part(3)❤️

28 12 18
                                    

Assalamyalaikum

Happy Reading❤️

18, 22 pm. Ara sedang menikmati keindahan ciptaan Allah yang selalu ia nanti di setiap harinya.

Dari kecil Ara sudah sangat menyukai yang namanya senja, sama seperti namanya yang berakhiran dengan senja.

Ara selalu berusaha untuk menjadi senja di kehidupan orang-orang terdekatnya. Yang kedatangannya selalu memberi mereka ketenangan, dan kepergiannya menghadirkan kerinduan.

Walaupun dia tahu kalau senja hanya memberikan ketenangan sesaat, namun Ara tetap menyukainya. Karena bagi Ara, senja tak pernah mengecewakannya.

Senja selalu datang di setiap harinya, dan memberikan kedamaian dengan warna jingga yang terlihat menenangkan di mata Ara.

Hanya dengan menatap senja jugalah yang membuat Ara melupakan sedikit lelah di hatinya, melupakan semua kenangan pahit yang ada di dalam masa lalunya.

Ara bukanlah gadis ceria seperti yang orang lain pikirkan. Dia hanya gadis rapuh, yang mencoba bangkit dari masa gelapnya.

Putaran masa lalu yang begitu kelam terus menghantui pikiran Ara, tentang seseorang yang sangat dia cintai, dengan teganya mematahkan hatinya.

Namun kenyataannya, Ara tidak pernah bisa membenci seseorang yang telah mematahkan hatinya. Dia akan tetap menjadi cinta pertama Ara, hingga akhir menutup mata.

"Ajarin Ara cara melupakan semuanya ayah," lirih Ara sambil memegang dadanya yang terasa sesak.

" Toktoktok! "

Suara dentuman pintu menyadarkan Ara dari lamunannya. Dia melirik jam yang bertengger manis di dinging kamarnya.

"Oh Allah, waktunya sholat maghrib," gumam Ara sambil menepuk jidatnya dengan telapak tangan mungilnya.

Karena terlalu sibuk memikirkan tentang senja dan masa lalunya, Ara sampai lupa akan tugasnya sebagai seorang muslim.

"Woy, Ara! cepetan elah. Bunda udah nungguin di bawah noh, " teriak Azka dari luar pintu kamar Ara.

"I-iya, Bang iya! Abang duluan aja. Ara mau ambil wudhu dulu," teriak Ara sambil memasuki kamar mandi yang ada di kamarnya.

" Yaudah, jangan lama!" kata Azka sambil berlalu meninggalkan kamar Ara.

Ara tidak menjawab ucapan Azka. Dia hanya mengambil wudhu, dan buru-buru untuk mengikuti sholat maghrib berjama'ah, yang selalu dia lakukan pada sang kakak dan Bunda tercinta.

🌺🌺🌺

" Kringg! "

Suara bel SMA Pelita membuat seluruh siswa-siswi berhamburan ke kelasnya masing-masing.

Begitu juga dengan Ara dan Risa, yang tengah berjalan cepat memasuki ruang kelasnya.

"Cepatan Ra, nanti kita keduluan sama buk Neni. Gue malas banget denger ceramah dua kitab dari dia pagi-pagi begini," kata Risa sambil berjalan cepat ke kelas mereka yang terletak di lantai dua.

"Dih, ini kan gara-gara Risa juga, yang ngebet banget beli martabaknya kang Asep. kalau nggak beli Martabak, pasti kita udah sampai ke kelas dari tadi."

Mendengar omelan Ara, Risa hanya bisa mendengus kesal. Kenapa Ara menyalahkannya? seharusnya Ara menyalahkan kang Asep. Yang membuat wangi Martabak seenak itu.

Risa dan Ara memang sama-sama menyukai makanan, apalagi yang namanya jajanan. Karena sangat hobi berjajan, Risa dan Ara sampai dijuluki lambung gembel. yang mencium aroma makanan apa saja langsung merasa lapar.

Tetapi, banyak mengemil makanan tidak membuat tubuh Ara dan Risa lebar, malahan mereka mempunyai tubuh yang bagus.

Risa yang mempunyai tubuh tinggi, dan Ideal. Bibir tipis, dan hidung yang mancung. membuat siapa saja yang memandangnya berdecak kagum. Risa juga salah satu Model di perusahaan produk terkenal.

Dan Ara, gadis bertubuh mungil yang mempunyai lesung pipi di kedua pipinya, menambah kesan imut pada diri seorang Kezia Aura Senja.

Setelah perdebatan yang cukup panjang, akhirnya Ara dan Risa sudah sampai di kelas meraka. Dan untung saja. Buk Neni, Guru yang terkenal dengan ceramahnya itu belum masuk ke dalam kelas meraka.

Entah apa alasannya mereka tidak tahu, dan tidak ingin tahu. Karena ketidak hadiran Buk Neni akan membuat hidup mereka tenang, setidaknya untuk pagi ini.

"Woy! dari mana aja lu berdua? untung Mak Lampir hari ini kagak masuk kan. Kalau masuk, bisa kena ceramah satu kitab lu berdua,"
Cerocos Doni ketua kelas Ipa I.

"Diam kamu botak, Ara lagi capek ni."
ucap Ara garang.

"Lah? si anak Tuyul bisa capek juga, ngambil celengan di rumah siapa aja lu tadi malam? sampek keringetan gitu." Celetuk Doni yang mengundang tawa teman-teman sekelasnya.

"Idih, Doni bilang Ara apa? anak tuyul? ngaca! Doni, ngaca! Liat noh kepala Doni udah licin kayak lantai rumah Ara yang baru dipel,"
Ucap Ara menggebu-gebu.

Bukannya takut, Doni, dan seluruh isi kelas malah tertawa mendengar ucapan Ara. Bagaimana tidak, Ara terlihat sangat menggemaskan ketika marah seperti itu.

"Pffttt, sumpah Ara lo lucu banget, wajah lo merah pas ngomong tadi. Trus ada api juga yang keluar dari kuping lo, persis Banteng Kakek gue lo." Ucap Doni sambil memegang perutnya yang sakit karna tertawa.

Ucapan Doni malah membuat tawa seisi kelas kembali pecah, Ara hanya tersenyum malu, sembari mengangguk tengkuknya yang tidak gatal.

Di saat seisi kelas sibuk tertawa, Ara menatap Alfa yang sadari tadi hanya memerhatikan mereka dengan tatapan datar.

Merasa ditatap, Alfa ikut melihat ke arah Ara yang sedang menatap dirinya. Beberapa detik tatapan mereka bertemu, sebelum Ara memutuskan kontak matanya, karna jantungnya yang terus ingin melompat dari tempatnya.

🌺🌺🌺

"Kringg!"

Bunyi bel istirahat menggema di SMA Pelita, membuat seluruh siswa-siswi berhamburan dari kelasnya, menuju Kantin untuk mengisi perutnya yang kosong.

Kini Ara dan Risa sedang berada di kantin, mengisi perut mereka dengan semangkuk Bakso buatan Mpok Rati.

"Raa, gue liatin tadi di kelas, si kulkas dua pintu merhatiin lo terus deh," ucap Risa sambil menyeruput Teh dingin miliknya.

Mendengar penuturan Risa, membuat jantung Ara kembali berdetak kencang. Tidak tahu kenapa, setelah kejadian kemarin, jantung Ara selalu berdetak kencang saat mendengar nama Alfa saja. Ntah apa sebabnya, Ara sendiri pun tidak tahu.

"Woy, Tuyul! kok lo malah ngelamun sih, mikirin alfa ya lo." goda Risa sambil menoel-noel pipi gembul Ara.

"Ih nggak kok, Ara cuman kepikiran aja, mana mungkin Alfa ngeliatin Ara." jawab ara sambil memegang detak jantungnya yang semakin kencang. "Apa Ara punya penyakit jantung ya?" tanya Ara dalam hati.

"Dih, pipi lo kenapa Ra?, Kok jadi merah gitu?" tanya Risa sambil menahan tawanya.

Mendengar ucapan Risa, reflex Ara langsung memegang pipinya yang memang terasa panas.

Sedetik kemudian mereka tertawa bersama-sama.

Tanpa mereka sadari, ada seseorang yang mendengar pembicaraan mereka, dan langsung menatap Ara dengan tatapan tak suka.






Gimana kak sama ceritanya?
Semoga buat kakak puas ya❤️

Oh iya,kalau ada kesalahan dalam tanda baca,mohon di koreksi ya kk.
Aku bakalan seneng banget dapat ilmu dari kaka2❤️

Jangan lupa tinggalkan jejak🌺

Jum'at, 19 juni 2020




TWILIGHTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang