8. LAGI DAN LAGI

84 13 13
                                    

Sebuah mobil merah berhenti di tengah jalan. Tampak seorang gadis berbalut seragam SMA sibuk mengotak-atik ponsel. Ia menggigit kuku nya, berusaha untuk meredam cemas.

Satu nama terlintas di benak nya.

Kak Kenan!

Langsung ia menelfon orang tersebut. Mengatakan kalau ia butuh pertolongan. Dan ya, cowo di sebrang sana bergegas menjemput nya.

Cewe berambut gelombang itu bernafas lega,kembali menghubungi seseorang.

"Halo Vi?" tanya cewe diseberang sana saat ia mengangkat telfon dari Stevi.

Stevi menyeringai. Menatap langit yang sudah berwarna hitam dan jalanan yang mulai basah diguyur hujan. Walau begitu, cewe bermata gray tersebut tak mau berteduh di dalam mobil. Ia memutuskan berpenampinlan amburadul dengan seragam yang sudah basah.

"15 menit lagi, jemput mobil gue di jalan Pahlawan. Lo naik ojek aja, kunci nya ada di dalam, lo tinggal masuk dan bawa mobil itu kerumah lo. Besok bawa kesekolah."

"Tapi kenapa Vi? Jadi lo pulang naik apa?"

Stevi berdecak. Cerewet sekali manusia satu ini. "Kenan, uda pokonya lo ikutin apa yang gue bilang. Bayaran nya besok di sekolah."

"Oki doki.. Sering sering ya, gue juga mau ke mall, pinjem mobil lo."

"Whatever."

* * *

Bu-buat apa?" tanya cewe bermata teduh itu. Ia memandang Aksa dengan sorot mata tak percaya, sekaligus takut. Benar benar takut.

Aksa pun memutar bola mata nya jengah. Masih kesal dengan gadis bising nan merepotkan tersebut. Mana suara ronbeng nya yang selalu Aksa dengar ketika bersama Kenan?

Lenyap seketika, padahal Aksa tidak melakukan kekerasan.

Cowo bersurai hitam legam tersebut menaiki motor besar nya. Menatap Nara khas dengan mata elang.

"Gue gamau ada yang tau kalo gue nyelamatin lo!"

Nara terdiam. Sebegitu buruk kah dia?

"Naik." ucap Aksa datar.

Nara hanya bergeming. Tak merespon atau menatap mata cowo yang kini tengah menatap Nara. Ia menunduk, masih takut.

"Cepat naik, jangan buang waktu gue. Masih syukur lo gue tolongin."

Tetap sama. Nara tak merespon.

"Yauda sih, serah."

Aksa memutar bola mata nya sebal. Ia menghidupkan motor nya kembali dan bersiap untuk pergi.

"Tunggu!" teriak Nara. Cewe beransel pink itu mendekat, menaiki motor besar Aksa dengan susah payah. Ia tidak memegang apapun untuk naik, terlebih lagi motor Aksa yang tinggi. Susah untuk mencapai nya.

"Ck! Beneran kampungan ternyata!" Aksa menarik lengan Nara. Meletakkan tangan mungil itu diatas bahu nya.

"Te-terima kasih."

Sumpah, demi apapun Nara gugup. Jalan yang tampak lenggang itu membuat Nara semakin terdiam. Sesekali melihat wajah tajam Aksa melalui spion.

KENAN atau AKSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang