"Sarah kamu ikut ya ke rumahku, Natisya juga ikut. Kita ngerayain datangnya Kak Athala ke Indonesia mau ya Sarah," ajak Rara di sela kegiatan membereskan peralatan sekolah mereka.
Sarah menimang apakah ia ikut atau tidak? Namun jika ia pikir mungkin dengan ikut ia bisa bersenang-senang untuk sesekali.
"Em boleh deh, tapi aku kabarin Tante Rika dulu ya," ucap Sarah.
"Oke, kamu langsung ikut sama aku aja ya biar gampang."
"Oke."
Sarah menyelesaikan kegiatannya kemudian bel pulang pun telah berbunyi para murid perlahan pergi meninggalkan sekolah.
Sarah, Rara, dan Natisya kini berada di dalam satu mobil yakni mobil milik Rara yang di bawa oleh supir keluarganya.
"Kamu udah ngabarin mama kamu belom Nat?" tanya Rara yang duduk di depan samping supir.
"Udah dong," jawab Natisya.
"Sama pacar kamu udah belom?" tanya Sarah dengan nada menggoda kepada Natisya.
"Udah ih dia mah gak penting bwahahah," ucap Natisya.
"Hedeh Natisya palingan juga besok kamu bakalan datang ke sekolah dengan muka masam dan bilang kalau Kak Reza marah sama kamu," ujar Rara yang mengetahui kebiasaan Natisya.
"Nggak bakalan kok," ucap Natisya.
Sarah yang merasa ngantuk sedari tadi rupanya sudah tertidur dengan kepala menyender ke samping.
"Eh udah molor aja nih anak," ucap Natisya yang mendapat sahutan dari Rara untuk menyuruhnya diam.
Tak lama kemudian sampailah mereka di kediaman Rara yang suoer mewah, maklum saja ayah Rara adalag seorang pejabat negara dengan gaji besar.
"Weh udah nyampe nih woi Sarah," teriak Natisya tepat di telinga Sarah, membuat Sarah secara refleks menampar pipi Natisya.
Plak!
"Aduh Sarah! Sakit tauk huaaaa," rengek Natisya kesakitan sambil memegang pipinya.
"Bwahahha." Rara tertawa melihat adegan itu ia merasa puas melihat ekspresi kesakitan dari wajah mulus Natisya yang kini terlihat sedikit memerah.
Sarah terkejut dengan perbuatan tanganya sendiri, tqk menyangka ia akan menampar Natisya.
"Aah maaf-maaf Nat, maaf aku gak sengaja, kamu sih pake teriak di telinga aku segala kan aku kaget," ucap Sarah sambil mengusap-usap pipi Natisya berharap rasa sakitnya akan memudar.
"Udah ah ayok keluar guys," ajak Rara.
Natisya mengubah mimik wajahnya menjadi tersenyum. "Iya udah ayok aku nggak kesakitan lagi kok Rah, ayok," ucapnya mau tak mau Sarah pun ikut keluar menyusul Rara.
"Sekali lagi maaf ya Nat," ucap Sarah di sela langkah kaki mereka menuju rumah Rara yang halamannya cukup besar dan menguras tenaga untuk berjalan ke pintu utama.
"Iya nggak masalah Sarah, udah deh lupain aja," ucap Natisya membuat Sarah tersenyum.
Sarah melihat sekeliling rumah Rara, masih sama mewahnya seperti saat dulu pertama kali ia menginjakkan kaki di rumah ini, dari awal persahabatan mereka memang rumah Raralah yang menjadi tempat paling pas untuk berkumpul.
Sesampainya di kamar Rara menyuruh Sarah dan Natisya untuk meletakkan tas mereka di meja belajar milik Rara. "Tarok dulu tas kalian di situ, kita bersihin muka dulu baru abistu kita ke rumah Kak Athala ya," ucap Rara.
"Ha? Emang rumahnya dimana?" tanya Natisya.
"Di sebelah," jawab Rara.
"Aku pinjem kamar mandi duluan ya," pinta Sarah.
"Oke," setuju Rara.
Setelah sudah selesai berberes Rqra mengajak mereka ke rumah sebelah yang tak kalah mewahnya.
"Jadi ini rumahnya Kak Athala?" tanya Natisya dengan mata yang mengerling ke sana ke mari melihat betapa mewahnya rumah Athala, sedangkan Sarah hanya diam dengan wajah tanpa minat.
Sarah sebenarnya juga merasa sedikit terpukau dengan aksen rumah ini, namun hanya sekejap karena ia tak berminat dengan kemewahan.
Saat tiba di depan pintu sudah ada Athala yang menunggu kehadiran mereka mungkin kehadiran Rara lah yang utama, karena Rara adalah teman masa kecilnya.
"Kak Athala," teriak Rara dengan sedikit berlari kecil menuju Athala untuk memeluknya, melihat pemandangan itu Sarah jadi terseyum ia turut bahagia melihat ekspresi Rara.
Sarah melihat penampilan Athala dengan setelan rumahan entah kenapa Athala terlihat tampan di mata Sarah saat seperti itu. Ia mengerjapkan matanya sambil menggeleng dengan kuat.
"Ayuk masuk," ajak Rara membuat Sarah dan juga Natisya ikut masuk ke dalam.
"Eh udah datang ya Rara ya ampun udah lama ga liat tante kangen banget sama kamu," ucap Bu Mona yang yak lain adalah ibunya Athala, wanita paruh baya itu langsung mendekap Rara dengan erat.
"Ih tante Rara juga kangen tante," ucap Rara membalas pelukan Bu Mona.
"Eh ini temen Rara ya?" tanya Bu Mona melihat ke arah Sarah dan Natisya.
"Iya Tante, kenalin saya Sarah," ucap Sarah memperkenalkan diri sambil membawa tangannya ke arah bu Mona.
"E-eh iya yang ini siapa?" tanya bu Mona kepada Natisya tanpa menjabat tangan Sarah membuat Sarah mengepalkan tangannya karena merasa hampa tanpa balasan.
Athala dan Rara hanya diam melihat itu sambil melihat ke arah Sarah yang kini menundukkan kepala.
"Saya Natisya Tan."
"Oh nama yang cantik ya, em yasudah ayok kita makan dulu," ajak bu Mona lalu pergi mengiringi mereka ke arah dapur.
Sarah masih terdiam saat berjalan, sesekali matanya juga menatap perabotan dalam rumah ini yang terlihat mewah.
Sarah tau maksud bu Mona tadi, ia tak mau bersalaman dengannya karena penampilan Sarah yang terlihat sederhana, bahkan baju seragam Sarah sudah mulai pudar kekuningan. Tapi tak apalah mungkin orang kaya memang seperti itu.
Sesampainya di dapur Sarah masih berdiri saat kedua temannya sudah duduk di meja makan, ia bingung harus duduk dimana ia merasa tidak pantas duduk bersama mereka. Ia rasa ia kehilangan rasa percaya dirinya lagi.
"Eh ayo duduk Kak kok berdiri aja," tegur lelaki yang setahun lebih muda dari Sarah, adalah Rega adik sepupu dari Athala.
Sarah mengerjapkan mata lalu ia saat ia melihat kembali ke meja makan persegi dengan enam kursi hanya kursi di samping kanan Athala lah yang kosong jadi mau tidak mau ia harus duduk di sana sedangkan Rara di samping kiri Athala, dengan ibunya di depan Rara, Rega di hadapan Athala serta Natisya yang kini berada di hadapannya.
"Ayok dimakan ya semua ini enak banged loh buatan Bundha Monaaa," teriak Rega dengan hebohnya mengundang gelak tawa namun Sarah masih terdiam.
"Sarah kok diam aja sih enggak seru ah," ucap Rara.
"Emh iya Ra."
"Eh udah-udah makan dulu, aku makan ya Tan hehe," ucap Natisya plus dengan cengirannya.
"Iya makan aja Natisya," cetus Rara.
"Oh iya kok temen Bang Athala nggak ada yang cewe sih Bun?" tanya Rega.
"Ih diakan masih baru sehari masuk sekolah Rega," ucap bu Mona.
"Oh iyaya, eh btw kakak namanya siapa? Cantik bener sih," goda Rega kepada Sarah membuat Sarah sedikit tersenyum.
"Namanya Sarah, tiba liat yang bening aja lo kenceng," ucap Athala yang akhirnya angkat bicara setelah sedari tadi hanya diam.
"Gue sih owh aja," ujar Rega.
Setelah itu tak ada lagi perbincangan hanya suara dentingan sendoklah yang berbunyi.
~••♡••~
KAMU SEDANG MEMBACA
SARAH EVERSANYA
Teen Fiction"Apa aku bakal jadi penghalang hubungan Kakak sama Rara?" "Nggak Sarah." "Tapi Rara cinta sama Kakak." "Tapi aku cintanya sama kamu Sarah!" "Kak Athala yakin?" "Yakin!" Drrtt drrtt "Halo." "Hah? Rara masuk rumah sakit?" "Iya saya ke sana sekarang." ...