18. Perusak Hubungan Orang

64 12 4
                                    

Bel pergantian jam berbunyi tidak lama setelah Bu Rima mengakhiri materi. Beberapa murid memasukkan kembali buku matematika mereka dan mengeluarkan buku untuk mata pelajaran berikutnya.

"Jawabannya min gak sih?" Adel menatap jawaban miliknya berulang kali. Key yang tengah membereskan buku miliknya langsung menatap halaman buku Adel.

"Itu kan yang min nilainya lebih sedikit, Del. Jelas jawabannya positif lah."

"Lah, iya." Adel menepuk keningnya dan tertawa. Dia lantas segera mengkoreksinya kembali.

"Ekhem!"

Kedua gadis itu menoleh pada seseorang yang entah seja kapan sudah berdiri di sebelah meja mereka, di sebelah Key lebih tepatnya.

Kedua mata Key berkedip selama beberapa kali. "Oh, hai," sapanya. "Eh, iya. Ini Adel. Del, dia Tristan."

"Gue udah tahu kali, Key. Kan tadi dia sendiri yang kenalan di depan kelas," ucapnya dan segera menerima uluran tangan Tristan.

Key nyengir. Dia lalu menatap Tristan. "Lo kok bisa pindah ke sini? Apalagi bisa pas di kelas gue. Nyariin gue, ya?" kekehnya.

Tristan ikut tertawa. "Pengin aja. Oh, iya. Temen lo yang namanya Ravano itu, dia gak apa-apa kan? Kayaknya waktu itu dia marah."

Temen?

Adel langsung menatap Tristan dengan kening berkerut. "Lo juga kenal sama Ravano?"

"Ravano dateng jemput gue pas gue nemenin Tristan ke rumah sakit," jelas Key.  "Hmm ... Dia gak marah kok, Tris. Lo sendiri gimana? Luka yang di kepala lo udah sembuh?"

"Oh, ini. Haha. Iya, udah kok. Gue kan kuat." Tristan kembali tertawa.

"Sori gue nanya ini. Tapi kasus minggu lalu yang tawuran itu ... Beneran dari sekolah lo? Dan lo ... " Adel menggantungkan kalimatnya.

"Iya, dari sekolah gue. Dan yah, gue emang terlibat. Kalo gak terlibat, gue gak mungkin bisa nolongin temen lo yang nekat ini. Gue suruh pergi gak nurut, malah balik lagi mukulin anak-anak Panca pake kayu. Sumpah gue liatnya sampe ngeri takut nih cewek kenapa-kenapa. Untung gue gak lemah." Ucapan Tristan membuat Key melayangkan pukulan ke lengannya, membuat lelaki itu mengerang pelan.

"Ya ampun, jadi lo beneran terlibat? Key sempet cerita sih soal lo yang juga nolongin dia pas di angkot," ucap Adel.

"Eh, iya jaket lo masih di gue. Besok deh gue bawa." Key menunjukkan cengiran khasnya. "

"Santai aja kali. Gue juga sekarang sekelas sama lo."

Aktivitas ketiganya terhenti saat seorang guru masuk ke dalam kelas.

"Ntar kalo mau ke kantin, gue ikut, oke?" Tristan mengedipkan sebelah matanya dan segera kembali ke tempatnya.

Key terkekeh. Gadis itu mengacungkan salah satu jempolnya.

***

"Pokoknya lo wajib nyoba siomay khas Pelita. Dijamin nagih," ucap Adel.

"Baksonya juga gak kalah nagih kok. Gak bakal bikin lo enek," sambung Key.

Tristan menatap kedua gadis itu bergantian dan terkekeh. Mereka bertiga menuruni satu per satu anak tangga.

"Gue curiga kalian sering nongkrong di kantin." Tristan tertawa.

"Nggak lah, enak aja. Boro-boro nongkrong, si Key aja sering nitip ke gue." Adel melirik Key dengan kedua ekor matanya, dan yang dilirik hanya menunjukkan cengiran tanpa dosa.

Distance ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang