tujuh

3 0 0
                                    

Terkadang kita selalu saja berfikir salah dalam hal yang sepeleh. Selalu saja merasa kurang dalam diri sendiri, tidak percaya diri dan tak ingin di kasihani.

Manusia memang begitu. Ada yang merasa paling atas karna kelebihannya, ada juga yang merasa tingkat paling bawah karena kekurangannya. Pencipta tidak diam begitu saja, ia tau proporsi masing masing manusia.

Bisa saja dirimu merasa terlalu rendah di mata manusia tapi lain halnya dengan penilaian mereka, ataupun sebaliknya.
Suka atau tidak suka, benci atau cinta, syukur atau tidak masing masing ada bakat yang tuhan ciptakan dalam diri manusia.

**

Perempuan ini duduk sendiri ditaman depan sekolah, ia terlalu lelah mencari beberapa temannya yang entah lari kemana.

Langkahnya seolah membujuk, hatinya seolah mempertahankan bahwa jangan berpindah, sedikit lagi akan ada peristiwa.

Antara ingin pergi atau tetap pada tempatnya. Ia duduk sambil membaca buku di bawah pohon besar yang digunting rapi membentuk kepala payung. Angin bertiup membuatnya lenyap dalam keheningan.

Key mendongak, mengalihkan tatapannya dari buku pegangannya. Ia melihat masih banyak teman seangkatannya yang berlari lari kecil sambil membawa sepotong kayu sebagai bahan permainan. Usia manusia memang terkadang sama, namun tetap berbeda pada tingkat kedewasaannya.

Semakin lama ia duduk, ia merasa sedang di perhatikan. Ia ingin pergi namun batinnya mengatakan sedikit lagi, akan ada peristiwa untuk hari ini. Awalnya saja lebay, namun ini akan benar benar terjadi. Sudah ia duga, kenapa ia harus ke tempat itu sendirian. Key memperhatikan beberapa pemuda itu bercerita dengan jarak 3 meter darinya. Dari hari pertama ia melihat salah satu pemuda itu selalu saja merasa berbeda, namun sampai saat ini ia belum mengenal betul siapa namanya dan dimana kelasnya.

Ia mulai gelisah salah satu dari mereka memandang ke arah Key dengan tatapan malu, ia cowok yang tersenyum saat menyapa Key waktu itu. Sayang sekali orang yang ia harapkan seperti masa bodoh. Memang wajar seperti itu, Key seperti terlihat tidak menyukai siapa siapa.

Key mulai melanjutkan rutinitasnya saat ini yaitu membaca buku. Baginya, benda mati dihadapannya ini lebih menarik daripada pemuda manis itu. Namun hatinya terlalu gelisah, untuk terus menatap ke arah mereka. Key langsung berdiri, saat ini ia tak tenang hati. Bukan peristiwa yang bisa ia kenang pertama kali, namun ini kejadian yang tak akan ia coba untuk kedua kali.

Key menepuk bagian belakang rok nya, saat mulai melangkah ia berfikir sejenak, jalan ke kelasnya yang paling dekat adalah melewati ruang Osis. Sementara yang ia hindari adalah 5 cowok yang sedang berbincang dilorong sekolah sekitar ruang Osis itu. Tidak ada pilihan lain, mencoba untuk tidak merona tidak apa apakan?

Key menghela nafas pelan, merapikan seluruh pakaiannya dan tatanan tali sepatunya. Melewati beberapa manusia kurang berambut itu butuh keberanian yang ekstra. Ia perlahan mulai melangkahkan kakinya biasa saja, namun saat jarak yang sudah dekat detak jantungnya mengayun cepat. Bisa saja jika tidak mengontrol diri ia akan menjatuhkan diri saat itu juga.

Key mulai menghilangkan keraguannya, ia melangkah dengan tangan kanan menyilang di depan dada dengan buku yang ia pegang. Dengan beraninya ia mulai mengatakan satu kata perlahan "permisi" setelah itu ia melanjutkan langkahnya hati hati. Hingga terdengar sahutan dari salah satu diantara mereka yang membuat ia berhenti sejenak

"Keyra Queena Tsajah" Panggil salah satu dari mereka yang membuat Key membalikkan kepalanya ke belakang.
Matanya hanya berfokus pada cowok yang melilit dasi di lehernya seperti yang lakilaki itu lakukan saat di kantin waktu itu.
Ia tersenyum, membuat Key segera membalikkan badannya lalu mulai melangkah cepat.

Untuk saat ini ada dua kemungkinan peristiwa yang terjadi. Salah satunya akan ia abadikan di buku bersampul biru yang sudah 2 tahun bersamanya.

**

Key masuk ke dalam kelas dengan nafas yang tersengal. Ia menatap geram pada ketiga temannya, lalu ia sejenak tersenyum karena mereka, ia bisa mendapat satu keajaiban dari dua kekesalannya.

Ia mendekat dan bergabung duduk bersama mereka yang asik berbincang. Salah satu melambai dan tersenyum kearahnya. Mentari xolla? Tanyanya dalam hati

"Lo kenapa disini?" tanya key heran, setaunya Xolla teman lamanya yang pindah ke sekolah ini setelah dua hari aktif sekolah, namun ia ditempatkan di kelas sebelah.

"Gue di pindahin disini" jelas Xolla

"Gak sekalian aja lo gak usah pindah supaya sejahtera hidup gue mikirin kisah kita nantinya"

Xolla hanya mendelik tak merespon ucapan jelek yang Key lontarkan, hingga Dizzzzz mempertanyakan posisi Key sejak 15 menit yang lalu dimana. Key hanya menggarukkan kepalanya yang tak gatal, ia bingung dari mana ia menceritakannya.

"Sebelum cerita dimulai, aku saat ini merasa lapar dan haus. Kalau berbicara panjang itu dapat menguras banyak tenaga kenapa tidak kalian berkorban demi aku hanya memberi sebuah makanan yang mengenyangkan dan minuman yang menyegarkan" tutur Key drama

"Salah siapa keluar duluan" bantah Sasya

"Kan tadi cuma cari angin segar"

"Ini gue punya susu sama roti tinggal sepasang, yang lainnya sudah untuk mereka makan" ucap Devana sambil merogoh tasnya dan mengambil sebuah roti dan sebotol susu kemasan lalu  menyodorkannya pada key

"Nah cocok untuk makanan anak usia 5 tahun" ledek Sasya pada Key, dia tak tahu saja postur dirinya hanya beda sejengkal dari Key

Key menerima nya dengan senang hati tanpa mengindahkan ledekan Sasya padanya. Setelah mengucapkan terima kasih ia duduk disamping Devana sambil memasukkan penggalan roti kedalam mulutnya.

"Devana" panggil Maira yang baru saja memasuki kelas

Devana melirik asal suara tanpa bersuara. Maira mendekat ke arah nya lalu membungkuk dan mengatakan sesuatu

"Lo udah makan?" tanya Maira

Devana mengangguk merespon pertanyaan Maira

"Temenin gue makan dong" mohon Maira padanya

"Ta.." ucapan Devana terpotong saat Dizzzzz mulai bersuara "gue yang temenin gimana?" Dizzzzz menaik naikkkan alisnya menunggu jawaban

"Gue pengennya sama devana, bareng lo lain kali" Ujar Maira bercanda

Devana berdiri dan melangkah mendekati Maira lalu tersenyum paksa
"Ayo" ajaknya yang mendahului Maira

Ini permulaan yang sedang berjalan, bisa saja tanpa sebab mereka bisa berteman dengannya tanpa syarat. Semoga! Batin Devana dalam hati.

Maira mengejar Devana yang sudah mendahuluinya.

Hingga mereka sampai dikantin, Maira mengajak Devana ditempat pojok dimanaa sudah ada piring yang berjejeran diatas meja  mereka. Ia melihat Gwenny yang melambaikan tangan kepadanya. Sejak kapan ia akan menemani seseorang makan namun seperti terlihat baru saja sadar dari kerakusannya.

"Sebenarnya gue udah makan, cuma gue ajak lo kesini mau pinjam uang lo. Kan malu kalau pinjam di depan mereka tadi" jelas Maira sambil menggarukkan kepalanya yang tak gatal

Devana masih diam namun matanya terus bergerak melihat 4 gelas kotor yang sudah kosong, dua piring bekas makanan dan dua mangkuk yang isinya habis tak tersisa. Merasa tak direspon, Maira kembali bersuara

"Nanti uang lo gue ganti besok"

"Ah iya" ucap Devana setelah lama berfikir

Setelah menyebutkan jumlah pemesanan mereka, Devana memberikan uang sesuai nominal yang mereka sebut kepada Maira

Setelah Maira menerimanya, ia memberikan uang itu kepada Gwenny untuk menyuruh gwenny membayarkannya.

"Kalau lo masih punya uang bilang yaa. Anggap aja tadi sedekah" ujar Maira tanpa perasaan.

Tubuh devana menegang, sedetik kemudian ia menetralkan perasaannya.

Benar saja awal pertemanan didasarkan dari kelebihan, kalau bukan setara yah atau mencari yang melebihi dari mereka

-Happyreading

14 senjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang