4. Permainan Takdir

183 28 18
                                    

Key menutup bukunya begitu selesai membaca. Gadis itu berjalan menuju salah satu rak dan menyimpan buku yang tadi diambilnya di tempat semula.

Dia terkejut saat melihat tubuh Ravano yang sudah berdiri bersandar di rak yang ada di sebelahnya sembari menatapnya dengan kedua tangan bersidekap.

Key membuang pandangannya dan segera berjalan melewati Ravano. Namun tangannya berhasil ditarik pelan sebelum dia benar-benar melewati lelaki ituitu.

"Key ... "

"Lepas."

"Key, kenapa lo selalu menghindar? Kenapa lo jauhin gue? Apa karena-"

"Lepasin tangan gue, Rav," ucap Key tanpa menatap Ravano.

"Gue yakin kita bisa kayak dulu lagi. Meskipun-"

"Meskipun apa?" Kedua mata tajam Key langsung bertatapan dengan mata milik Ravano.

Ravano terdiam selama beberapa saat sebelum melanjutkan kalimatnya, "meskipun status kita udah beda sekarang. Gue yakin Key, bahagia itu enggak harus selalu jadi pasangan."

Key menarik tangannya paksa hingga menghentikan Ravano yang hendak kembali membuka suara. "Kalo lo cuma mau bahas itu, gue pergi."

Dan Keanna benar-benar pergi. Meninggalkan Ravano lagi seorang diri.

"Keanna dengerin gue!" Ravano kembali menarik tangan Key begitu mereka keluar dari ruangan perpustakaan.

"Gak ada lagi yang perlu gue denger, Rav!"

"Lo enggak pernah dengerin gue! Lo berubah!"

Key menarik napasnya dalam dan membuangnya kasar. Rahangnya mengeras menahan luapan emosi yang menggebu di dadanya. Dia tidak pernah berniat membenci atau pun menjauhi Ravano. Tapi setiap kali berada di dekatnya, Key sama sekali tidak bisa menahan perasaannya. Dia begitu membenci takdir yang seperti sengaja mempermainkannya. Kenapa harus dirinya dan Ravano?

"Rav?"

Mereka berdua menoleh ke sumber suara. Silvi terlihat berdiri tidak jauh dari posisi mereka.

"Ada apa ini?" tanya gadis itu sembari menatap tangan Ravano yang menggenggam tangan Key.

Dan di saat itulah Key memanfaatkan kesempatannya dan langsung menarik tangannya dari genggaman Ravano. Dia pergi menjauh, bahkan sampai menubruk bahu Silvi dengan cukup kasar. Membuat Silvi berbalik menatap Key tidak suka.

"Keanna!"

Teriakan Ravano sama sekali tidak dihiraukan oleh Key karena gadis itu kini malah berjalan semakin jauh. Ravano baru saja hendak mengejarnya namun Silvi dengan sigap menahan tangannya.

"Kalian berantem? Lo lagi marahan sama adik lo?"

Ravano menatap Silvi tidak suka saat Silvi seperti sengaja menekankan kata 'adik' pada kalimatnya. Kedua matanya memicing. Dan tanpa persetujuan gadis itu Ravano langsung melepaskan tangannya.

Silvi tidak mengejar Ravano, dia masih berdiri di tempatnya. Menatap punggung Ravano yang menjauh dengan sudut bibir yang terangkat. Sejak dulu dia memang tidak pernah menyukai kedekatan Ravano dan Keanna. Meskipun keduanya belum resmi berpacaran, tapi Silvi tidak pernah menyukainya.

Hingga sebuah kabar mengejutkan sampai ke telinganya. Kabar yang menyebutkan bahwa Ravano dan Keanna berubah status menjadi sepasang saudara. Kabar bahagia yang tidak pernah diprediksi olehnya. Kesempatan bagus untuk mendekati Ravano, mengingat Keanna yang saat ini hanya berstatus sebagai adik tiri.

Namun perkiraannya salah karena nyatanya Ravano sampai saat ini tidak juga menghilangkan perasaannya pada Keanna, meskipun Keanna secara terang-terangan berubah menjauhinya karena status baru mereka. Dan Silvi tahu kalau perasaan Keanna juga masih sama. Yang membedakan hanyalah perasaan benci sekaligus kecewa yang menutupi semuanya.

Distance ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang