3. Jatuh!

31 6 0
                                    


"Nyatakah ini? Atau hanya sekedar ilusi?"


♡♡♡


Sejak pukul delapan malam kemarin Sarah dan tantenya telah sampai di Desa Awan Wangi. Tempat dimana selama lima belas tahun ia dibesarkan.
Setiap melihat suasana pagi hari di desa ini perasaan rindunya menguar akan sosok ibunya.

Saat ini Sarah sedang bersiap-siap menuju makam ayahnya. Ia memakai pakaian serba hitam begitupun tantenya, rumah yang mereka tempati ini adalah tempat tinggal yang dihuni oleh nenek dan keluarganya dulu. Kini rumah inipun tak lagi berpenghuni.

Sarah dan tantenya pergi berjalan kaki menuju makam bersama dua orang tetangga mereka yang tinggal tepat disamping rumah, mereka jugalah yang membantu proses pemakaman.


Kini tibalah mereka di pemakaman umum Desa Awan, setelah memberitahu makam ayah Sarah kedua orang tetangga itu pamit undur diri.

Sarah mengambil beberapa kelopak bunga yang berada dalam keranjang yang telah ia bawa tadi lalu menaburnya makam sang ayah diiringi dengan jatuhnya tetesan air bening dari sudut matanya.


Hatinya pun ikut menangis melihat gundukan tanah yang tampak lembab tak menyangka secepat itu ayahnya pergi.


"Hiks hiks huaaa." Tangisan tak dapat lagi dicegah, bahkan tante Rika pun ikut menangis dan merengkuh bahu Sarah.


Setelah Keduanya menghaturkan doa, mereka pergi.


"Pah Sarah pergi dulu," ucapnya mencium batu nisan, lalu pergi bersama tante Rika yang hatinya masih diisi dengan tangisan.


Sesampainya di rumah peninggalan neneknya itu tante Rika langsung masuk ke dalam kamarnya mengurung diri bersama rasa sedihnya.


Hari masih cukup pagi, jam pun menunjukkan pukul delapan pagi. Ia rasa ingin mencari udara segar di sekitar.


Pemandangan sekitar sangat asri memanjakan mata, penduduk yang berjalan membawa tumpukan padi, para ibu yang berjalan membawa ember berisi kain semua itu membuat hatinya merasa adem hingga tersenyum lebar.


Ia jadi ingat seseorang yang dulu selalu bermain bersamanya.


Dengan tidak sabar ia berlari dengan kencang dan tertawa amat bahagia, kakinya terus berlari menuju tempat tujuan, sendal yang ia pakai tadi pun ia lepas lalu menjinjingnya sambil berlari membuat penduduk sekitar tampak tertawa melihat tingkahnya.


Dengan nafas yang ngos-ngosan ia berhenti di sebuah rumah yang tampak sederhana, yang lagi-lagi membuat ia merasa sangat merindukan kampung ini.


"Eh Nak Sarah ya?" ujar seorang wanita paruh baya dengan memakai pakaian sederhana baju tidur dan sarung, wanita paruh bayu itu tampak sangat terkejut dengan kehadiran Sarah.

SARAH EVERSANYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang