Mungkin semua orang akan tersenyum bahagia saat berhasil menemukan sesuatu yang sudah dicari begitu lama. Tidak peduli seberapa ia menunggu, seberapa sakit perasaan saat dirinya ditinggal, dan seberapa pahit perjuangan dalam mengubur kenangan semanis gula.
Tapi adakala nya ia tersenyum haru saat sudah menemukan tujuan. Merasa puas dan bangga atas segala perjuangan nya. Dan pada akhirnya, kedua insan itu akan berpelukan hangat, melepas rindu. Berjanji tidak akan berpisah dan akan menyayangi satu sama lain.
Ya,seharus nya begitu.
Tapi mengapa semua hal itu tidak terjadi pada kehidupan seorang gadis yang kini terduduk ditengah keramaian yang tengah menatap nya hina.
Mungkin saat pembagian takdir ia berada diurutan akhir, sehingga hidupnya tak terasa manis seperti balasan untuk insan yang tengah berjuang keras.
Kembali lagi pada kehidupan realita yang tak semanis fiksi romansa remaja. Mestinya saat seorang wanita terjatuh, akan ada pria yang membantu, menggapai nya dan mengatakan bahwa semua baik-baik saja.
Tapi ini Nara, sudah dijelaskan bahwa hidup gadis itu tidak seberuntung manusia lain.
Nara harus mengubur rasa malu ditengah hening yang menyelimuti tempat dimana semua siswa menatap Nara rendah. Tungkai lemas nan bergetar yang tampak jorok karena tumpahan makanan itu harus merelakan tubuh tegap Kenan hilang setelah melewati pintu kaca, disusul dengan teman se-geng nya atau apalah, yang jelas Nara tidak peduli mereka siapa.
Lagi dan lagi seperti ini. Tapi mengapa tuhan masih memberikan Nara stok kesabaran yang banyak? Sungguh, ini amat menyakitkan.
"Hiks.. Hiks...." tangis Nara pelan. Kerongkongan Nara terasa kering sampai tak dapat mengeluarkan kalimat--bahkan suara tangisan.
Nara mencoba berdiri, namun pening langsung menjalar dan membuat gadis itu semakin tak berdaya.
Semua hanya diam. Tampak menikmati kejadian ini. Anehnya, kemana para guru? Bukankan ini sudah termaksud tindakan kekerasan? Sepertinya tidak, karena Nara lah yang memaksa dirinya jadi seperti itu.
"Hiks.. Hiks.."
Nara menunduk, meremas ujung rok, berupaya menjaga keseimbangan diri agar tak ambruk dan berakhir dengan menyusahkan yang lain. Namun saat sesuatu yang terjulur tepat dihadapan nya, mata Nara membulat sempurna.
"Ka.. Kamu?"
"Bangkit!"
Tentu semua pasang mata tak percaya saat tubuh jangkung dengan kemeja lusuh tersebut berdiri tepat dihadapan Nara, menutupi tubuh ringkih itu, memandang nya dengan mata teduh.
"Bangkit," ucap nya lagi. Ia tersenyum seramah mungkin. Namun sedetik kemudian dia berbalik, berteriak lantang. "Gue hack semua Instagram lo pada kalo masih disini!"
Dan tentu saja, gertakan siswa asing itu membuat semua bubar.
Dia kembali menatap Nara, berjongkok sedikit dan membantu tubuh lemas, ralat-- kaku Nara berdiri. Berjalan melewati koridor yang tampak lenggang karena bel sebentar lagi berbunyi.
Nara menatap wajah teduh tersebut. Tampak tak asing, tapi apakah dia pernah bertemu sebelum nya? Sungguh mata Nara tampak mengabur, dan lagi kepala nya terasa semakin pening.
UKS
"Lo duduk disini dulu,"
"Ti...Tidak usah, saya akan duduk diluar." tungkai lemas Nara berjalan pelan menuju pintu UKS, berupaya menghindari adanya kecanggungan, namun ia berbalik saat ada suara--mengintrupsi langkah nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KENAN atau AKSA
Teen Fiction"Yang pernah ada atau yang selalu ada?" _____ Kenan, adalah alasan Kemayu Winara meninggalkan kampung halaman nya. Tidak ada hal lain kecuali untuk memperjuangkan cinta yang tumbuh sedari kecil. Namun saat cewe bermata sebening air itu sudah mencap...