SMA \\ 19. \\ Kok nggak asing ya?

37 8 0
                                    

"Sekuat apapun kita menggenggam tangan seseorang, pasti akan ada saatnya dimana genggaman itu akan terlepas. Layaknya kenyataan yang pasti akan terungkap, sekuat apapun kita menyembunyikannya."

🍬 - Mokalina - 🍬

°°°°°°°°

Seperti biasa, pagi ini Moka berjalan menuju kelas. Ia sudah terbiasa berangkat dan pulang sendiri semenjak kedua sahabatnya mulai menjauhinya.

"Eh eh ... gue nggak nyangka ya, ternyata yang udah buat kita salah paham sama Moka, ialah temannya sendiri."

"Iya, gue juga nggak nyangka. Padahal gue rasa mereka baru mengenal?"

Bisikan-bisikan itu terdengar jelas di telinga Moka, ia memandang bingung dua orang gadis yang melewatinya tadi. Dan yang tambah aneh, mereka tersenyum sopan ke arahnya, tatapan benci sudah tidak mereka tunjukkan.

Mereka aneh?

Moka mencoba menghiraukan rasa penasarannya itu, segera ia kembali melangkahkan kakinya menuju ke kelasnya.

Pandangan pertama yang ia lihat dari teman-temannya bukan lagi tatapan sinis atau datar. Mereka semuanya tersenyum hangat ke arahnya.

Saat Moka sudah duduk di tempatnya, satu-persatu teman-temannya menghampiri. Mereka mengaku menyesal dengan segala hal yang telah mereka perbuat dulu terhadap Moka.

Moka hanya bisa mengangguk mengiyakan serta menerima uluran tangan mereka. Sejujurnya, ia sama sekali tidak marah ataupun benci pada mereka. Karena ia tahu, semua ini terjadi pasti bukan tanpa alasan yang jelas.

Tunggu.

Sedari Moka memasuki kelas ini, ia sama sekali tidak melihat kehadiran Geon. Kemana dia?

Selepas Moka berbicara dengan geon tempo lalu, ia sudah jarang berbicara dengannya lagi atau bahkan tidak saling tegur. Dan ... geon juga jadi sering absen, saat mereka tidak sengaja berpapasan pun, geon hanya meliriknya sekilas. Ia juga memutuskan untuk pindah tempat duduk, jadilah Moka kembali sendirian.

Moka sempat mencoba menanyakan sendiri pada geon. "Geon, kamu kenapa?"

Kalian tahu apa jawaban yang Geon berikan? "Apa urusan Lo?!"

Lalu Geon melewati dirinya, tatapannya pun berubah, bukan tatapan menyebalkan yang ia berikan. Namun tatapan yang di berikan sama saat mereka baru bertemu.

°°°°°°

"Oka ...," panggil seorang gadis yang sepertinya terlihat tidak terlalu asing baginya. Gadis itu mengenakan masker, tak lupa hoodie berwarna pink yang ia kenakan.

Panggilan itu ... sama seperti bayangan yang selalu muncul di pikirannya.

Moka menatap gadis itu bingung, "Ada apa?" tanya Moka.

"Emm Gue boleh duduk sama Lo?" tanya gadis itu, sedikit menggantungkan ucapannya. Melihat respon Moka yang hanya menatapnya bingung, ia tersenyum di balik maskernya.

"Kenalin, nama gue Desfha Flowerina Hervan, panggil aja Flo. Gue sempat berhenti setahun, lalu Gue balik ke sini lagi." lanjutnya memperkenalkan diri serta menjawab tatapan kebingungan Moka.

Flo? Oka? Siapa mereka sebenarnya?

"Oka itu, siapa?"

"Eh-emm ...." Gadis itu seperti kebingungan akan menjawab apa.

"Boleh," jawab Moka akhirnya.

Em ... kayak ada yang aneh ....

Gadis itu meletakkan tasnya di kursi sebelah Moka, lalu ikut duduk.

Moka kembali berfikir, gadis ini baru bertemu dengannya. Namun kenapa ia memanggil namanya dengan panggilan lain?

Gadis tadi menoleh ke arah Moka, dari balik maskernya ia tersenyum misterius. Perlahan ia membuka maskernya, wajah yang oval, bulu mata lentik serta bola matanya bulat yang berwarna cokelat.

"Hai," sapanya kemudian.

Moka menoleh ke arahnya, mengernyitkan dahinya bingung. Tiba-tiba Moka merasakan kepalanya berdenyut, ia memegangi kepalanya sambil meringis.

"Awwsss ...."

"Eh? Lo kenapa?" Flo mencoba memegang pergelangan tangan Moka, mencoba untuk menenangkannya.

Moka menggelengkan kepalanya kuat, "Enggak papa kok."

Rasanya kok nggak asing ya?

°°°°°°

Sedari gadis bernama Flo tadi duduk dengannya, Moka selalu tidak fokus dengan pelajaran. Bayangan abu-abu itu selalu memenuhi benak pikirannya, kepalanya juga selalu berdenyut.

"Bu!" panggil seorang siswi.

"Ada apa, Lina?" jawab Bu Gena yang sedang mengajar.

"Moka sepertinya sakit, Bu." gadis bernama Lina itu menunjuk Moka.

Pandangan Bu Gena mengikuti arah tangan Lina, terlihat Moka yang sedang menopang kepalanya menggunakan tangan. Wajahnya juga terlihat pucat.

"Moka, wajah kamu pucat sekali. Kamu ke UKS aja ya?" Bu Gena mendekati Moka, ia mencoba mengecek kening Moka dengan punggung tangannya. "Panas," gumamnya.

Moka ingin menolak, namun plototan dari Bu Gena membuatnya mengangguk pasrah.

"Bunga, tolong kamu antar Moka ke UKS ya?" ujar Bu Gena pada teman sekelas Moka yang bernama bunga.

Bunga mengangguk, ia menghampiri Moka. Membantunya berjalan menuju UKS, karena keadaannya lemas sekarang.

"Gue ikut, ya?" Baru saja bunga akan mengiyakan tawaran Flo untuk ikut bersama mereka, Bu Gena sudah melarangnya terlebih dahulu.

"Kamu disini saja." Tegas Bu Gena.

"Baik bu," ucap Flo kemudian, ia kembali duduk di kursinya.

°°°°°°

"Apa teman saya baik-baik saja, Pak?" tanya bunga. Ia sebenarnya ingin langsung kembali mengikuti pelajaran, namun melihat Moka yang hanya sendirian, juga keadaannya yang lemah, niat itu ia urungkan.

"Teman kamu sudah mendingan kok, mungkin ingatan tentang masa lalunya yang membuatnya seperti ini." Jelas Pak Jino. Dokter yang bertugas di sekolah mereka.

Bunga mengangguk paham, "Ingatan masa lalu?" gumam bunga.

"Iya, mungkin dia mempunyai masa lalu yang membuatnya terpuruk, dan dia sempat melupakannya." ucapan pak Jino membuat bunga sedikit terkejut. Ia tidak menyangka, gadis ceria yang terkadang pemalu ini mengalami hal yang tidak pernah ia duga.

"Awwss ...."

"Eh, Lo udah bangun?" Bunga memberikan segelas air putih untuk Moka.

"Makasih, Bunga." Moka menerima gelas berisi air putih itu, meminumnya hingga habis.

Bunga menganggukkan kepalanya, ia tersenyum tulus. Ada rasa penyesalan dalam dirinya, disaat Moka mengalami hal yang buruk dirinya hanya diam tanpa melakukan sesuatu untuk membantu. Kini, ia akan berusaha melindungi Moka, kapanpun!

Di balik semua itu, seorang gadis sedang mengintip ke arah mereka, lebih tepatnya menatap Moka penuh arti. "Jadi ... dia lupa ingatan?"

°°°°°°

We Are Best Friend! [ Telah Terbit ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang