6th Call 📲

1K 184 3
                                    

Suasana malam yang sunyi dihancurkan oleh suara getar yang berasal dari atas meja belajarnya.

Sekarang jam dinding masih menunjukkan jarum pendeknya pada angka 3 yang berarti sekarang masih menjadi waktu tidur bagi manusia normal.

Perlahan manik [e/c] itu menampakkan dirinya dan tangannya berusaha meriah ponsel silver di atas meja belajarnya.


"ha'i? Moshi moshi? Akaashi-san?..." nada malas itu terdengar oleh laki laki di sebrang sana dan berakhir ia merasa bersalah karena sudah mengganggu mimpi indah teman penanya.


"ah! Maafkan aku. Kau bisa tidur saja lagi. Ini tak terlalu penting. Aku akan tutup-..."

"tunggu. Apa yang ingin kau katakan? Beritahu saja."

"errr... Sepertinya aku merasa kesepian setelah berhasil menyelesaikan volume cerita terbaruku. Aku hanya ingin memberitahumu, jika tak ada pertemuan atau kepentingan mendadak lagi ke depan, aku bisa mengambil ponselku pada akhir pekan."

"ohhh... Umh. Aku akan menunggumu."

"ya. Untuk tempatnya... Bagaimana kalau di taman bermain di depan Ferris Wheel?"

"he?! Ferris Wheel?!"

"ya. Apa kau tak keberatan? Jika kau memiliki saran tempat, aku bersedia."


'mak-maksudnya kita akan menaikinya?!... Tapi... Ferris Wheel hanya boleh dinaiki oleh dua orang... Yang berarti kami akan dianggap-... Bagaimana kalau-...'


[name] menampar pipinya cepat berusaha menghindari pikiran anehnya yang terlalu jauh.


"a-apa kau baik baik saja?!"

"ahaha! Tidak apa apa. Aku baik baik saja. Dan soal Ferris Wheel... Aku tak keberatan. Lagipula... Ferris Wheel terlihat sangat mencolok dari kejauhan. Jadi aku tak akan tersesat saat ada di taman bermain. Jujur saja, aku sering tersesat di tempat ramai."

"ya. Baiklah. Terima kasih. Kau bisa beristirahat sekarang. Maaf aku mengganggumu."

"tidak terlalu. Aku juga ingin ke kamar kecil."

"hai'. Selamat malam."

"ya. Selamat malam juga, Akaashi-san."


Piip!... Piip!... Piip!...


"baka! Kenapa harus di Ferris Wheel?!! Bagaimana kalau ada yang salah paham atau pacarnya malah datang disaat itu juga dan aku akan dicap sebagai orang ketiga di hubungan mereka?!!"


[name] menenggelamkan wajahnya ke bantal untuk menenangkan diri sebelum dirinya akan meledak di saat itu juga.


"sebaiknya aku tidur saja lagi..."


Drrt!... Drrt!... Drrt!...


Ponsel silver itu kembali bergetar dan menampakkan nama kontak bernama 'Bokuto-san' di atasnya.

Sepertinya dia harus menyiapkan kopi atau cemilan sekarang ini.


"Akaashi! Hisashiburi! Bagaimana kabarmu? Hei! Jawab aku! Kurasa kau baik baik saja..."


'tentunya aku tak baik baik saja sekarang ini!...'


"... Coba tebak! Aku akan kembali ke Jepang dengan timku! Aku ingin bertemu denganmu secara lagsung. Bagaimana dengan taman bermain? Kau bisa mengajak pacarmu juga! Aku akan menunggumu! Tenang saja... Aku tak akan mengganggu waktu kalian. Kau bisa menghabiskan waktumu dengan pacarmu lebih lama. Aku akan bersenang senang dengan timku..."


'hahh... Kopiku habis...'


"satu hal lagi! Aku baru saja membaca manga keluaran terbarumu dan itu sangat keren! Darimana kau mendapat inspirasi cerita itu?! Hinata yang membelikanku kemarin. Jangan bilang kalau kau terinspirasi dari kehidupanmu. Karena jika kulihat... Kebanyakan manga buatanmu memang terinspirasi dari kehidupan sehari hari. Ne! Tetap semangat, oke! Aku selalu mendukungmu! Hanya itu yang ingin kukatakan..."


'... Hanya?...'


"Maaf mengganggu waktu istirahatmu. Aku harap aku bisa bertemu denganmu dan pacarmu sebelum aku harus kembali untuk turnamen selanjutnya. Semangat, Akaashi! Aku selalu mendukungmu! Dah Akaashi!"


[name] meletakkan ponselnya dan lebih memilih untuk menghantam wajahnya ke bantal kesayangannya.


"mati saja aku... Mati saja aku... Mati saja aku... Mati saja aku... Mati saja aku..."

Love-Transceiver [A. Keiji x Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang