tiga belas

2 0 0
                                    

Mentari mulai muncul dari arahnya, embun  mulai membasahi tumbuhan kala itu. Orang-orang memulai rutinitasnya secara bertahap, mulai dari bangun pagi, sarapan pagi, bekerja dan bersekolah. Bukan memegang handphone, nonton televisi atau menggibah.

Lantas perempuan ini tak kunjung sadar dari alamnya. Ia terus membolak-balikkan badannya tanpa membuka mata.

Dan..

Akhirnya..

Pagi yang terlalu cepat menyapa, membuat Swara harus mengucek matanya pelan. Ia masih ingin berkubang dialam mimpinya.
Setelah dua jam membicarakan banyak hal lewat via telepon bersama pacarnya, membuat ia harus plan plin membuka mata.

Ia duduk di tepi kasurnya dan meminum teh hangat buatan ibunya.

Dering ponselnya tiba tiba berbunyi, senyumnya mengembang, matanya tak jadi merem segera ia mengambil benda pipih itu dan menatap nama yang tertera.
Senyumnya surut, ia cemberut. Sengaja ia bangun agak lambat demi menunggu ponselnya berbunyi, namun hingga pukul 06.30 tak kunjung berbunyi. Kini ia bangun dari tidurnya sudah pukul 06.43 dan duduk sambil menatap layar ponsel yang terus mengeluarkan dering pelan.

Perempuan itu salah mengira, awalnya ia senang, awalnya ia merekah, awalnya dan awalnya..

Bukan pacarnya tapi sahabatnya. Ditekannya icon hijau dan mendekatkan benda itu pada telinganya.

Ia meringis dan menjauhkan sedikit ponsel itu, telinga nya merah padam setelah mendengar deritan keras dari sebrang telepon

"Kualat lo, masih pagi juga udah teriak teriak"

Terdengar helaan dari perempuan itu dan berkata "UDAH DI JALAN, AWAS AJA YA BELUM SIAP-SIAP. TELAT NIH KITA" Swara mematikan telepon dan meletakkan di atas nakas. Segera ia bangkit menuju kamar mandi, sebelum ditinggal pergi oleh Sasya yang segera menjemputnya

**

5 menit yang lalu bel sudah dibunyikan dan keduanya baru sampai, segera saja Sasya menggosokkan kedua telapak tangannya. Guru piket hari itu tidak ketat namun terlalu banyak ocehannya. Siapkan saja tenaga dan telinga. Mereka di tuntun Bu Lis menyapu ke taman depan disana sudah ada Key yang asik menata bunga.

Swara menatap heran, objek yang harus ia kerjakan sudah ada di depan matanya namun kenapa arah pandang Key di tempat lain. Sasya pun merasakan hal yang sama, di ikutinya arah pandang Key yang mengarah kepada "Hahahah kesempitan dalam kesempatan" timpal Sasya

"Kenapa Sya?"

"Biasa Ra, kebucinan Key dapat di maknai dari pandangannya. Ayo kesana" ajak Sasya yang mendahului Swara

Swara memukul pelan kepala Key dan dilanjut tangan Sasya yang menutup muka

"Awwsh.." ringis Key

Sasya mengedipkan matanya, sengaja menggoda Key dan dari tampangnya saja Key merasa biasa saja "Hayoloh, mata rasa mau copot"

"GANGGU AJA LO BERDUA!"

Dipegangnya pundak Key oleh Swara dan berujar "Suka jangan terlalu Key, dari kejauhan aja lo kelihatan banget kalau lagi mandangin orang. Dan cara mandang lo berbeda"

Bibirnya mengerucut, memejamkan matanya sebentar lalu menghela nafas "yang gue lakuin salah ya?"

"Gak salah Key, cuma lo harus batasin. Lo kan perempuan, harus jadi sejatinya dong"

"Ya gue tau, cuma liat bentar doang"

"Halah, bentar apaan? Lebih dari 5 menit mata lo gak kedip kedip" ujar Sasya benar adanya

Segera ia lemparkan ranting kecil ke arah Sasya dan membuat Sasya menatapnya seakan menahan tawa "Gausah sok ngomongin kayak gitu lo, noh disana Taufik juga ada"

Matanya melotot dan berbinar, segera ia alihkan pandangannya ke bawah pohon yang menjadi sasaran penglihatan Key tadi. Sejujurnya ia tidak melihat betul siapa saja yang ada disana tadi namun mendengar perkataan Key dan melihatnya secara detail barulah ia bersorak.

Yang benar saja, Key dibuat kesal olehnya karna perkataan meledeknya. Namun sekarang? Sasya yang lebih kelewatan batas

Swara menggelengkan kepalanya, cukup sabar ia menghadapi kedua temannya yang sedang dirundung jatuh cinta sedalamnya.

"Lo sih gak bilang dari tadi" timpal Sasya yang kelewatan senang. Matanya terus saja memperhatikan tanpa berkedip

Key terkekeh geli, perlakuan mereka berdua seri "bodoh"

"Kesana yuk Ra, Key"

"Ngapain?" tanya keduanya bersamaan

Ia memikirkan alasan apa yang kuat untuk bisa sampai kesana, tanpa berbelit-belit segera ia membisikkan pada keduanya.

"Hahah kalah lo, kumpul aja sendiri daun daun yang berjatuhan disana. Gue mah ogah, kerjaan gue juga udah kelar. Bye mau nyusulin boy gue dulu"

Saat itu Sasya mulai memerankan aksinya, bisa saja Key akan mengikuti langkahnya. Namun, ajakannya sudah kalah. Tubuh mereka menghilang bersamaan dengan bayangannya, Sasya kalah. Mereka sudah menghilang.

Mulailah mereka melakukan pekerjaan setelah mendengar lantunan ocehan dari Bu Lis. Sedangkan Key? Ia sudah berjalan lebih dulu, gembira sudah hatinya mendapat lebih banyak kesempatan.
Keterlambatan yang membuahkan hasil.

**

Setelah mencuci tangan, Key diajak oleh Dizzzzz ke Ruangguru untuk menyerahkan absen pada wali kelas.

Di tengah perjalanan yang diperlambat, Key mulai bertanya sesuatu pada dizzzzz membuatnya mengerutkan dahi.

Segera Key menepuk dahinya, ia salah objek pertanyaan "Eh gak, salah nanya gue"

Dizzzzz berhenti dan memutar tubuhnya menghadap Key "apasih Key? Jangan buat gue terus bertanya-tanya"

"Ah kepo lo, cepetan antar. Gue pengen makan nih" ujarnya daripada harus di tindihkan dengan pertanyaan macam macam dari dizzzzz dan melangkahkan kakinya cepat mendahului.

"Awas aja lo, apa yang gue denger ga bakal gue lupa. Apa yang buat gue penasaran bakal gue cari tahu sampai dapat. Dan siapa yang jadi dalangnya ga bakal tenang sampai gue senang." Ia bersuara agak dilantangkan agar Key mendengarnya

Key hanya mengacungkan jempolnya dari jauh dan berusaha tak termakan oleh ucapan dizzzzz "mantep tuh slogan, simpan buat calon"

Ia menggeram, kali ini ia betul-betul dibuat penasaran oleh sebuah pertanyaan yang di lontarkan oleh Key.

Ia tidak main-main, hatinya terus menggerutu, kepalanya terasa panas, jantungnya berdegup kencang entah karna apa alasannya, yang pasti Key pelaku utama dalam hal itu. Temannya itu akan terus ia ganggu, sampai ia benar-benar mengetahui apa yang membuat ia penasaran. Dan sialnya ada satu nama yang membuat ia antara girang dan kecewa.

Semuanya akan ia cari tau hingga yang kecilnya, sedetail mungkin dan ia akan pastikan tak akan ada yang terlewati. Benar benar stalker tingkat sultan.

**

Terima kasih telah membaca.
Jangan lupa Voment and share, tidak merugikan kok malah dapatpahala melimpah wkwkk.

Makasih lvyuu full

14 senjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang