We Are Flamingo #1

19 3 0
                                    

"Jangan lari kau pecundang!" DUARR! suara pistol membelah hening malam ini.

Aku pun berlari sekuat tenaga, beruntung tembakan tadi meleset 2 meter kearah kiri dari tubuhku. Aku terus berlari sampai-sampai tiba di penghujung jalan.

"Sialan jalan buntu!" pekik seseorang disampingku.

Disamping itu, dibelakang sudah semakin dekat 10 orang polisi yang mengejar kita tadi.

DUARRR!~

Kali ini tembakan kedua melesat sangat cepat dan terukur kearah jantungku.

BRUAKK!

Tubuhku tiba-tiba mati rasa dan tak disangka peluru itu sudah bersarang di jantungku. Setelah tubuhku terjatuh sekarang kesadaranku mulai hilang.

"AARONN! AAROOONN!"

"SADARLAH AAROON!"

Lama lama suara itupun semakin mengecil

"A...aaa...roon"

"A....."

"....ron.."

"....."































-We Are Flamingo #1-


































Onhalo City,
2 Januari 1983

"WOY AARON BANGUN KITA SUDAH SAMPAI" teriak Rei tepat diatas wajahku sampai-sampai air liurnya menyembur wajahku.

"HAH" Akupun terkejut.

Rei pun tampak bingung, "Kau tidur selama perjalanan dan terbangun dengan wajah menyeramkan seperti ini. Apa yang terjadi kawan?"

"Tidur?" Gumamku dalam hati. Astaga rupanya itu tadi hanyalah mimpi.

"Oi!" Seru Rei memecah lamunanku.
"Apa yang terjadi?"

"Tidak ada,aku hanya bermimpi buruk tadi, bukan masalah serius." Jawabku dengan ekspresi sesantai mungkin.

Kamipun melangkah keluar dari gerbong kereta, dan berjalan menuju  tangga yang akan membawa kami kembali keatas permukaan. Setelah sampai di permukaan aku terkejut dengan kondisi kota yang sangat ramai. Berbeda dengan wetsir yang cenderung sepi.

Akupun memulai pembicaraan kepada Rei "Oi Rei pukul berapa sekarang?"

Rei pun dengan sigap melihat arlojinya seraya menjawab "sekarang sudah pukul 8 malam". Diapun tiba tiba teringat 1 hal "oh iya Aaron, apakah kau ada uang receh? Aku perlu uang receh untuk membayar taksi."

Akupun menjawab "sudah, bilang saja kau ingin aku yang membayar uang taksinya kan? Pakai alasan tidak ada uang kecil segala."

Rei pun tergelak "hahahaha, kau dari smp dulu tidak pernah dengan gampang tertipu ya."

"Dasar" jawabku singkat.

Akhirnya kamipun mendapatkan taksi dan dengan sigap masuk kedalam.

Sang supir taksi pun bertanya kepada kami "tujuan kemana mas?".

Rei pun dengan sigap memberi tahu alamat yang dituju "kearah jalan guidam nanti sebelum pom bensin kita berhenti pak"

Lalu Akupun teringat kalau aku belum sempat membawa alat mandi dari rumah dan Akupun meminta untuk mampir supermarket terdekat "oh iya pak nanti jika bertemu supermarket berhenti sebentar ya"

Rei pun bertanya "untuk apa kau ingin ke supermarket?"

"Aku lupa membawa peralatan mandi" jawabku singkat.

Rei pun heran "astaga, hematkan saja uangmu itu kau bisa memakai alat mandiku nanti. sudah tidak usah mampir-mampir kita tidak ingin piknik."

Akupun menurut "okelah pak, tidak usah mampir."

Didalam taksi itu pikiranku terus memikirkan tentang mimpi tadi saat di kereta. Mimpi yang begitu nyata, sangat nyata.

10 menit berlalu akhirnya taksi kami sampai di tempat yang dituju. Kami berhenti didepan toko baju yang lumayan ramai oleh pengunjung, padahal toko-toko lain disekitarnya sudah mulai berangsur menutup gerainya.

Waktu menunjukkan hampir pukul setengah sembilan malam. Dan kamipun dengan sigap turun dari taksi

"Total  25 deur untuk ongkosnya." Supir taksi pun tidak kalah sigap meminta upahnya.

"Ini pak 30 deur kembalinya ambil saja" jawabku.

Sambil berjalan mengikuti Rei akupun bergumam "wah, ramai sekali."

Rei ternyata mendengar suaraku dan seraya menjawab "ya toko baju itu adalah satu-satunya property milik geng kami." Eh, geng jalanan punya toko seperti ini?. Ucapku dalam hati

"Pasti kau terkejut mengapa sekelas geng jalanan bisa mengelola toko seramai ini kan?" Bagai peramal dia bisa menerawang isi hatiku.

Diapun melanjutkan "inilah salah satu fakta tentang geng jalanan yang tidak diketahui publik yang kumaksud di stasiun tadi." Aku diam mendengarkan sambil mengikutinya berjalan menuju gang gelap disamping toko tadi.

"Bahkan para pembeli disini tidak mengetahui bahwa toko yang mereka kunjungi ini milik sebuah geng jalanan." Lanjutnya.

Akupun tertegun dan mulai memahami apa yang Rei maksud tadi saat di stasiun.

Tak lama kemudian kami bertemu dengan 3 orang memakai jaket kulit yang serupa. Lalu Rei pun menyapa salah satu dari mereka "malam, zwakka"

Akupun diajak berkenalan oleh Rei dan tibalah aku berkenalan dengan zwakka. "Namaku Aaron fusia, berasal dari wetsir."

Zwakka pun menjawab dengan suara legam dan tatapan yang tajam "oke Aaron salam kenal."

Zwakka ini berperawakan kekar tinggi dan kulitnya hitam legam. Kepalanya pun licin tidak terlindungi rambut sedikitpun. Sudah mirip tentara-tentara yang sering kulihat di koran.

Setelah berkenalan Rei pun bertanya kepada Zwakka "apakah kau melihat samuel di markas?"

Zwakka menjawab dengan gagah "ya, dia ada di kantornya, dari tadi dia tidak sabar untuk melihat anak ini." Zwakka menunjuk kearahku.

Lalu aku dengan Rei melanjutkan jalan menuju sebuah gedung gelap tingkat dua diujung gang. Oh iya selain berkenalan dengan zwakka tadi aku berkenalan juga dengan dua orang rekannya yang bernama Christian dan satunya yang bernama zidane.

"Oi Aaron bagaimana tanggapanmu dengan zwakka tadi?" Tanya Rei kepadaku

"Dia cukup menyeramkan, tatapannya dingin dan perawakannya tegas." Jawabku.

"Dia adalah kepala tukang pukul di geng ini, dan dua orang tadi adalah sebagian dari anak buahnya."

Aku tidak terkejut mendengarnya karena memang dari perawakannya saja tadi zwakka sudah cocok disandang dengan predikat "pembunuh berdarah dingin" hahaha.

Lalu akupun bertanya "Lalu apa jabatanmu di geng ini Rei?"

Dia menjawab dengan datar "nanti juga kau akan tau.".

Akhirnya kami pun sampai di depan pintu sebuah bangunan berlantai dua ini, bukan bangunan sih jika aku boleh sebut, mungkin kata gudang lebih cocok dengan bangunan ini. Diatas pintunya tertancap spanduk "WE ARE FLAMINGO" dengan warna tulisan putih dan berlatar belakang hitam.

Di depan gedung ini ada sebuah lapangan berukuran lapangan basket.  dan aku melihat beberapa orang sedang berkelahi disana menggunakan jaket kulit yang sama seperti yang digunakan oleh zwakka dan dua anak buahnya tadi.

"Itu mereka adalah anggota geng yang sedang berlatih." Tiba-tiba rei menjelaskan. sepertinya dia memang penerawang isi hati, Pikirku.

Lalu Rei pun mengajakku masuk kedalam gedung sambil berkata "welcome to flamingo Aaron! We are flamingo."

Aku hanya terdiam dan mengikutinya.

FlamingoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang