Pagi-pagi sekali Sasya, Sonya, dan Mentari pergi ke taman untuk lari pagi.
"Hadeh..... capekkk banget woy.... !" Ucap Sonya dengan napas tersenggal-senggal.
"Namanya juga lari, kalau gak capek bukan lari namanya yang ada diem baek atuh neng!" Sasya menanggapi ucapan Sonya. Membuat Sonya bersungut kesal.
"Duduk dulu yuk" Kata Mentari yang tadi hanya menyimak.
Akhirnya mereka bertiga duduk di bangku yang tersedia ditaman kota. Tapi tidak lama kemudian Sasya berdiri lagi. Mentari mengernyit heran melihat Sasya yang baru duduk lalu berdiri lagi.
"Mau kemana lo?" Tanya Mentari mengangkat alisnya bingung.
"Gue mau beli minum dulu, kalian tunggu di sini. Okey jangan kemana-mana!" Sasya melambaikan tangannya berjalan menjauhi keduanya.
"Jangan lama lo, kalau lama kita tinggal lo!!!" Teriak Sonya membuat Sasya berbalik badan lalu menjawab berteriak juga.
"Iya gak akan lama kok tenang aja!!"
Sasya berjalan santai mencari tempat membeli minum. Karna ia kurang hati-hati dalam berjalan ia tersadung dengan kakinya sendiri. Alhasil ia terjatuh menahan sakit.
"Aduhhhh sakit!" Ujar Sasya menahan pergelangan kakinya yang sakit. Keseleo.
Tiga orang cowok berlari dengan keringat bercucuran. Pagi ini mereka menghabiskan waktu paginya dengan lari. Tapi tak jauh dari tempat di mana mereka bertiga berlari, mereka melihat ada cewek yang duduk di aspal. Seperti sedang menahan sakit di bagian pergelangan kakinya. Karna penasaran Gilang, Bima, Dan Arya menghampirinya.
"Lang bantuin tuh" Kata Arya menunjuk gadis itu.
Gilang mengernyitkan keningnya tanda bingung. "Kenapa harus gue?"
"Udah nurut napa sih!!!" Ketus Bima
"Udah cepet sono"
Arya mendorong Gilang pelan, karna ia tidak kunjung membantu.
Arya dan Bima melihat dari jauh.
Gilang mengulurkan tangannya ke hadapan Sasya. "Sini gue bantu,"
Sasya menerima uluran tangan cowok itu meski sedikit ragu, karna ia tidak tau tangan siapa itu. "Ssstt sakit banget, kayaknya gue gak kuat jalan deh." Kata Sasya melihat pergelangan kakinya yang berwarna ungu kebiruan.
Gilang melihat kaki Sasya sebentar, sepertinya dia keseleo. Ia pernah di ajari oleh guru basketnya saat ia terkilir dulu.
"Sini kaki lo gue lihat"
"Enggak lo mau apain kaki gue, yang ada ntar tambah sakit lagi!" Ketus Sasya sambil memicingkan matanya.
"Udah sini, daripada lo sakitnya tambah parah!"
"Ya udah deh. Tapi awas aja lo kalo ntar kaki gue tambah sakit!!" Ancam Sasya,tetapi ia membiarkan Gilang memijat pergelangan kakinya.
Dengan lihai Gilang memijat kaki Sasya. Sasya tediam sambil memandangi wajah Gilang kagum. Wajah Sasya merah plus deg degan karna jaraknya dan Gilang sangat dekat. Tadi aja marah sekarang kagum. Dasar Sasya.
"Udah jangan diliatin terus gue nya. Tapi emang pantes sih lo ngeliatin gue mulu secara kan gue emang ganteng" Katanya menyombongkan diri.
Sasya memalingkan wajahnya karna ia kepergok memperhatikan cowok itu.
"Siapa juga yang merhatiin pede banget jadi orang!!!" Gumamnya pelan bahkan hampir tidak bersuara. Tapi Gilang tau kalau cewek itu tengah membicarakannya. Tapi biarlah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdirku Bersamamu
Teen Fiction"Ketika melihat matamu aku bisa tau seluas apa kau mencintaiku". Gilang Satria Santoso "Disaat engkau ada didekatku aku tau bahwa kau akan selalu menjadi milikku selamanya dan tak akan pernah bisa orang lain memilikimu kau seutuhnya hanya untukku"...