Onhalo City,
2 Januari 1983"Oke Aaron, saatnya aku memberitahumu peraturan tidak tertulis di Flamingo ini." Sam menatapku.
Peraturan? Aku sering melihat geng- geng jalanan itu bertindak semau hati mereka. Tidak pernah terbayang sedikitpun di benakku bahwa mereka selama ini ternyata beraksi berdasarkan sebuah peraturan.
"Sebelum itu, Aku ingin meluruskan suatu hal yang mungkin amat krusial bagi karirmu selama di Flamingo ini." Ucap Sam.
"Ingat ini Aaron. Tidak semua geng atau mafia di seluruh Pagonia ini mempunyai peraturan seperti kita. Jadi, jangan sekalipun kau menyamakan atau menjadikan itu sebuah perbandingan tolak ukur antar geng. Ingat ini baik baik." Sam menatapku serius.
Ya. Akupun mulai paham kemana arah pembicaraan Sam malam ini. Dan itulah mengapa aku sering melihat gangster-gangster di koran bertindak semaunya. Karena, disetiap geng sudah mempunyai peraturannya masing-masing, atau bahkan ada geng yang tidak mempunyai peraturan sama sekali.
"Oke, hari sudah semakin malam. Langsung saja Aku memberitahumu tiga peraturan tidak tertulis di Flamingo ini. Hanya tiga." Lanjut Sam.
"Yang pertama adalah kesetiaan."
Ah, sudah kutebak inilah peraturan paling mendasar dari sebuah perkumpulan. Semua geng pasti menerapkan peraturan ini.
"Aaron, ada puluhan niat ataupun keinginan di masing-masing anggota flamingo atau bahkan kau sendiri yang tidak kuketahui. Mungkin saja, malam ini ada yang berniat melakukan penghianatan, atau besok lusa, ada yang berniat membunuhku secara diam-diam, dan banyak lagi niat yang tidak kuketahui."
"Tapi itulah resiko jika kita terjun kedalam dunia gelap ini. Kau maupun Aku, harus siap dengan segala kemungkinan terburuk yang akan datang. Maka dari itu, kesetiaan adalah barang yang amat mahal di dunia gangster ini."
Akupun mengangguk tanda setuju.
"Aku berani bertaruh, jika kau sudah mendapatkan kesetiaan itu dalam dirimu, maka kau akan sangat susah mempertahankannya. Karena, akan banyak tawaran dari luar sana yang berusaha merebut kesetiaan itu dari dalam dirimu. Itulah cara main kami." Lanjut Sam.
Akupun terdiam dan sedikit cemas akan hal yang disampaikan Sam barusan. Bagaimana jika semua yang dikatakan Sam itu terjadi? Untuk saat ini, memang aku belum ada niat sedikitpun untuk mengkhianati Flamingo. Tapi aku belum tahu besok lusa, ataupun tahun depan bakal bagaimana. Itulah yang ku cemaskan. Kesetiaan itu mahal harganya.
"Baiklah, Aku lanjut ke peraturan kedua." Lanjut Sam sambil mengusap mukanya.
"Eh, Kita sejak tadi berbincang Aku lupa membawakanmu minuman. Akupun entah mengapa haus secara tiba-tiba. Akan kuambilkan minum sebentar." Sam bangkit dari duduknya
"Aaron, apakah kau meminum alkohol?" Tanya Sam tiba-tiba.
"Tidak Sam, Aku tidak kuat." Jawabku.
Memang sejak kecil keluargaku selalu menekankan padaku bahwa untuk selalu menghindari alkohol dimanapun aku berada. Ya, setidaknya itulah satu-satunya prinsip dari keluarga bodohku itu yang ku pegang sampai saat ini. Hanya itu.
"Baiklah, akan kuambilkan sebentar." Sam bergegas meninggalkan ruangan.
Aku sebenarnya sangat terkejut dikarenakan masih ada pemimpin seperti Sam ini. Hal-hal sepele seperti mengambilkan minum saja dia masih ingin melakukannya sendiri. Padahal, dia bisa saja dengan gampangnya menelepon dan memanggil anggota lain untuk mengambilkannya. Aku mulai paham mengapa Sam sangat dihormati rekan-rekan lainnya.
Tiga menit kemudian Sam datang dengan membawa nampan di tangannya. Akupun dengan cepat bangkit dari kursi seraya membantunya membawa nampan itu.
"Baiklah Aaron, aku belum tahu apa yang kau suka, jadi kubawakan soda saja. Cepat diminum, lantas kita lanjutkan percakapan kita tadi." Perintah Sam
KAMU SEDANG MEMBACA
Flamingo
ActionAaron, pemuda 18 tahun yang tidak tahu apa-apa tentang dunia geng jalanan. Namun, takdir membawanya ke Flamingo, sebuah geng kecil yang berada di sudut kota Onhalo City, Pagonia. Apakah bisa Aaron menyelamatkan Flamingo dari keputusasaan yang membay...