We Are Flamingo #2

15 3 0
                                    

Onhalo city,
2 Januari 1983

Lalu Aku pun mengikuti Rei masuk kedalam "gudang" ini.

Dan.... yah, seperti yang kuduga betapa kumuhnya situasi didalam "gudang" yang mungkin bagi mereka ini adalah sebuah basecamp.

"Ayo Aaron kita harus segera menemui Samuel, Ikuti aku." Ujar Reinhard kepadaku.

Gedung ini terdiri dari dua lantai dan di lantai pertama ini luasnya hampir menyerupai luas lapangan bola.

Terdapat meja,sofa,dan kursi kayu bertebaran di lantai pertama ini. Dan tentunya berbagai botol alkohol dan berbagai piring-piring bekas makanan yang tersebar diatas masing-masing meja itu.

Beberapa orang yang mungkin sedang mabuk bergantian menyapa Rei dan ada pula yang menyapaku walau aku belum mengenal mereka.

"Astaga Rei, kumuh sekali." Akupun mengeluh.

Rei pun sedikit menyunggingkan bibirnya dan berkata "cepatlah beradaptasi dengan situasi ini Aaron."

Akupun pasrah mengiyakan pernyataan kawanku itu.

Setelah berjalan dan melewati beberapa ceceran botol alkohol dilantai. kami pun berada di ujung gedung dan berhenti di depan sebuah pintu.

"Ini adalah kantor Samuel, bisa dibilang Sam adalah pemimpin utama dari flamingo saat ini. Kau bisa lebih mengenalnya nanti saat bertemu dia."

Lalu Rei pun mengetuk pintu, namun sayangnya tidak ada jawaban dari dalam ruangan.

"Astaga, kemana dia? Sempat-sempatnya hilang disaat begini." Keluh Rei.

"Hoy, Reinhard!"

Tiba tiba ada suara memanggil nama Rei dari arah belakang kami, dan kami pun reflek menengok kearah sumber suara.

"Ohh astagaa, Hai Friday. Bagaimana kabarmu selama aku pergi? hahaha." Jawab Rei dengan ekspresi bercanda.

"Ya tuhan! Kau hanya pergi selama 5 jam sejak jam 4 sore tadi. Jangan berlebihan!." Ujar Friday kepada Rei dengan nada agak sedikit kesal.

Lalu Friday pun menengok kearahku seraya berkata, "oh apakah ini kawanmu yang kau maksud kemarin saat kita dalam misi Rei?"

Ohh rupanya Rei sudah berniat mengajakku kesini dari kemarin-kemarin. Ujarku dalam hati.

"Ya, begitulah. Oh iya Aaron, kenalkan dia adalah Anthony Friday, dia sebagai tangan kananku di geng ini." Ujar Rei.

Tangan kanan?  Apakah Rei memiliki jabatan tinggi di geng ini? Akupun mulai berspekulasi.

"Dan kenalkan ,dia ini Aaron Fusia. Kawanku selama sekolah menengah pertama dahulu. Dia mempunyai bakat yang dibutuhkan geng ini." Giliran Rei mengenalkanku.

Bakat? Apakah ini pujian atau hinaan?. Lagi-lagi alam bawah sadarku berspekulasi.

"Ahh. Baiklah, salam kenal Aaron. Aku berharap kau sesuai dengan apa yang diceritakan Rei selama ini." Ucap Friday secara ramah kepadaku.

"Ahaha oke, salam kenal juga." Balasku seadanya.

"Oh iya, ngomong-ngomong apakah kau melihat Sam, Friday?" Tanya Rei.

"Hmmmm, Aku sejak tadi di toko mengurus pelanggan yang sangat ramai malam ini. Sekaligus, menanggapi beberapa masalah yang datang dari laporan tim Zwakka. Jadi Aku belum sempat melihat Sam." Ujar Friday.

"Masalah?" Rei tampak kebingungan.

"Apakah para bedebah itu meneror kita lagi?" Lanjut Rei.

Bedebah? Siapa yang mereka maksud?. Ujar perasaanku.

"Ya, menurut laporan Zwakka, mereka merencanakan penyerangan ke toko kita malam ini. Namun sampai saat ini belom ada tanda-tanda."

Rei pun sedikit tertegun dan berkata "mungkin hanya pengalihan, tetap waspada."

"Tentu saja. Capt" jawab Friday seraya mengangkat tangannya ke dahi membentuk simbol hormat.

Rei menyadari Aku yang tidak tahu apa-apa langsung mengalihkan pembicaraan.

"Oke lah, kalau begitu aku akan mencari Sam dahulu. Sampai nanti Friday." Ucap Rei.

Tiba-tiba pintu ruangan yang Rei ketuk tadi terbuka.

"Kalian mencariku?"

Kami bertiga terdiam selama satu detik lalu Rei pun menjawabnya

"Astaga sam?! Bagaimana bisa kau ada di dalam sini? Aku sudah mengetuk pintu ini dan tidak ada jawaban dari dalam!" ucap Rei dengan setengah tidak percaya.

Ahhh inikah yang dinamakan samuel..?

"Hoaaamm....aku tertidur pulas tadi, lagipula kau mengetuk pintu pelan sekali, seperti wanita saja." Ucap Samuel seraya menguap.

"Hoy, jaga bicaramu Sam. Jika saja Friday tidak datang, aku hampir saja mendobrak pintumu tadi." Protes Rei.

Samuel ini memiliki paras yang lumayan tampan dibanding para rekan gangster lainnya. Badannya tinggi athletis dengan rambut terikat kearah belakang.

"Jangan jadi sok jagoan kau." Jawab Sam

Lalu Friday pun tertawa dan langsung berpaling dari kita bertiga.

"Jadi apakah ini anak yang kau maksud Rei?" Ujar Sam seraya melirikku.

Aku langsung berinisiatif mengenalkan diri,

"Kenalkan, nama saya Aaron Fu..."

belum selesai mengenalkan diri kalimatku sudah dipotong olehnya

"Ssstt kita lakukan perkenalan di dalam ruanganku saja agar lebih santai." Sanggahnya seraya mengajakku masuk kedalam ruangannya.

Aku pun menurutinya dan masuk kedalam ruangannya, disusul Rei dibelakangku.

Dibanding dengan ruang utama tadi yang sangat kumuh, kantor Sam ini berbeda. Aku mungkin bisa menilai bahwa Sam ini adalah orang yang menjunjung tinggi nilai kebersihan.

Banyak buku-buku tersusun rapi di rak dinding, dan ada satu meja besar menghadap kearah pintu masuk. Dibelakang meja itu terdapat sebuah peta seukuran papan tulis di kelasku dahulu yang tergantung simetris di dinding. Itu adalah peta wilayah negara pagonia yang sudah ada beberapa coretan tersaji di petanya.

"Oke duduklah, buat dirimu senyaman mungkin." Perintah Sam kepadaku

Aku dan Rei langsung duduk bersampingan. Sedangkan Sam duduk di seberang meja.

"Baiklah. Apakah kau lapar? Aku bisa membayarimu makanan dari kantin. Anggap saja sebagai ucapan selamat datang." Tawar Sam kepadaku.

Eh? Ada kantin disini? Ah mungkin saja ruangan utama lantai satu tadi sekalian tempat kantin. Untuk kesekian kalinya diriku berspekulasi.

Dengan nada sopan aku menolak tawarannya.

"Mungkin minum saja sudah cukup, pak." Jawabku.

"Hey! Jangan pernah panggil aku dengan kata pak,atau mas atau apalah itu yang sejenisnya. Cukup panggil Sam saja." Protes Sam

"Ehmm. Baiklah, maafkan aku Sam." Jawabku.

Tiba-tiba Rei mengangkat badannya

"Okelah Sam, kalau begitu aku ke toko dulu menemani Friday. Silahkan kalian berbincang berdua." Ucap Rei.

Akupun terkejut dan meliriknya, dia pun hanya mengedipkan sebelah matanya kepadaku.

"Oke pergi sana" jawab Sam seraya mengibaskan tangannya.

Sedetik kemudian Rei pun pergi keluar dari ruangan.

Sekarang sisa aku dan Sam di ruangan ini. Aku berusaha sesantai mungkin menjawab pertanyaan darinya.

Kami pun mulai berkenalan dan aku mengetahui bahwa namanya adalah Samuel Blazowsky. Dia lahir di kota hanao, kota paling timur dari negara pagonia.

"Oke, saatnya aku memberitahu peraturan tidak tertulis di flamingo." Ujar Sam

Hah peraturan? Aku terkejut dalam diam.







FlamingoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang