya ini mirip sekali dengan dirinya dan juga mendiang kakak nya yang sudah meninggal sekitar tiga tahun lalu.

---
Ya namanya juga awal,

Ini teh aku tulis tanpa ada rencana gitu loh, kayak ngalir gitu aja. Hehe

Eh boleh lah vote dan comment nya. Emm kritik sama saran nya boleh lah

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 27, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kita dan Kata Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang