Disini, Di Tempat Ini!

257 35 20
                                    

Kita hidup bukan untuk terjebak pada masa lalu, namun untuk memperbaikinya!

Kita hidup bukan untuk terjebak pada masa lalu, namun untuk memperbaikinya!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Byungchan berjalan sambil menghentak-hentakkan kakinya dengan kesal. Dalam hati ia merutuk menyalahkan sang adik yang berkata pada bapak untuk berangkat terlebih dahulu ke sawah, sedangkan Byungchan bisa menyusul nanti. Padahal kan Byungchan ingin dibonceng oleh bapak menaiki motor astrea grand tahun 91 yang berbunyi tret-tret-tet-tet dengan nyaring.

Motor legend yang selalu mengantarkannya ke sekolah sejak Byungchan SD hingga SMP, iya dibonceng oleh bapak tentunya. Sedangkan saat SMA, Byungchan akan dibonceng oleh dia menaiki sepeda ontel dengan ban yang berdiameter cukup besar. Membuat sepeda itu terlihat cukup tinggi dan membuat dia sedikit kesusahan mengayuhnya, sementara Byungchan dibelakangnya hanya tersenyum dan memeluk pinggangnya.

Lagi, Byungchan tersenyum tipis setiap mengingat apa yang pernah ia jalani dengan dia. Byungchan bukannya belum move on, namun kenangan itu terlalu manis untuk dilupakan.

Rasanya kepingan kenangan itu selalu terlintas disetiap hembusan nafas Byungchan. Mengalir dalam darahnya dan seirama dengan detak jantungnya.

Byungchan menghembuskan nafasnya pelan, "Segitu cintanya aku sama Kakak."

Byungchan menatap hamparan luas sawah didepannya. Beberapa tanaman sudah tumbuh dan menjulang tinggi, seperti jagung misalnya. Ada juga beberapa sawah yang kosong karena petani baru saja memanen hasil tanamnya.

Byungchan tersenyum sembari menghirup udara sejuk nan asri khas pedesaan bersih yang belum tercemar. Dengan semangat ia berjalan menyusuri setiap petak sawah untuk menuju sawah milik bapak.

"Byungchan?"

Yang dipanggil menoleh menatap Heochan yang sedang melambai-lambaikan tangan tak jauh dari tempat Byungchan berdiri sekarang.

Byungchan hendak tersenyum, namun lengkungan dibibirnya perlahan luntur kala ia melihat tubuh tegap yang perlahan berjalan ke arah Heochan.

Tubuh yang sangat Byungchan kenali, dan ingin Byungchan peluk dengan erat sekarang jika memungkinkan.

Bukannya Byungchan tak mau bertemu dengan dia, hanya saja ia belum siap. Hatinya belum siap merasakan patah dan hancur lagi hanya karena menatap matanya.

Deg!

Tanpa sengaja dia menoleh ke arah Byungchan yang tengah mematung. Tatapan mereka berdua bertemu, tatapan sendu bercampur rindu. Sungguh Byungchan rindu, ingin rasanya Byungchan berteriak pada dunia dan mengatakan bahwa Byungchan rindu. Rindu dengan pria itu, rindu dengan dia, rindu dengan segala yang terjadi dengan mereka di masa lalu.

Byungchan memutus pandangan terlebih dahulu dan segera membalikkan badannya. Ia berjalan dengan cepat tanpa memerdulikan teriakan Heochan yang memanggil-manggil namanya.

Diary A to Z Ft. SebyungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang