P R O L O G

17 1 0
                                    

Ketika yang ku harapkan indah, kini tidak lagi sama. Tidak menutup kemungkinan bahwa itu hanya harapanku saja. Maka aku, bukan dia yang merusaknya. Harapanku yang terlalu jauh tentangnya untukku.

Bahagia pernah mengenalnya, namun malu pernah menceritakannya pada mereka yang ikut senang. Bahwa itu hanya sesaat.

Ketika kisahku yang belum tuntas namun harus dipaksa selesai. Teka-teki mengitariku yang hingga kini tidak terjawab. Ingin sekali bertanya, namun sulit. Harus menanyakannya mulai dari mana?

Semua rasa menumpuk pada secarik kertas usang itu. Keluhan hati berasal dari kekecewaan. Cermin yang hancur berkeping-keping dicoba untuk disusun kembali, apa akan sempurna lagi? Masih terlihat retakannya bukan? Itulah dia ketika melihatku kini.

Semakin dipaksa untuk utuh seperti semula, semakin dalam akan melukai terus menerus. Nantinya akan semakin berbekas dan hanya luka yang terus diingat.

Aku berpikir ketika aku menetap, hadirku dianggap. Sudah jelas bahwa menaruh harapan padanya hanya sebatas bersandar pada duri. Demi meneruskan kisah ini aku mencoba bertahan walaupun sebenarnya menahan.

Kisah ini memang tidak bisa dilupa, tetapi bukan berarti tandanya ingin kembali. Memang akan banyak kemungkinan yang nantinya menghampiri. Lihat saja nanti sejauh mana aku melewatinya.

Seseorang yang mengenalkanku pada cinta, telah salah aku nilai. Banyak orang mengganggap ini hal indah, kalian juga kan? Akupun begitu tapi nyatanya tidak.

Ketika sulit untuk membuka hati tetapi ada yang menyakinkan untuk berani mengambil keputusan itu. Apa kalian tahu?

Ketika itulah aku takut untuk membuka hati lagi. Aku tidak mengatakan bahwa aku trauma, tetapi begitulah kenyataannya.

Hanya ingin hidup tenang, bisakah tanpa cinta? Sudah hampir 5 tahun mungkin menjadi bumerang untukku sendiri.

Mungkin aku tidak sendiri, tetapi semoga tidak terjadi untuk kedua kalinya.

Pesan Hati untuk PrahaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang