"Kita, sahabat. Tugas kita, saling melengkapi serta selalu ada dalam keadaan apapun. Jadi, kamu nggak usah dengerin apa kata orang tentang hubungan kita."
🐰 - Kata kita - 🐰
____
Cuaca hari ini sedang tidak mendukung, bisa di lihat dari warna langit yang mulai menghitam akibat hujan akan segera turun.
Seperti suasana hati seorang gadis yang sedang duduk di bawah pohon rindang dengan rumput kecil di sekitarnya. Sedari tadi dia hanya menangis dengan tersedu sedu.
"Hiks ... kenapa?... kenapa hidup Aku kayak gini Tuhan ... apa Aku udah nggak pantas hidup lagi?" ucapnya bermonolog pada dirinya sendiri.
Gadis mungil itu tersenyum miris melihat dirinya sendiri, dia hanya bisa menerima semua ini dengan lapang dada.
"Lo lupa? Kita akan selalu ada buat lo."
"Gue tau, kita tau, kalau Lo itu gadis yang kuat."
Dirinya terkejut, dia menoleh dengan mata sembab melihat ada dua orang pria tampan yang selalu mengisi hari harinya saat dia senang maupun sedih. Gadis itu berdiri dan langsung berhambur ke dalam pelukan mereka, menangis sejadi-jadinya.
"Sssttt udah ... Lo nggak boleh gini, kita akan selalu ada buat Lo. Itu janji kita dari dulu."
Benar, mereka pernah berjanji bahwa bagaimana pun keadaannya, mereka akan selalu berusaha untuk selalu ada.
Saat itulah hujan mulai membasahi bumi dengan derasnya. Seolah hujan ikut merasakan, kepedihan yang saat ini mereka rasakan.
Semesta, kali ini saja, atau selamanya? Aku ingin selalu bersama mereka.
______
Hiruk pikuk jalanan memadati lalulintas ibukota. Wajar saja, karena hari ini hari Senin, di mana para siswa kembali bersekolah dan akan melaksanakan rutinitas upacara bendera. Tak terkecuali Dream High School.
Dream High School, sekolah dengan fasilitas lengkap, dan terkenal dengan siswa siswinya yang cerdas. Tidak menutup kemungkinan bahwa sekolah ini sering menjuarai berbagai event ajang perlombaan. Entah itu lomba akademik, non-akademik, atau kebersihan dan kerapian.
Seperti tiga orang remaja yang sedang berjalan menuju kelas mereka masing-masing. Pandangan berbeda dari siswa yang melintas tidak luput dari mereka. Ada yang memandang takjub dengan paras mereka dan ada pula yang memandang tidak suka.
Tapi mereka tetap mereka, cuek dan acuh. "Hidup hidup kita, bukan hidup mereka. Biarin aja, mungkin mereka bosan dengan hidupnya, dan jadi suka ngurusin hidup orang lain" kalimat yang selalu mereka bertiga tegakkan sebagai motto hidup mereka.
"Arun, Stef, Moka ke kelas duluan ya" gadis yang bernama Moka itu berjalan masuk ke dalam kelasnya setelah berucap pada kedua sahabatnya.
Jam sudah menunjukkan pukul 08:30 dan upacara telah selesai di laksanakan. Kini waktunya bagi mereka untuk memulai pembelajaran pagi hari ini.
"Stef sama Arun, nanti jangan lupa ya."
"Lupa apa?" tanya Stef.
"Kan nanti habis ini istirahat, memangnya Stef nggak mau makan?"
"Ya mau lah Moka-chino," ucap Stef dengan menekan kata 'Moka-chino'.
"Ishhh Stef nakal ya, awas aja nanti pas istirahat."
"Apa?" kata Stef menantang.
"Aruunn, Stef tu." adu Moka pada sahabat nya yang bernama Arun.
Arun menoleh kearah Stef, memberikan tatapan tajam serta isyarat agar tidak usah mengganggu Moka. Stef mendengus kesal "Hmm gue lagi, gue lagi."
"Kalian bertiga!!" Sontak mereka bertiga menoleh ke belakang. Terlihat seorang guru berbadan gempal berjalan menuju ke arah mereka.
"Ehh Ibu, ada apa Bu?" Ujar Stef sambil nyengir tidak jelas.
"Ada apa, ada apa, ini udah waktunya masuk kenapa kalian masih di luar!?" Ucap Bu Gena.
"Hehe baru aja kita mau masuk kok Bu."
Bu Gena melotot menunjukkan ekspresi garangnya lalu berkacak pinggang "Cepat masuk ke kelas kalian sekarang juga!!!"
Dengan gerakan cepat mereka berlari ke arah kelas mereka dan duduk manis di dalamnya.
Bu Gena menarik nafasnya dan menghembuskan nya kembali. "Murid saya ... murid saya." ucapnya sabar sambil mengelus dada.
____
Bel istirahat sudah berbunyi 5 menit yang lalu, tiga orang sahabat yang selalu bersama itu sedang berjalan menuju kantin mengisi perut mereka yang sedari tadi minta di isi.
Seperti biasa, selalu saja ada bisikan bisikan kurang mengenakkan dari murid lain saat mereka bertiga lewat.
"Itu siapa sih yang ditengah? Ganggu pemandangan aja!"
"Iya nih, siapa sih? Nggak cocok banget!"
"Ehh kalian, semua juga pada tau kalau mereka itu memang kemanapun selalu bareng."
"Masa iya? Pokoknya nggak cocok!"
Dan masih banyak lagi, satu sekolah pun tau jika mereka tidak akan pernah berpisah. Ada Moka, pasti ada Arun dan Stef. Begitupun sebaliknya.
Suasana di kantin hari ini begitu ramai, hampir tidak ada meja yang tersisa. Moka menyapu seluruh pandangan nya dan menemukan satu meja yang hanya terdiri satu orang disana.
"Kita duduk di sana aja yuk." Moka menarik pelan tangan kedua sahabatnya menuju salah satu meja yang menarik perhatiannya.
"Hai, kita boleh gabung nggak?" Ucap Moka saat sudah berada di hadapan salah satu siswi yang sedang makan sendiri di sana.
Siswi itu mendongak, melihat siapa yang menghampirinya. "Boleh kok." jawabnya tersenyum singkat, dia kembali fokus menyantap makanannya.
"Ini siapa yang pesan makanan?" Tanya Stef. Mereka duduk berhadapan, gadis itu duduk seorang diri dengan mereka bertiga di hadapannya. Stef di sebelah kiri, Moka di tengah, dan Arun di sebelah kanannya.
"Stef." jawab Arun dan Moka kompak.
Stef menatap kedua sahabatnya dengan datar. "Gue?" Tanya Stef menunjuk dirinya sendiri, yang di balas dengan anggukan keduanya.
"Serius gue?" Tanyanya lagi.
Moka menoleh ke arah Stef, menatap sahabatnya datar. Stef mendengus pasrah. "Oke oke!"
"Mau pesan apa." tanya Stef sedikit ketus.
"Yang ikhlas Steefff."
Stef mencoba sabar, dia menarik nafas...lalu menghembuskan nya. "Ekhem, mau pesan apa Tuan Putri dan Pangeran?" Tanya Stef mencoba untuk tersenyum walau terpaksa.
"Alay."
"Kayak biasa." jawab Moka sambil mengibaskan tangannya bak sedang menyuruh pelayan.
5 menit kemudian Stef datang dengan membawa nampan berisikan makan untuk dirinya dan juga untuk sahabatnya.
"Selamat menikmati wahai sahabatku ...." ucap Stef meletakkan nampan tersebut.
"Terimakasih, Pak." Moka menjawab dengan menekan kata 'Pak'.
"Yang penting ganteng," kata Stef. Tak lupa dirinya menyisir rambutnya dengan jari ke atas.
Kali ini Moka hanya melirik sekilas ke arah Stef, dia memilih untuk langsung menghabiskan makanannya daripada harus meladeni kelakuan absurd Stef.
Hening.
Mereka sibuk dengan aktivitas mereka masing-masing.
"Emm nama kamu siapa?"
___
KAMU SEDANG MEMBACA
We Are Best Friend! [ Telah Terbit ]
Teen Fiction[ TELAH TERBIT ] Versi Cetak dan Wattpad, berbeda :') PLAGIAT DILARANG UNTUK MENDEKAT! USAHAKAN UNTUK SELALU MENINGGALKAN JEJAK ⭐ DAN KOMEN HEHEW :3 Judul awal : SMA ***** "Oh, jadi ini orangnya." "Biasa aja tuh, cantikan juga gue!" "Songong banget...