3. pendiam yg heboh

8 3 0
                                    

Tasya memperlihatkan ponselnya,ternyata sudah ada yang memposting fotoku yang ditampar Rivaldo. Akibatnya,Rivaldo menjadi bahan gunjingan sekarang. Para gadis yang mengidam-idamkannya mulai kabur satu-persatu.

Kami tertawa bersamaan setelah melihat postingan itu. Andi dan Gita tos terlebih dahulu. Kemudian baru tos sama-sama.

"Tapi lo harus tetap hati-hati. Karna sekarang Rivaldo tambah benci sama lo." Nasehat Andi. Aku mengiyakannya.

"Tapi kamu aktingnya hebat banget,Sa." Puji Tasya.

"Akh! Gak sehebat kamu,lah." Ucapku malu-malu.

"Oiya. Ada seleksi pemotretan model besok,kamu mau ikut?" Tanya Tasya sambil menyimpan ponselnya kedalam saku.

"Model? Kenapa tanya sama aku? Gak ada ayu-ayu nya kayak gini?" Ucapku menertawai diriku sendiri.

Tasya,Andi dan Gita tertawa bersamaan. "Tapi aku serius." Tekan Tasya setelahnya.

Aku menghembuskan nafas berat." Itu bukanlah bidangku, aku cuma bisa akting. Aku tidak pandai menjadi model dan bergaya." Bantahku memberi alasan.

"Tapi kau bisa bermain piano."

"Lalu apa hubungannya?"

"Kau sangat cantik,jago akting,pandai bermain piano,mungkin kau akan langsung dijadikan selebriti. Kenapa kau tidak mencoba? Lagian juga dapet ini..." ujarTasya dan menggesek-gesekkan jempol dan ujung telunjuknya. (Uang)

"Baiklah. Tapi kalau aku nggak lulus,jangan salahin aku." Ucapku terpaksa menerimanya.

  ▬▬▬ஜ۩Retaliation۩ஜ▬▬▬

"Udah sampe belom?" Tanyaku lewat telepon. Sudah 10 menit aku menunggu di lokasi janjian, Tasya masih belum menampakkan batang hidungnya.

"Aku udah nyampe. Tapi aku nggak liat kamu..." jawab Tasya terdengar panik.

"Oke,karna banyak orang disini,ada baiknya kita pergi ke tempat lain dulu,trus kita ketemuan disana." Usulku.

"Oke. Kita ketemuan dimana?" Tanyaku.

"Di cafe Air yang ada di dekat sini. Kamu tau kan? Dah.." ujarku memutus sambungan telepon.

Dengan menerobos sekian banyak orang,aku berhasil tiba di cafe. Dan kulihat, Tasya sudah duduk enak diatas kursi.

"Hai sya!" Sapaku.

Dia melihatku dan melambaikan tangannya.

"Udah lama nunggunya? Soalnya rame banget." Tanyaku ikut duduk di kursi sebelahnya.

"Belum lama juga kok." Jawabnya. "Pelayan!" Panggil Tasya.

Pelayan pun datang. "Aku cappucino,kamu?" Tanya Tasya.

"Aku cappucino juga deh. Oiya,sama cemilan ringan,tadi kuliat ada.Terserah apa aja." Ujarku kemudian tersenyum.

"Hei Sya. Gak masalah kalo kita disini? Emangnya seleksinya itu jam berapa?" Tanyaku.

"Gak apa-apa. Terakhir aja gak papa kok." Jawabnya.

"Maksudlo?" Tanyaku.

Tasya tersenyum miring." Nanti juga lo tau. Tapi..."

"Tapi lo harus pake make up dulu." Ujarnya.

"Tapi gue gak punya make up sya."

"Tenang. Punya gue ada. Sini..." ujarnya memintaku untuk duduk lebih dekat dengannya.

Mulailah dia memolesiku bedak menggambar alisku,memakaikan eye'shadow  dan memakaikan bulu mata palsu,eye'liner, kontur,perona, lipstik, dan tentunya aku tidak tau bagaimana caranya.

RetaliationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang