sebelas

1 0 0
                                    

Suasana kelas saat ini hening, angin menderu halus menyapu penglihatan siswa siswi kelas 10 Ipa 1. Entah kurang puas dengan tidurnya atau memang merasa bosan dengan pelajarannya, pandangan sudah tak lagi ke arah depan. Saat ini pelajaran matematika sedang berlangsung, uapan sana sini menyebar hingga ada yang ikut bersuara, ada yang pura pura mendengkur, ada pula yang terus melirik jam hingga berhenti waktu berakhirnya materi.

Memang manusia, tidak pernah puas dengan apa yang mereka terima. Sia sia saja 6 jam diberi kebebasan tanpa tugas, molor sana sini, melakukan trip school tanpa bosan, bercerita tanpa batas. Bahkan, hanya 3 jam saja ketuk meja berkali kali, menghela nafas seringkali, bahkan tak jelas menggosok gosokkan kaki.

Lima orang yang bahkan sedang fokus memperhatikan merasa terganggu, meskipun jumlah laki-laki hanya sedikit namun suara merekalah yang mendominasi.

Fikiran dizzzzz menyongsong, setelah nampak sosok pemuda itu dari ujung mata, barulah ia tersenyum. Ia tahu, perlakuan secara tidak terang-terangan itu membuat pemuda itu tidak akan menyadari. Namun lain halnya dengan Rey, dalam hati nya menggelitik. Rencana nya tidak hanya sekedar wacana namun akan jadi fakta yang sebenarnya.

Dimana perempuan itu akan ia dapatkan dengan sepenuh hati, secara perlahan hati dizzzzz ia akan luluhkan tanpa ada permainan di atas dasar perasaan.

Tahap pertama jatuh cinta adalah ketertarikan.

Sudah 3 hari waktu berjalan, namun ia masih berputar pada pikiran yang semakin tak menentu. Baru kali ini ia sadar, ia sedang di tantang dalam permainan yang dengan jelas menyatupadukan antara rasa dan pertemanan. Tidak habis fikir, harusnya dari awal ia menolak, namun hatinya merembet maju dan tak ingin kalah telak dan kini pertahanan nya lah yang akan menjamin resiko.

**

Suara riuh berjenis kelamin perempuan sangat terdengar, antara pengungkapan kekaguman dan penyorakan.

Tidak! Tidak seharusnya perempuan seperti itu. Apa mereka tidak berfikir? Rendahnya derajat perempuan terkesan saat mengharap cinta dari seorang laki-laki. Merendahkan diri saja.

Suara bising mulai meredup, ditandai dengan munculnya dua pemuda dengan tampang sok cool yang tak jauh dari pintu kelas. Ingat sok cool!

Mata mereka melirik ke dalam kelas, tidak tahukah mereka kalau kelas ini sedang masuk pelajaran? Di panggilnya Gwenny oleh dua pemuda itu, sepertinya mereka saling kenal. Ada urusan apa? Setidaknya berbincang lah saat istirahat. Dilihatnya Gwenny berdiri dan mengacungkan tangannya isyarat meminta izin, setelah Bu Adli menganggukkan kepalanya barulah ia keluar menemui kedua nya.

Swara memperhatikan jelas bagaimana Gwenny menanggapi mereka dengan tertawa, sementara yang satunya banyak tingkah tampang saja di bawah pas-pasan. Siapa lagi yang akan mereka jadikan sumber godaan mereka. Tidak pernah ia dapatkan kakak kelas yang selalu tulus pada adik kelas, selalu saja mengintimidasi atau menjadikan korban kekesalan. Adik kelas bukan berarti sederajat dengan hewan yang selalu dijadikan tameng kesalahan.

Dilihatnya Gwenny mengangguk, lalu keduanya pergi menjauh barulah Gwenny tiba dalam kelas. Ia melirik Bu Adli yang sedang mencatat, buru buru ia berbalik menghadap pada Xolla

"Lo dapat salam dari dia" Xolla heran, mengangkat kedua alisnya dan bertanya pasti "namanya Gymnas kelas XI Ipa 2, gue kira dia manggil gue ada urusan penting taunya cuma nanya nama lo doang" ujar Gwenny lagi

Xolla mengangguk paham. Siapa yang tidak tahu Gymnas, anak dari salah satu guru kimia dan lebih dari 3 orang teman seangkatan yang mencuri pandang pada pemuda itu. Tahunya hanya Xolla lah yang berhasil menerima salam dari dia. Tidak ada yang terlalu menarik, semuanya terlihat biasa saja. Prestasi yang tidak terlalu monoton, memiliki kenakalan yang seusia remajanya dan pribadi yang humoris, tidak terlalu tampan tapi sederhana bagi xolla. Ia tidak menyangka, seorang murid baru yang ditatap seksama oleh pemuda yang menjadi incaran beberapa siswi di SMA itu ada di dunia nyata. Ya, iya yang berlaku sebagai pemerannya.

14 senjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang