1.Langkah baru dijalur berbeda

14 3 4
                                    

Waktu yang sudah berlalu tidak bisa dirangkul kembali. Kesalahan yang diperbuat memang tidak bisa dihapus,namun bisa diperbaiki.

Apakah aku membuat kesalahan?

Ya,Kesalahan itu bahkan membuatku ingin mengutuk diri sendiri.

Apa kesalahan yang aku perbuat?

Terlalu baik.

Ya,kesalahan yang aku lakukan adalah terlalu baik kepada orang lain. Dulu aku sangat naif,berharap akan simpati dari orang lain. Menuruti semua perintah orang lain,aku anak baik. Namun sifat penurut dan lemah seperti itulah yang membawa kehancuran padaku.

Dalam benakku aku terus berandai-andai.

"Andai saja dulu aku tidak begitu..."

"Andai saja aku sedikit membela diriku."

Tapi andai-andai itu tidak akan pernah terwujud karna "waktu dulu" itu tidak akan bisa kupeluk kembali seperti memeluk boneka beruang yang hilang,dan ternyata ada dibawah kolong tempat tidur.

Tidak! Waktu tidak sebaik itu. Dia hanya memberi kesempatan satu kali saja,tidak ada kedua,atau satu kali lagi untuk kembali kemasa itu.

Tapi,waktu juga tidak terlalu kejam. Dia masih memberi satu kali lagi tempat untuk memperbaiki,memulai yang baru,tapi bukan kembali.

Dan sekarang,seorang gadis bernama Quenessa Vina,yaitu aku sendiri dalam perjalanan menuju perbaikan. Tentu saja,untuk menambal kesalahan itu dengan hal yang lebih baik.

Aku tidak mau jadi jahat,tapi menjadi kuat. Cukuplah kuat untuk membela diri sendiri. Aku tidak perlu menolong orang lagi. Mereka tidak ada hubungannya denganku. Karna dulu aku sering ikut campur urusan orang lain dengan alasan peduli,aku mendapat imbas.

Hari ini aku pindah sekolah,sebenarnya sekolah bibiku.

"Kenapa dari dulu tidak sekolah disitu saja?"

Itu karna...pemikiran menggelikan diriku yang dulu. Aku tidak ingin sekolah di sekolah bibi karna takut menjadi bahan cemoohan orang,aku takut mereka beranggapan aku membujuk bibi kalau saja aku meraih prestasi.

Lalu apa?

Saat aku disekolahku sebelumnya,apakah aku mendapatkan prestasi walau satu kalipun?

Jangankan murid berprestasi,namaku saja sulit untuk dihafal oleh guru. Intinya aku sangat terbuang.

Bagaimana aku akan mendapat juara atau bidang bakat lainnya? Anak-anak sekelas sangat jahat. Mereka menyobek kertas ujianku,menumpahkan air kekertas ujian dan buku catatanku. Menggangguku malam-malam saat aku ingin belajar. Jika diingat kembali aku ingin menangis.

Lalu saat aku ingin mengikuti lomba melukis ataupun piano,aku selalu tidak mendapat kesempatan. Mereka selalu menutup suaraku dengan suara melengking mereka.

Lalu hinaan yang mereka berikan. Saat ditanyai oleh guru, mereka malah menuduhku. "Kenapa Nessa jarang bergaul dengan kalian? Nessa,kenapa kamu selalu diam,apakah kamu bisu?" Tanya guru itu. Rata-rata,mereka menjawab; "Buguru,dia sangat sombong. Kami kesal dengannya. Saat bicara dengannya,kami serasa bicara dengan batu."

"Benarkah begitu Nessa?"

Saat itu aku hanya mampu diam. Memang suaraku terdengar kecil,dan aku memanglah pendiam,tapi aku tidak pernah merasa angkuh. Aku selalu mendengarkan mereka yang berbicara padaku. Namun aku terlalu malu bercakap-cakap dengan mereka.

Karena apa?

Karena aku menganggap mereka lebih sempurna dari pada aku. Aku hanyalah seorang gadis biasa. Tidak seperti mereka yang lebih pintar,cantik,dan pandai menarik perhatian. Dengan kata lain aku minder.

RetaliationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang