5. Bekal Spesial

3 1 0
                                    


Mungkin jika ada yang melihat kelakuan Shalika sekarang, pasti seseorang itu menggap ia orang gila. Bagaimana tidak, pasalnya dari pertama masuk kelas tadi Shalika selalu tersenyum menatap kotak nasi berwarna hijau itu.

"Gila lo?" tanya teman sekelas Shalika.

"Hooh," jawabnya malu malu.

"Ini spesialll untuk seseorang yang spesial" tambah Shalika.

"Serah lo lika yang penting lo seneng" kata Aulia, teman kelasnya.

"Ya emang harus Lika yang seneng masa Wildannn" katanya mengejek sambil menatap malas ke pojokan setan, dimana itu tempat wildan dkk berkumpul.

"Kenapa bawa bawa gue lo KECAP?!" tanya wildan tak santai.

"Ihh ga santai, kenapa sih teriak teriak tanyanya. Ngomong baik baik dong. Gini 'Lika cantik kenapa bawa bawa nama Wildan?' gituuu!" jelas Shalika sama tak santainya.

"Apa bedanya sama lo s.h.a.l.i.k.a. ah elah kesel gue, pagi pagi udah bikin emosi" kata wildan penuh penekanan.

"Ya jelas beda, Lika cantik Wildan jelek wlee"ledek Shalika menjulurkan lidah.

"KEC- "

"Udah lah dan ngapain sih ngeladenin Lika, lo tau kalo debat sama dia gak bakal menang, ngapain sih diperpanjang" omongan Wildan terpotong oleh Iin yang baru saja tiba dikelas.

Wildan melirik ke arah Shalika yang sedang menunjukan senyum kemenangan.

*****

Mata pelajaran sebelum istirahat adalah Bahasa Indonesia, Shalika dan Iin di suruh untuk mengumpulkan buku tugas kelas mereka di meja guru.

"In aku mau kasih bekal buat kak Juna dulu deh, kamu duluan aja ke kantin nanti aku nyusul"

"Wokehhh"

Setelah itu Lika berlari menuju kelasnya dengan senyum yang hampir menunjukan gigi gingsulnya. Tetapi senyumnya pudar saat melihat keadaan bekal spesialnya.

"WILDANNNN!" panggilnya sambil melangkah mendekat menuju tempat duduknya.

"Uhuk, anjir lo kecap keselek gue"

"Hiks, kenapa bekalnya dimakan sih hiks hiks"

"Woi napa nangis lo, ini cuma bekal kali lebay amat"

"Ini tu bukan buat kamu dan, kenapa gak bilang dulu sih. Kenapa jahat banget sumpah. Gak sopan tau gak!"

Setelah mengucapkan dengan air mata bercucuran Shalika pergi meninggalkan Wildan yang masih mencerna ucapannya barusan.

"Emang salah ya gue makan?" tanya pada diri sendiri.

"Ya salah lah bego, itu bekal buat Juan yang katanya spesial. Gimana Lika gak ngamuk" jelas salah satu temannya.

*****

Shalika lari menuju taman belakang sekolah. Moodnya sudah hancur, bekal yang akan di berikan kepada sang pujaan hati sudah di makan oleh makhluk astral. Menyebalkan.

"Hiks, kenapa ga tanya dulu tadi waktu mau makannya hiks ih kesell"

"Shalika kan?," tanya seseorang.

"Kenapa nangis kamu dek?" seseorang di depannya ini memanggilnya 'dek' apa Shalika tak salah dengar.

Ia mendongakkan kepala untuk memastikan siapa seseorang yang memanggilnya. Betapa terkejutnya Shalika ternyata seseorang itu adalah Juna.

Ia masih cengo manatap Juna, apakah ini mimpi, tetapi kenapa seperti nyata.

"Hey" panggilnya.

"Kak Juna?"

"Iya, kenapa kamu kelihatan seperti orang linglung?"

"Gapapa kak cuma kaget aja, tiba tiba kak juna panggil"

"Saya tanya kenapa kamu nangis" bisa gawat kalo Juna tau ternyata Shalika menangisi bekal yang mau di berikan kepadanya.

"Ahh itu kak, apa namanya itu buku latihan Lika ketinggalan iya, ketinggalan" ucapnya beralasan.

"Ohh, yasudah saya duluan"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 25, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SHALIKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang