Seharian ini Shalika banyak tersenyum mengingat kejadian di sekolah tadi. Jantungnya terasa bedetak lebih cepat.
Toktoktok
Ketukan pintu memecahkan semua bayangan tentang tadi di sekolah, Shalika bangun dari tempat tidur membukakan pintu.
"kenapa ma?" tanya shalika, tumben sekali bu lita mengetuk pintu di sore seperti ini. Biasanya ia akan mengetuk pintu kalau Shalika tidak keluar kamar waktu makan malam.
"kok kamu belom ganti baju sih?," tanya bu lita. Shalika hanya menyengir menunjukan gigi gingsulnya. Bu lita hanya mengelengkan kepala melihat kelakuan anak gadisnya.
"keluar dulu yukk ada om Ian di luar mau ketemu Lika"kata mama.
"mau ngapain? Tumbenan sorean kesininya" tanya Shalika.
"temuin dulu ya?" Lika menganggukan kepala, dan berjalan menemui om Ian.
Ian yang melihat kedatangan Lika pun menyuruhnya duduk di sebelahnya di susul dengan bu Lita.
"kenapa om?"tanya Shalika.
"om mau ngomong sama lika, serius"kata om Ian.
Perasaan Lika mulai tak enak. tak biasanya om Ian mengajak bicara serius seperti ini.
"mau ngomong apa om, ngomong aja" desak Lika tak sabar, ia sudah penasaran omongan serius apa yang mau di bicarakan.
"Lika tau kan kalo om Ian sayang sama Lika sama Mama juga? Pasti Lika juga tau kalo om Ian cinta sama Mamanya Lika. Om mau sama sama Mamanya Lika sampai akhir hayat om Ian. Jadi apa boleh om Ian jadi Papanya Shalika?" jelas Om Ian.
Shalika merasa pasokan udara di rumahnya menipis, ia merasa sesak di bagian hatinya. Matanya memanas, ini yang paling ia takutkan, kalau ia belum siap dengan anggota keluarga barunya nanti.
"om Ian nurutin maunya Shalika, gausah bingung jawab apa yang penting Lika nyaman" Lika jadi ingin menangis, mana mungkin ia sanggup bilang tidak.
Selama ini om Ian sangat baik kepadanya dan Lika bisa melihat keseriusan dari om Ian. Lika seperti orang bodoh ia binggung harus jawab apa, jujur ia tak menginginkan Papa baru, sungguhh.
Tapi Lika tidak tau apa yang Mamanya rasakan, apa ia seperti Lika? atau bahkan ia malah kesepian dan menginginkan sosok seorang yang bisa membantu membiayai kehidupannya.
"hm iya boleh" katanya singkat memecahkan keheninggan yang ia ciptakan beberapa menit lalu. Hanya beberapa kata tapi bisa membuat senyum om Ian mengembang lebar.
"terimakasih Lika" kata om Ian. Diliriknya lah bu Lita yang matanya sudah berkaca kaca.
Ia tak membayangkan ternyata Lika menyetujuinya. Padahal ia sudah takut mendengar kata tolakan yang akan di keluarkan Lika.
*****
Setelah pembahasan serius tadi sore Shalika langsung memutuskan untuk pamit masuk kedalam kamar. Jujur pembahasan serius seperti tadi baru ia rasakan pertama kali.
'Lika salah ga ya?' tanya dalam hati.
Banyak sekali pertanyaan di didalam dirinya, belum lagi fikiran buruk tentang hidup kedepannya akan seperti apa.
Lika memutuskan untuk mengganti pakaian sekolahnya dengan kaos biasa. Shalika keluar kamar melihat sudah tak ada lagi om Ian. Ia melihat ternyata bu Lita sedang memasak.
"masak apa ma?, banyak banget. Lika ga serakus itu kan?" tanya Lika bercanda.
"nanti malam Keysha sama om Ian makan malam di sini. Jadi mama masakin banyak, lagian kalo Lika di ajak makan di luar kan selalu gak mau. Jadi makan dirumah aja biar Lika ikut makan" jelas bu Lita.
Penjelasan itu sama sekali tak membuatnya senang, ia malah merasa malas harus bertemu ondel ondel itu.
"oh gitu, yaudah Lika main sebentar ya mah tempat Iin" kata Lika berpamitan.
"iya jangan pulang sore sore, sama siapa kamu? Naik apa?" tanya bu Lita.
"sendirian naik sepeda" kata lika sambil berjalan menuju luar rumah.
*****
Jam setengah delapan malam om Ian baru saja tiba, sepertinya om Ian datang terlambat karena harus menunggu Keysha berdandan. Lihat saja penampilannya malam ini sangat jauh beda dengan Shalika yang hanya memakai baju tidur bergambar Unicorn.Oh haii Biduan komplek!, ini cuma makan malam bukan acara kondangan, tak perlu repot berdandan seperti ini.
Setelah makan malam semuanya berkumpul di ruang tengah. Shalika hanya duduk diam dan mengangguk kalau berarti Iya. Ia bingung melihat manusia di sampingnya ini dari tadi tak lepas dari Hanphone nya, melakukan berbagai gaya di depan camera.
'pingin banget rasanya Lika tarik tuh bibir. Lebih tebel dari dompetnya wildan ternyata' ia terkekeh kecil membayangkannya. Hingga dia lupa kalau dia tidak sedang sendirian.
"kenapa lo ketawa sendiri?" tanya Keysha serkas. Siapa yang tidak heran melihat orang tertawa sendirian.
"Keysha yang sopan panggilnya!" ujar om Ian.
"ya kak Lika tiba tiba ketawa sendiri Pah, Sasa heran lah" kilahnya tak terima ditatap tajam oleh om Ian.
"apa aku harus buat surat ijin ketawa dulu biar boleh katawa. Kamu aja dari tadi senyum senyum sendiri di depan hp aja aku gak urusin kan?" katanya menusuk langsung ke otak Keysha.
Jangan kalian mengira Shakira tim diam kalau di ajak beragumen, ia akan jadi manusia yang memberi bacotan terbanyak dari tim tim yang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHALIKA
Teen FictionHari ini, detik ini, menit ini kamu telah berhasil meruntuhkan semangatku untuk memperjuangkan mu.