bab 3

54.4K 4.4K 38
                                    

Araya hanya tinggal menggunakan sedikit sihir agar penampilannya bisa seperti Manda yang notabene most favourite girl di sekolah mereka. Tinggal empat hari lagi dan Araya sama sekali belum melakukan apapun. Dia hanya ingin membuat Gevan seperti sudah menggenggam kemenangan.

Araya keluar dari kamarnya dan hanya menemukan ruang-ruang kosong dari rumah besar yang ia sebut dengan rumah. Rumah megah ini dari luar terlihat kokoh dan juga hangat tapi penghuni didalamnya hanya mementingkan ego masing-masing.

"Percuma punya rumah megah tapi hanya untuk status sosial," gumam Araya sambil beranjak menuju dapur. "Papa dan mama hanya mementingkan diri mereka sendiri."

Wajar jika di usia remaja seperti Araya mulai berontak atau lebih tepatnya Araya sudah tak tahan dengan keadaan keluarganya yang sangat kacau. Araya memang dilimpahi kasih sayang yang sangat besar dari keluarga bibi Sumi, orang yang mengasuhnya sejak ia masih kecil. Araya beruntung dan merasa bersyukur dirinya masih bisa merasakan kasih sayang. Tapi ia ingin di peluk dan di manja layaknya anak pada umumnya.

"Kapan ya aku bisa punya orangtua seperti orangtuanya Gevan." Araya berandai-andai.

****

Araya untuk ketiga kalinya menginjakkan kakinya ke rumah keluarga Brata. Dan untuk ketiga kalinya, Araya merasakan perasaan hangat yang menjalar ke dalam dadanya. Kenapa orang menyebalkan seperti Rion bisa terlahir dari keluarga yang harmonis seperti ini? Terkadang Tuhan benar-benar tak adil padanya.

Iya, selama ini konsep kebahagiaan yang Araya kenal dari orangtuanya adalah kebahagiaan hanya di ukur dari kekayaan. Dengan uang yang berlimpah bisa membeli apapun tanpa takut dan cemas untuk kehabisan uang.

Araya tak membutuhkan uang-uang itu jika dia merasa sangat asing dengan papa dan juga mamanya. Araya tak membutuhkan kartu kredit limited edition jika ia harus menghabiskan waktunya bersama dengan keluarga orang lain.

"Bagaimana nak? Berapa lama kalian bermain tadi malam?"

Araya hanya bisa mengulum senyum tipis saat mama mertuanya menanyakan hal yang tak akan pernah terjadi.

"Mama apaan sih," sahut Rion kesal.

"Kamu ini punya istri cantik kayak Araya ya jangan dianggurin, kalau bisa tiap waktu yang ada harus honeymoon," ucap mamanya bersemangat.

Rion mendengus kesal dan dia memutuskan untuk keluar dari topik pembicaraan yang menyesatkan itu. Saat kakinya menapaki anak tangga, ia dapat mendengar suara tawa mamanya. Apa sih hebatnya Araya itu? Anak Hutama yang tak pernah di anggap itu.

Araya melirik ke arah Rion yang berjalan menjauh darinya. Dia sedikit penasaran, kenapa Rion punya watak yang sangat jauh berbeda dari kedua orangtuanya yang sangat ramah sekali. Anaknya, Rion ibarat Lucifer atau devil yang harus dihindari.

"Kalian yakin gak mau tinggal di sini?" Mama Rion mulai mencoba membujuk Araya agar mau tinggal bersama mereka.

Mamanya Rion tak mungkin meminta  pada anaknya yang menyebalkan itu untuk tinggal di rumah mereka yang besar itu. Satu-satunya cara yaitu membujuk menantu mereka, Araya.

Araya menggeleng pelan dan memandang netra mata mama mertuanya dengan tatapan sendu. "Araya ikut keputusan mas Rion ma," sahut Araya. "Tapi mama tahu sendiri tanpa perlu kita tanya pun, kita udah tahu jawabannya."

"Kamu yang sabar-sabar ya menghadapi sikap Rion yang menyebalkan itu, mama tahu hanya kamu yang bisa menjaga Rion dari tangan wanita penggoda di luaran sana."

Araya menelan salivanya susah payah ketika mama mertuanya mengatakan hal itu. Tak tahukah jika Araya lah yang malah menyuruh Rion untuk bermesraan dengan pacar nya itu?

Araya akhirnya memilih untuk mengulum senyum. Semoga suatu saat mama mertuanya tak pernah menangkap saat Rion berkencan dengan Evelyn.

***

Rion masuk ke dalam apartment nya setelah menekan password di pintu masuk. Araya mengekor di belakangnya.

"Kau berakting sangat bagus," sinis Rion saat melihat Araya yang kesusahan membawa koper miliknya.

Rion hanya melihat tanpa ada niat untuk membantu. Bakalan kesenangan gadis bodoh itu kalau dia memberi sedikit perhatian padanya. Bahkan Rion sangat berniat untuk membuat Araya merasakan hidup seperti di neraka. Karena kehadiran Araya, nasib Evelyn jadi di ujung tanduk. Karena kehadiran Araya juga mampu membuat kakeknya memberikan syarat yang sangat sulit tapi ia harus melakukannya kalau ia ingin menjadi pemimpin tertinggi perusahaan.

Dari awal, Rion sudah membenci wajah sok polos Araya apalagi tutur katanya yang lembut selalu di buat-buat.

Araya menaikkan sebelah alisnya dan menatap Rion yang sedari tadi uring-uringan terus. "kamu marah-marah terus, enggak di kasi jatah sama Evelyn?" Tebak Araya asal.

"Tahu apa kau tentang Evelyn?" Rion mengangkat sebelah alisnya menatap Araya dengan pandangan tak suka bahkan ia nyaris membenci Araya.

Araya mengangkat bahunya. "Dimana kamar ku?" Araya mengalihkan pertanyaan Rion dan membuat pria itu berdecak kesal.

"Kamar yang paling kecil," ucap Rion dan ia langsung pergi ke kamarnya.

Araya menghela nafas ketika melihat sikap kekanakan Rion. Ia pun menyeret kopernya dan membuka pintu kamar satu lagi. Pemandangan pertama yang araya lihat adalah, kamar itu tak ubahnya bagai gudang. Atau memang kamar itu diperuntukkan sebagai gudang sebenarnya.

Dia ingin berniat balas dendam rupanya, bisik hati Araya.

Tanpa banyak bicara lagi, Araya lalu mulai merapikan kamar yang sangat berantakan itu saat ini juga padahal jam telah menunjukkan pukul sebelas malam. Tak mungkin ia tidur di sofa atau di kamar Rion. Bisa-bisa pria itu bakalan mengamuk nantinya.

Gadis manis itu pun menggulung lengan baju gamisnya dan mengikat sapu tangan untuk menutupi mulut dan hidungnya agar tak terhirup debu. Walaupun araya yakin tak ada debu didalamnya.

Sementara Araya asik membersihkan kamar, Rion tengah berada di dalam kamar mandi. Tubuh Rion telah basah dan ia pun menundukkan kepalanya saat air shower mengenai rambutnya. Dia tengah mencari cara agar Araya tak betah berada dirumahnya. Entah kenapa Rion merasa kesal luar biasa, bisa-bisanya mamanya berpihak pada Araya. Entah jampi apa yang Araya lakukan sehingga mamanya luluh sedangkan dengan Evelyn yang jauh lebih cantik dan modis daripada Araya yang kelewat kolot itu, mamanya seolah bersikap acuh. Hanya akan menjawab jika Evelyn bertanya pada mamanya.

"Bukankah Evelyn calon menantu potensial dibandingkan Araya si bodoh itu," cecar Rion sambil menghantam dinding kamar mandi dengan tinjunya. "Seharusnya Evelyn yang menemani ku sekarang, bukan dia."

Tiba-tiba saja Rion mendapatkan sebuah ide. Iya, sepertinya dia harus secepatnya melakukan rencana dadakan yang baru saja otaknya susun.

"Lihat saja, siapa yang akan bertahan. Dan aku pastikan kau akan menyerah dengan sendirinya," ucap Rion sambil terkekeh senang.

Entah apa yang merasuki ku membuat cerita begini
Yang jelas, aku ingin buat karakter si Rion ini kejam wkwkwkw

Jangan lupa komentarnya guys 🙈🙈🙈

Worst Love (TERBIT)  Versi Wattpad Pindah Ke Innovel Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang