"Dambii," panggil Changmin dari depan pintu kamarnya. Dambi yang memang sensitif dengan suara langsung terbangun mendengar teriakan Kekasihnya yang sudah seperti lumba-lumba itu.
Tanpa memedulikan lagi penampilannya ia langsung menghampiri pintu dan membukanya sedikit. "Kenapa?" tanyanya dengan setengah sadar.
Changmin sedikit terkejut melihat penampilan Kekasihnya itu, namun sedetik kemudian ia tertawa. "Lagi liburan gini masa kamu tidur doang."
"Memang iya," jawab Dambi tak acuh.
"Ke hutan, yuk?"
Dambi langsung membelalakkan matanya. Ji Changmin dengan segala pemikiran anehnya selalu bisa membuat Gadis itu terkejut.
"Ke hutan mau apa?" tanyanya, lagi.
"Chilling and healing."
RENJANA˚₊· ͟͟͞͞➳❥
Bukannya 'Chilling and healing' seperti yang Changmin bilang, justru sekarang mereka tersesat begitu memasuki Hutan lebih dalam.
Namun sepertinya Changmin tidak terlalu peduli, ia tetap fokus dengan kameranya dan memotret sekitarnya; termasuk Dambi yang sedang berjongkok karena kelelahan.
Sadar jika Kekasihnya sedang memotret dirinya ia langsung bangkit dan hendak menyambar kamera dalam genggaman Pria itu, namun Changmin lebih cepat. Pria itu mengangkat kameranya tinggi-tinggi.
"Changmin!" gertak Dambi tak diindahkan oleh sang Kekasih. ia malah tersenyum puas melihat raut cemberut Dambi.
"Tapi serius, ini kita beneran nunggu di sini sampai ada yang nolongin kita?" tanya Dambi setelah mendudukkan dirinya di batang pohon yang tumbang.
Tawa Changmin seketika menggelegar. "Kamu beneran mikir kita kesasar?" tanya Changmin balik sembari tertawa.
Dahi Dambi berkerut. "Iya." Sejak masuk ke dalam hutan Dambi memang tidak terlalu memerhatikan jalan, ia lebih fokus bercanda dengan Changmin. Oleh sebab itu ia percaya, karena Changmin sendiri yang bilang jika mereka tersesat.
"Ya enggak lah, aku tahu kok jalannya." Tujuh kata. Tujuh kata yang dilontarkan itu cukup untuk membuat rahang Dambi jatuh dan melayangkan pukulan pada bahu Changmin.
┊ ༑ ࿐ྂ。
⋆*✩⑅◡̈⃝*